PENGARUH STRUCTURAL ASSURANCE DAN PERCEIVED REPUTATION TERHADAP TRUST PENGGUNA INTERNET DI SISTEM E-COMMERCE

ELECTRONIC COMMERCE
Electronic commerce didefinisikan beragam oleh para peneliti. Pada penelitian ini, penulis mengambil definisi electronic commerce yang dikemukakan oleh Urbaczewski et al. (2002) yakni penggunaan jaringan komputer untuk melakukan penjualan dan pembelian barang, jasa atau informasi secara elektronis dengan para suplier, konsumen atau kompetitor atau antar konsumen. Definisi ini membutuhkan dua persyaratan agar suatu perniagaan dapat disebut sebagai electronic commerce. Syarat pertama: perniagaan dilakukan secara online dan kedua, adanya pertukaran nilai (exchange value).
Perniagaan secara online mengindikasikan adanya penggunaan jaringan komputer yang menjadi dasar teknologi informasinya untuk mendukung akumulasi data, manipulasi atau komunikasi. Jaringan komputer yang digunakan dalam bertransaksi berupa jaringan terbuka seperti internet ataupun jaringan privat yang tertutup seperti intranet yang hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu yang diizinkan pengelola jaringan. Fokus penelitian ini adalah perniagaan secara elektronik pada jaringan internet.
Pertukaran nilai (exchange value) yang dilakukan melalui electronic commerce melibatkan hal yang berkaitan dengan barang, jasa, informasi, uang, waktu dan kenyamanan. Perusahaan manufaktur, distributor ataupun pedagang eceran dapat menjual produknya melalui internet. Bila produk berupa barang digital (misal: software atau musik) dapat juga dijual melalui internet. Demikian pula suatu bank dapat memberikan pelayanan kepada konsumennya untuk membayar tagihan atau memperbaiki data pribadinya dengan menggunakan jaringan internet.
Ada tiga elemen berbeda yang ditemui di e-commerce. Pertama, vendor yakni organisasi atau orang yang menjual barang atau jasa secara elektronik. Mereka disebut electronic vendor atau e-vendor. Kedua, konsumen yang menggunakan jasa elektronik untuk mencari informasi, memesan jasa atau membeli produk. Ketiga, teknologi berupa perangkat keras (komputer, internet, telepon seluler), perangkat lunak yang dapat digunakan untuk bertransaksi (Cowles et al. 2002).
E-commerce berdasar pasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori: business to business (B2B) e-commerce dan business to consumer (B2C) e-commerce. E-vendor yang bergerak di business to business (B2B) e-commerce akan melakukan pertukaran bisnis antar organisasi bisnis di pasar online tersebut. Sedang pasar yang dituju e-vendor yang bergerak di business to consumer (B2C) e-commerce adalah konsumen akhir yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang dibeli. Riset ini akan memfokuskan trust yang ada di business to consumer (B2C) e-commerce.
SISTEM APLIKASI E-COMMERCE
Murthy (2004) mengklasifikasikan sistem electronic commerce sebagai sistem informasi akuntansi yang real time dan berbasis internet online. Sistem informasi akuntansi menurut Wilkinson et al. (2001) adalah kesatuan struktur pada suatu entitas bisnis yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen lainnya untuk mengubah data ekonomi menjadi informasi akuntansi dengan tujuan memuaskan kebutuhan informasi bagi berbagai pengguna.
Aplikasi web e-commerce beroperasi melibatkan dua sisi yakni sisi mesin server dan sisi client atau sering disebut server/client. Server bertugas menyediakan bermacam-macam jenis layanan misalnya adalah pengaksesan berkas, peripheral, database dan dihubungkan dengan berbagai client. Sedangkan client adalah sebuah terminal yang menggunakan layanan tersebut. Sebuah terminal client melakukan pemrosesan data di terminalnya sendiri dan hal itu menyebabkan spesifikasi dari server tidaklah harus memiliki performansi yang tinggi, dan kapasitas penyimpanan data yang besar karena semua pemrosesan data yang merupakan permintaan dari client dilakukan di terminal client (Raharja dkk, 2001). Jaringan komputer yang terdistribusi seperti LAN, WAN dan juga internet yang digunakan untuk e-commerce membutuhkan kontrol dan keamanan yang lebih kompleks, sehingga akuntan terutama fungsi internal audit perlu untuk mengevaluasi lingkungan pengendalian yang relevan dengan jaringan atau web servernya (Wilkinson et al., 2000).
TRUST DI ELECTRONIC COMMERCE
Mengadopsi istilah yang digunakan Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) penulis mendefinisikan kepercayaan (trust) di sistem e-commerce sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen.
Trust adalah suatu harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu (Gefen et al. 2003). Trust merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan (Kumar et al. 1995). Trust berkaitan dengan keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya (Luhman, 1979 dan Rotter, 1971 dalam Gefen et al. 2003).
Jarak jauh yang memisahkan konsumen dan situs belanja dan infrastruktur internet menghasilkan ketidakpastian dalam bertransaksi dengan e-vendor sehingga pelanggan memiliki risiko kehilangan uang dan privasinya (Pavlou, 2003). Ketidak-pastian sosial dan risiko dengan electronic vendor (e-vendor) menjadi tinggi karena perilaku e-vendor tidak dapat dimonitor (Reichheld dan Schefter 2000 dalam Gefen et al. 2003). Kurangnya rasa percaya menjadi alasan utama konsumen untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce (Keen dalam Pavlou, 2003).
Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce (Pavlov, 2003, Gefen et al. 2003, Jarvenpa dan Tractinsky, 1999, McKnight, 2002). Penelitian-penelitian sebelumnya dengan seting luar negeri telah membuktikan bahwa trust terhadap situs e-commerce akan menimbulkan niatan untuk membeli.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

Kecerdasan Emosional

Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mendefinisikan emosi sebagai keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti sedih, luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu cepat. Emosi merujuk pada suatu perasan dan pikiran-pikiran yang khasnya, suatu keadaan yang biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi.
Menurut Goleman (2000), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik di dalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan ini saling berbeda dan melengkapi dengan kemampuan akademik murni, yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Salovely dan Mayer (1990) dalam Cherniss (2000), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Temuan beberapa peneliti, seperti David Wechsler (1958) dalam Cherniss (2000) mendefinisikan kecerdasaan sebagai keseluruhan kemampuan seeorang untuk bertindak bertujuan, untuk berfikir rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungannya secara efektif. Aspek-aspek yang terkait dalam afeksi, personal dan faktor sosial. Temuan Wechsler ini mengidentifikasikan, selain aspek kognisi, aspek non-kognisi juga berpengaruh dalam mencapai keberhasilan hidup. Kematangan dan kedewasaan menunjukkan kecerdasan dalam hal emosi. Mayer, dalam Golemen (2000), menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman dari kanak-kanak hingga dewasa, lebih penting lagi bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari.

Komponen kecerdasan emosional

Steiner (1997) dalam Kukila (2001) menyatakan bahwa kecerdasan emosional mencakup 5 komponen, yaitu mengetahui perasaan sendiri, memiliki empati, belajar mengatur emosi-emosi sendiri, memperbaiki kerusakan sosial, dan interaktivitas emosional. Cooper dan Sawaf (1998) merumuskan kecerdasan emosional sebagai sebuah titik awal model empat batu penjuru, yang terdiri dari kesadaran emosi, kebugaran emosi, kedalaman emosi, dan alkimia emosi.
Goleman dalam William Bulo (2002) secara garis besar membagi dua kecerdasan emosional yaitu kompetensi personal yang meliputi pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri dan kompetensi sosial yang terdiri dari empati dan keterampilan sosial. Goleman, mengadaptasi lima hal yang tercakup dalam kecerdasan emosional dari model Salovely dan Mayer, yang kemudian diadaptasi lagi oleh Bulo (2002) yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial.
Kecakapan terbagi kedalam beberapa kelompok, masing-masing berlandaskan kompentensi kecerdasan emosional yang sama, namun seperti yang dinyatakan Goleman dalam William Bulo (2002) resep untuk memiliki kinerja menonjol hanya mempersyaratkan kita kuat dalam sejumlah kecakapan tertentu, biasanya paling sedikit enam, dan kekuatan itu tersebar merata di kelima bidang kecerdasan emosional.

PENGARUH NEGOSIASI DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP BUDGET OUTCOMES: SEBUAH EKSPERIMEN

Kesenjangan Anggaran (Budgetary Slack) dan Asimetri Informasi
Anggaran seringkali digunakan untuk memotivasi kinerja subordinat dan memfasilitasi perencanaan. Sayangnya, penetapan anggaran tidak bisa dilakukan seoptimal mungkin ketika subordinat memiliki informasi yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya dibandingkan superior (asimetri informasi). Melibatkan subordinat untuk berpartisipasi dalam proses penetapan anggaran memberikan peluang untuk menurunkan tingkat asimetri informasi. Namun, hal ini menimbulkan trade off antara asimetri informasi dan aspek motivasional (yaitu insentif). Lebih jelas lagi, partisipasi subordinat dalam proses penetapan anggaran memberikan peluang kepada superior untuk dapat mengakses informasi lokal (Baiman, 1982) yang memungkinkan subordinat untuk mengkomunikasikan informasi privat yang mereka miliki. Namun demikian, subordinat bisa jadi memberikan informasi yang menyesatkan terkait dengan kapabilitas mereka. Ketika proses negosiasi, subordinat bisa memberikan informasi yang bias, seperti understatement kinerja mereka. Kondisi ini dapat menimbulkan budget slack (Christensen, 1982; Young, 1985). Oleh karena itu, meskipun partisipasi subordinat bisa menguntungkan superior dalam mengakses informasi privat, namun asimetri informasi juga dapat meningkatkan budget slack dalam proses penetapan anggaran secara partisipatif. Tanpa adanya insentif yang sungguh-sungguh untuk mengkomunikasikan informasi secara jujur, manfaat dari penganggaran partisipatif akan hilang.
Permasalahan kesenjangan anggaran bisa dikaji dari sudut pandang teori keagenan (misalnya, Magee, 1980; Penno, 1984). Dalam bentuk yang paling umum, teori keagenan menunjukkan hubungan antara risk-neutral principal yang mendelegasikan tugas pekerjaan pada agen dan risk-averse agent. Dalam kondisi ini, kesenjangan anggaran dapat diatribusi oleh: 1) asimetri informasi antara superior (prinsipal) dan subordinat (agen) berkaitan dengan effort (upaya) subordinat atau potensi output, 2) ketidakpastian antara effort dan output, 3) tujuan subordinat dan superior yang saling berseberangan, 4) sikap opportunistik atau self-interested dari subordinat. Ketiadaan asimetri informasi, superior dan subordinat dapat mempertahankan tingkat effort dan kompensasi yang tepat. Ketiadaan ketidakpastian antara effort dan output mendorong superior dapat lebih memastikan tingkat effort subordinat berdasarkan output yang dihasilkan. Dan ketiadaan conflicting goals atau self-interest, subordinat dapat bertindak berdasarkan kepentingan superior (Eisenhardt, 1989).
Terkait dengan hubungan antara asimetri informasi dan kesenjangan anggaran, Young (1985) telah menguji dampak risk aversion dan asimetri informasi terhadap kesenjangan anggaran dalam kodisi terdapat ketidakpastian produksi. Young (1985) menemukan bahwa kesenjangan anggaran yang diciptakan oleh subordinat yang risk-averse lebih besar dibandingkan subordinat yang tidak risk –averse. Namun demikian, Young (1985) tidak menemukan dampak yang signifikan antara asimetri informasi dan kesenjangan anggaran.
Waller (1988) membandingkan besarnya kesenjangan anggaran berdasarkan 2 skema kompensasi (yaitu slack-inducing pay scheme dan truth-inducing pay scheme) dalam kondisi terdapat asimetri informasi. Dengan menggunakan two-period within-subjects design, Waller menemukan bahwa truth-inducing pay scheme secara signifikan mengurangi kesenjangan anggaran hanya untuk subordinat yang risk-neurtral.
Chow, Cooper, dan Waller (1988) menguji dampak skema kompensasi dan asimetri informasi pada kesenjangan anggaran. Meskipun tidak menemukan dampak yang signifikan, mereka menemukan dampak interaksi yang signifikan. Kesenjangan anggaran akan lebih rendah dalam truth-inducing pay scheme dibandingkan slack-inducing pay scheme hanya dalam kondisi ketika terdapat asimetri informasi.

DAMPAK VOLATILITAS LINGKUNGAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA STRATEGI UNIT BISNIS, EVALUASI KINERJA BERBASIS INFORMASI AKUNTANSI DAN KESENJANGAN ANGGARAN

Miles dan Snow (1978) menyatakan bahwa sistem pengendalian dan perencanaan pada strategi defender cenderung lebih detail, berfokus pada minimalisasi ketidak pastian, menekankan pada pemecahan masalah, namun kurang dapat membantu pengembangan produk atau menemukan peluang pasar. Di lain pihak, sistem pengendalian pada strategi prospector lebih berfokus pada penemuan masalah daripada pemecahan masalah, serta struktur dan proses yang fleksibel yang membantu organisasi dalam merespons perubahan lingkungan.
Faktor-faktor kunci kesuksesan yang berhubungan dengan strategi prospektor, seperti pengembangan produk baru, dan inovasi cenderung lebih bersifat jangka panjang dan susah untuk dikuantifikasikan dalam satuan moneter (Langfield-Smith 1997), sehingga akan menyebabkan pengendalian anggaran menjadi kurang sesuai (Simons1988, Merchant 1985). Sebaliknya, defender cenderung berusaha untuk mempertahankan pruduknya stabil sepanjang waktu (Fisher dan Govindarajan 1993, Govindarajan 1986, 1988). Dengan demikian, anggaran hanya merupakan masalah “kepatuhan” sehingga penyimpangan dari target anggaran merefleksikan adanya inefisiensi. Pengendalian anggaran, terutama dalam bagaimana manajer mencapai target anggaran, akan lebih ditekankan pada strategi defender daripada prospector.
Lebih lanjut, disamping mempengaruhi pengendalian anggaran, strategi unit bisnis juga mungkin mempengaruhi manajer untuk membiaskan target anggaran. Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya, strategi defender biasanya beroperasi pada kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah. Karena kurangnya inovasi pada pengembangan produk dan lebih berfokus pada efisiensi pada internal perusahaan akan menyebabkan manajer dapat menentukan anggaran yang akurat (Merchant 1989). Disamping itu, untuk meminimalisir dampak ketidakpastian yang disebabkan oleh eksploitasi peluang pasar, maka perusahaan mungkin cenderung membiarkan kesenjangan anggaran yang dilakukan oleh manajer unit bisnis. Martinez and Artz (2006) dan Herold et al. (2006) juga menyatakan bahwa adanya kesenjangan pada anggaran unit bisnis dapat digunakan sebagai sumber dana untuk melakukan kegiatan inovasi yang lebih baik.
Mengenai dampak pengendalian anggaran terhadap kesenjangan anggaran, beberapa penelitian masih bertentangan. Misalnya, Onsi (1978) menyatakan bahwa semakin ketatnya pengendalian anggaran akan menyebabkan semakin tingginya tendensi untuk membiaskan target anggaran dan juga akan menimbulkan “creative accounting”. Merchant dan Manzoni (1989) dan Stede (2000) menyatakan bahwa manajer yang gagal dalam mencapai target anggaran menghadapi kemungkinan intervensi oleh manajemen korporat, kehilangan bonus tahunan, dan mungkin akan kehilangan pekerjaan, sehingga, manajer akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai target anggaran. Namun, beberapa peneliti yang lain menyatakan bahwa pengendalian angaran yang ketat akan mengurangi kesenjangan anggaran (Dunk 1993, Merchant 1985) karena pengendalian anggaran ini akan memudahkan manajer korporat untuk mendeteksi sekaligus mengurangi timbulnya kesenjangan angggaran.
Meskipun beberapa peneliti telah menerapkan pengaruh universal dan kontinjensi ketidak pastian lingkungan dalam penelitian akuntansi manajemen keperilakuan (lihat Tymon et al. 1998 untuk telaah literatur dalam bidang ini); namun hanya sedikit penelitian yang telah menguji “ketidakpastian inheren” pada suatu perusahaan (Kren 1992). Tingkat ketidakpastian lingkungan tersebut akan menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan tentang prosedur dan aturan yang terdapat pada suatu organisasi.
Ketika volatilitas rendah, hanya beberapa pengecualian terjadi dan sehinga aturan-aturan dan prosedur mungkin sesuai dan tepat dalam mempengaruhi perilaku (Kren 1992). Dalam kondisi ini, manajer juga dapat menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu sebagai dasar untuk melakukan pengambilan keputusan. Ketika volatilitas tinggi, beberapa pengecualian akan mempengaruhi sistem informasi kecuali keputusan-keputusan tersebut dibuat pada level hirarkis yang lebih rendah dalam organisasi (Simons 1987). Akan mungkin bahwa manajer puncak pada volatilitas lingkungan yang tinggi akan lebih menekankan pengendalian anggaran dan sehingga akan mengurangi kecenderungan manajer unit bisnis dalam menciptakan kesenjangan anggaran. Disamping itu, kesenjangan anggaran yang dilakukan oleh prospector pada lingkungan volatilitas tinggi akan lebih tinggi karena akan memerlukan idle resources yang lebih tinggi pula.
Meskipun demikian, karena teori tentang dampak volatilitas lingkungan terhadap sistem pengendalian manajemen belum dikembangkan secara optimal, maka terlalu dini untuk menyatakan bahwa atribut-atribut sistem pengendalian manajemen tersebut akan berbeda tergantung pada volatilitas lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan.
referensi : http://www.akuntansiku.com

PENGARUH MODERASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN INOVASI TERHADAP KINERJA

Sistem Pengendalian Manajemen, Inovasi Produk dan Kinerja
Semua organisasi yang beroperasi secara pribadi atau sektor publik selalu mempunyai berbagai tujuan dan dalam mencapai tujuan itu perlu dibuat suatu perencanaan. Secara sederhana perencanaan dapat berupa apa, bagaimana dan kapan sesuatu dikerjakan itu apa sesuai dengan rencana. Proses perencanaan dan pengendalian adalah sesuatu tugas yang sangat penting yang dilakukan oleh manager dalam organisasi. Menurut Chatered Institute of Management Accounting (1994) secara integrar manajemen dapat difokuskan pada identifikasi, presentasi dan interprestasi informasi yang dapat digunakan untuk: Formulating strategy, Planning and controlling activities, Decision Making, Optimizing the use of resources, Disclosure to shareholders and other external to the entity, Disclosure to employee, Safe guarding assets. Sistem pengendalian organisasi digunakan untuk memberi motivasi anggota organisasi agar bertindak dan dapat membuat keputusan secara konsisten dengan tujuan organisasi (Leslie Kren, 1997). Dua konsep yang mendominasi penelitian akuntansi dalam pengendalian organisasi adalah teori perilaku dan teori agensi. Penelitian teori perilaku karyawan menggunakan rerangka dengan menyesuaikan pada perilaku organisasi dan psychology (Parker at al. 1989; Welsch et al, 1988 dalam Leslie Kren, 1997). Penelitian tentang akuntansi keprilakuan (behavior accounting) sebelumnya hanya menguji hubungan karekteristik sistem pengendalian dan beberapa variabel (misalnya prestasi kerja atau perilaku disfungsional ).
Penelitian akuntansi keprilakuan telah berkembang dengan cepat, dan itu ditandai dengan berkembangnya model kontinjensi organisasi pada perilaku organisasi dan perilaku individu (Fama, 1980 dalam Leslie Kren, 1997). Dalam kenyataannya Copley (1973) dalam J.G. Fisher (1998), menyatakan bahwa pengendalian merupakan hal yang utama pada ilmu manajemen. Perlunya prinsip operasional pada sistem pengendalian manajemen memberikan implikasi bahwa sistem pengendalian yang terbaik dapat memaksimalkan efektivitas manajemen dan merupakan bagian dari kontinjensi.
Menurut Gaspersz (2002) inovasi mengindentifikasi kebutuhan pelanggan masa kini dan masa mendatang serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan. Misalnya, solusi yang dilakukan adalah meluncurkan produk baru, menambah features baru produk yang telah ada, memberikan solusi yang unik, mempercepat penyerahan produk ke pasar dan lain-lain. Proses inovasi dapat dilakukan melalui riset pasar untuk mengindentifikasi ukuran pasar dan preferensi atau kebutuhan pelanggan secara spesifik, sehingga perusahaan mampu menciptakan dan menawarkan produk sesuai kebutuhan pelanggan dan pasar.
Sedangkan menurut Girona (2003) inovasi produk dipahami sebagai perspektif output dan kebutuhan yang didefinisikan sebagai pengembangan dan peluncuran produk yang baru dan beda dari produk yang sudah ada. Pengukuran dari inovasi produk menggunakan Bisbe (2002) dan Bisbe dan Outley yang digambarkan dari instrument yang digunakan Capon et. Al (1992), Thomson dan Abernethy (1998) dan Scoot dan Tiesen (1999)
Kinerja perusahaan (KP) adalah kinerja perusahaan secara keseluruhan (overall) sehingga dihasilkan ukuran kinerja yang objektif. Penelitian terdahulu Seperti (Gupta & Govindarajan, 1984; Venkattramen & Ramajunjam, 1986; Kaplan & Norton, 1996; Chengall & Langfield–Smith, 1998, Otley, 1999), konstruk kinerja didefinisikan sebagai derajat tingkat tujuan yang dicapai pada semua dimensi, yang meliputi aspek financial dan non financial. Pengukurannya dengan menggunakan instrumen self rating yang dibangun untuk mengevaluasi efektivitas strategi unit bisnis. (Govindarajan, 1988, Chong, &Chong, 1997, Chenhall & Langfield Smith, 1988) yang telah digunakan. Instrumen yang diajukan oleh Bisbe dan Otley mencakup delapan pertanyaan yang berhubungan tentang financial (pertumbuhan penjualan, ROI, rasio profit dan penjualan dan Perpektif konsumen (Customer satisfaction, Customer retention, Customer Acquisition dan peningkatan pangsa pasar).
Inovasi, sistem anggaran dan kinerja
Anggaran adalah suatu pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen tentang rencana-rencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu, yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut (Hanson, 1966) Schiff dan Lewin (1970), mengemukakan anggaran yang telah disusun mempunyai peranan. Pertama, anggaran berperan sebagai perencanaan, yaitu bahwa anggaran tersebut berisi ringkasan rencana-rencana keuangan organisasi di masa yang akan datang, kedua, anggaran berperan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial. Oleh karena itu manajer membutuhkan estimasi yang dapat dipercaya terhadap kondisi perusahaan di masa mendatang. Manajer puncak perlu melibatkan berbagai pihak internal organisasi dalam membuat suatu keputusan apabila dirasakan ada persepsi yang berbeda dalam menilai ketidakpastian, apalagi dalam persaingan bisnis yang semakin ketat memerlukan keputusan yang cepat dan akurat (Kirby et al., 1991).
Fungsi anggaran, sebagai alat pengendalian dalam arti yang lebih luas, mencakup kegiatan pengaturan orang-orang dalam organisasi (Hanson, 1966). Proses penyusunan anggaran, merupakan kegiatan yang penting dan kompleks, karena kemungkinan terjadi dampak fungsional atau disfungsional sikap dan perilaku anggota organisasi yang ditimbulkannya (Milani, 1975). Untuk mencegah dampak disfungsional anggaran, Argyris (1952) menyarankan perlunya melibatkan manajemen pada level yang lebih rendah dalam proses penyusunannya. Para bawahan yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada proses penyusunan anggaran akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral untuk meningkatkan kinerja, sesuai dengan yang ditargetkan dalam anggaran.
Brownell (1982b), Brownell dan McInnes (1986) dan Indriantoro (1993), menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial. Tetapi, hasil penelitian Milani (1975) dan Brownell dan Hirst (1986) menyatakan hubungan yang tidak signifikan, bahkan Stedry (1960) dan Bryan dan Locke (1967) menemukan hubungan yang negatif.
Penelitian yang menguji partisipasi penetapan standar dan kinerja dilakukan oleh Michael D. Shield et al (2000). Dengan menggunakan instrumen Mahoney (1963) yang telah dimodifikasi menjadi 3 instrumen, menemukan bukti hubungan positif antara partisipasi penetapan standar dan prestasi kerja. Suatu anggaran yang disusun secara partisipatif diharapkan kinerja para manajer akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka karyawan akan bersungguh-sungguh dalam tujuan atau standar yang ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani, 1975). Kesungguhan dalam mencapai tujuan organisasi oleh para bawahan akan meningkatkan efektifitas organisasi, karena konflik potensial antara tujuan individu dengan tujuan organisasi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan (Rahayu, 1997).
Anggaran partisipatif terutama dilakukan oleh manajer tingkat menengah yang memegang pusat-pusat pertanggungjawaban dengan menekankan pada keikutsertaan manajer setiap pusat pertanggungjawaban dalam proses penyusunan dan penentuan sasaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan dilibatkannya manajer dalam penyusunan anggaran, akan menambah informasi bagi atasan mengenai lingkungan yang sedang dan yang akan dihadapi serta membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan anggaran (Siegel dan Marconi, 1989). Mereka juga berpendapat, dengan terlibatnya manajer dalam penyusunan anggaran, akan menimbulkan inisiatif bagi mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi, meningkatkan kebersamaan dan merasa memiliki, sehingga kerjasama diantara anggota dalam mencapai tujuan juga ikut meningkat.
Partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan, standar, atau anggaran adalah salah satu dari topik yang paling banyak diteliti dalam manajemen dan akuntansi (Locke & Latham, 1990; Shields & Shields, 1998 dalam Michael D Shields et al. 2000). Hal itu dapat digunakan oleh atasan dan bawahan untuk menentukan tingkat atau keketatan standar dan penghargaan untuk kinerja dibandingkan standar.
Inovasi, Balance Scorecard (BSC) : Perpektif Customer, Kinerja
Balanced Scorecard adalah suatu pelaporan informasi yang dapat membantu manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Balanced Scorecard merupakan suatu metode penilaian dengan empat perspektif pengukuran yaitu customer, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang berasal dari perwujudan strategi organisasi ke dalam tujuan dan ukuran.
Robert S Kaplan dari Harvard Business School dan David C. Norton, President of Renaissance Solution, Inc, mencoba melakukan pendekatan mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat aspek atau perspektif yaitu : perspektif keuangan, perspektif customer, proses bisnis internal, dan proses belajar dan berkembang. Keempat perspektif tersebut merupakan uraian dan upaya penerjemahan visi dan strategi organisasi dalam terminologi operasional, dapat mengkomunikasikan dan mengaitkan tujuan strategik dan pengukurannya, dapat merencanakan, menetapkan target dan menyelaraskan inisiatif strategik juga dengan Balanced scorecard dapat meningkatkan umpan balik strategik dan pembelajaran.
Perpektif Customer,kinerja ini dianggap penting mengingat ada keterkaitan antara perspektif pelanggan dengan kepuasan pelanggan. Dalam bisnis konvensional pertarungan mempertahankan para pelanggan lama dan merebut para pelanggan baru merupakan suatu proses yang wajar. Sebelum tolok ukur diterapkan, Kaplan dan Norton (1996) menyarankan agar perusahaan menetapkan dan menentukan terlebih dahulu segmen pasar yang akan menjadi target/sasaran serta mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan para calon pelanggan yang berada dalam segmen tersebut sehingga tolok ukur dapat lebih terfokus. Perbaikan orientasi nonfinancial dalam bentuk kepuasan pelanggan diukur dengan melihat ekspektasi hasil peningkatan pendapatan (Fornell 1992; Hauser,et. al, 1994). Beberapa klaim dari garansi dapat menurun bahan baku dan tenaga kerja untuk memperbaik produk yang ada dan biaya produksi rendah dapat digunakan untuk biaya lanjutan dalam meningkatkan profit margin atau dapat menurun harga dan meningkatkan penjualan (Shetty, 1988). Meningkatnya kepuasan pelanggan berimplikasi pada peningkatan loyalitas pelanggan, menurunkan elastisitas harga serta meningkatkan pendapatan yang pontensial (Fornell, 1992; Hauser et al. 1994). Penelitian yang menemukan hubungan positif mengenai kepuasan pelanggan dengan kinerja keuangan adalah Nagar dan Rajan (2001), Banker dan Reley (1999) dan Ittner dan Lareker (1998a). Sedangkan penelitian mengenai pengukuran kinerja customer sebagai variabel moderating antara inovasi dengan kinerja belum banyak bukti yang ditemukan, hanya rekomendasi Simons (1991,1995) yang menganjurkan penggunaan balance scorecard untuk digunakan sebagai sistem pengendalian manajemen selain anggaran.
referensi : http://www.akuntansiku.com

PERAN KEADILAN DAN MANFAAT PERSEPSIAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN KOMITMEN KARYAWAN DEPARTEMEN AKUNTANSI

Keadilan Distribusi (Distributive Justice) Persepsian
Distributive Justice diturunkan dari Equity Theory (Adams, 1965). Premise equity theory mengemukakan bahwa seseorang cenderung untuk menilai status sosial mereka dengan penghasilan seperti rewards dan sumberdaya yang mereka terima (Greenberg, 1987). Pandangan lain mengenai keadilan distribusi mengacu pada kewajaran terhadap aktual outcome seperti beban kerja, penghasilan dan lain-lain yang diterima oleh seorang pekerja (Gilliland, 1993; Adams, 1965). Hal ini menunjukkan bahwa respon sikap dan perilaku terhadap penghasilan berkaitan dengan penghasilan yang didasarkan pada persepsi mengenai keadilan (Walster et al., 1978). Pendapat mengenai distributive justice terbentuk ketika suatu kelompok membandingkan penghasilan mereka dengan pihak lain (Anderson et al., 1969). Teori relative deprivation (Crosby, 1976) yang merupakan bagian dari distributive justice mengemukakan bahwa dalam konteks organisasi, individu membandingkan pembagian alokasi sumberdaya untuk mereka dengan pembagian untuk pihak lain. Persepsi selanjutnya terhadap ketidakcukupan (relative deprivation) dapat menyebabkan reaksi turunnya kepuasan dan mengurangi kinerja seseorang atau kelompok.
Keadilan Prosedural (Procedural Justice) Persepsian
Teori keadilan prosedural menguji pengaruh prosedur pengambilan suatu keputusan terhadap sikap dan perilaku (Walker, et al., 1974). Thibaut dan Walker (1975) mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan dapat sangat berpengaruh terhadap penerimaan mengenai hasil suatu keputusan. Oleh karena itu, ada kalanya seseorang tidak setuju dengan hasil suatu keputusan tetapi dapat menerima keputusan tersebut karena proses pengambilan keputusan yang dilakukan dengan adil. Dalam hal ini, proses yang adil menjadi norma yang diterima umum terhadap perilaku baik dalam konteks sosial maupun dalam konteks proses pengambilan keputusan organisasi.
Satu konstruk penting dalam teori keadilan prosedural adalah “process control” atau “voice effect” (Folger, 1977). Diberikannya kesempatan kepada bawahan untuk mengemukakan keinginan, opini, pandangan dan preferensi mereka sebelum suatu keputusan dibuat akan dapat meningkatkan pengertian mereka tentang proses yang adil (Brett, 1986). Secara psikologis, voice effect memberikan suatu perasaan bagi bawahan bahwa mereka turut mengendalikan hasil suatu keputusan. Penelitian terhadap orientasi pengendalian ini telah di uji di berbagai setting eksperimen yang hasilnya menunjukkan kecenderungan terhadap voice effect (Lindquist, 1995). Hal ini terutama terjadi ketika bawahan diperbolehkan berpendapat dalam proses pengambilan keputusan, sehingga sikap (seperti proses yang adil, kepuasan akan hasil, dan komitmen dengan hasil) dan respon perilaku dapat secara positif meningkat (Hunton & Beeler, 1997).
Teori Reasoned Action
Prediksi terhadap sikap dan perilaku manusia merupakan hal yang paling kompleks dan sulit dilakukan (Ajzen, 1991). Teori Reasoned Action menyatakan bahwa kecenderungan sikap mengacu pada perilaku khusus (individual prosecess) dan subjective norms (social processes) yang berinteraksi untuk mempengaruhi keinginkan beperilaku.
Subjective norms mengacu pada persepsi sosial dan tekanan organisasi untuk berkinerja kepada perilaku seseorang (Ajzen & Fishbein, 1980). Subjective norms diturunkan dari normative beliefs yang dipegang oleh oleh seseorang telah dikemukakan untuk mempengaruhi keinginan berperilaku. Motivasi seseorang untuk mengikuti ekspektasi sosial dan organisasional dipengaruhi oleh reaksi yang diharapkan oleh individu atau kelompok lainnya seperti kelompok yang setara atau superior. Dalam seting organisasi bisnis, tekanan untuk berkinerja yang diberikan dapat timbul dari bawahan, rekan sejawat dan pimpinan. Suatu situasi dapat menimbulkan subjective norms merupakan proses dimana ketika superior memonitor kinerja individu dengan tugas-tugas spesifik.
Terdapat hubungan positif antara perilaku keinginan berkinerja dengan perilaku sesungguhnya itu sendiri (Azjen&Fishbein, 1980). Monitoring oleh superior juga dapat memoderasi hubungan antara kepuasan hasil dengan keinginan berkinerja dengan tugas yang diberikan. Hal ini dapat terjadi karena individu tersebut dievaluasi setelah diawasi oleh superior. Kinerja ini dapat disebabkan karena karyawan takut diberikan hukuman jika kinerjanya buruk ataupun karena berharap akan diberikan imbalan jika kinerjanya baik.
Keadilan Persepsian, Net Perceived Benefit (NPB), Outcome Satisfaction (OS) dan Commitment to Perform (CP)
Hipotesis pertama memprediksi bahwa net perceived benefit (NPB) dari hasil keputusan memoderasi hubungan antara level dari perceived justice dan outcome satisfaction. Teori reasoned action berpasangan dengan utility theory menduga bahwa ketika persepsi justice rendah, tetapi NPB dari keputusan tinggi, maka outcome satisfaction akan tinggi dibandinggan ketika persepsi justice rendah dan NPB juga rendah. Alasannya adalah bahwa persepsi manfaat personal dari hasil keputusan akan menutupi persepsi keadilan yang rendah dan dapat meningkatkan rasa puas atas hasil keputusan tersebut. Pada akhirnya hal ini akan meningkatkan commitment to perform.
Keadilan Persepsian, Net Perceived Benefit (NPB), Commitment to Perform (CP) dan Superior Monitoring (SM)
Teori reasoned action menyatakan bahwa subjective norms (misalnya proses organisasi dari pengawasan terhadap kinerja) dapat memoderasi hubungan antara outcome satisfaction dan behavioral intentions (Fishbein&Ajzen, 1975). Pengawasan terhadap kinerja dapat terjadi melalui dua cara, yang pertama self-monitoring yaitu ketika seseorang membandingkan kinerjanya dengan pihak lain sebagai social comparison. Kedua monitoring oleh superior dapat terjadi ketika kinerja individu dibandingkan dengan standar organisasi seperti superior monitoring. Superior monitoring merupakan proses pengawasan sosial yang diintegrasikan kedalam organisasi bisnis yang dapat mengangkat tujuan bersama antara individu dan organisasi. Teori reasoned action mengemukakan bahwa meskipun outcome satisfaction dirasakan rendah, namun tekanan sosial yang cukup akan meningkatkan comitment to perform seseorang terhadap hasil keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, studi ini menduga bahwa superior monitoring akan memoderasi hubungan antara outcome satisfaction dengan commitment to perform. Penelitian ini menghipotesiskan bahwa meskipun seseorang tidak puas dengan hasil suatu keputusan, dengan memberikan tekanan atau insentif maka individu akan termotivasi untuk berkinerja tinggi.
referensi : http://www.akuntansiku.com

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR DESENTRALISASI, PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN JOB RELEVANT INFORMATION, VOI MANAJER SERTA PENGARUHNYA TERHADAP JOB RELATED OUTCOME

2.1. Struktur Desentralisasi
Struktur desentralisasi menunjukan manajemen puncak mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab kepada manajer menengah dan bawah dalam bentuk pembuatan keputusan (Gordon dan Narayanan ,1984). Danserau (1975) menganggap bahwa atasan sering berupaya menjamin peningkatan komitmen organisasi dari bawahan dengan memberikan wewenang dan pengaruh yang lebih besar kepada bawahan.
2.2. Partisipasi Anggaran
Brownell (1982) mendefinisikan partisipasi anggaran (PA) adalah luasnya manajer terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penentuan anggaran. Govindarajan (1992) menjelaskan bahwa partisipasi anggaran memiliki pengaruh positif untuk memotivasi manajer yaitu adanya kecenderungan dari bawahan untuk menerima target anggaran bila mereka turut serta memegang kendali daripada anggaran tersebut ditetapkan secara sepihak.
2.3. Job Relevant Information
Job relevant informatian (JRI) menurut Baiman & Demski (1980); Baiman, 1982) adalah salah satu informasi yang membantu manajer untuk memperbaiki pemilihan tindakan melalui upaya yang diinformasikan lebih baik. Oleh karena itu Kren (1992) menyebutkan job relevant information sebagai decision fasilitating.
2.4. VOI Manajer
Menurut O’Reilly, et.al, (1991) Manager’s Value Orientation Towards Innovation (VOI Manager) adalah tingkat atau derajat pentingnya manajer yang menempatkan inovasi dan kreatifitas pada pekerjaan. Selanjutnya Mia dan Subramaniam (2001) menyatakan bahwa partisipasi anggaran akan meningkatkan komitmen organisasi pada manajer yang mempunyai VOI tinggi dan partisipasi anggaran tidak akan meningkatkan komitmen organisasi jika manajer mempunyai VOI rendah.
2.5. Job Related Outcome
O’Reilly dan Andersen (1981) memasukan kepuasan kerja dan kinerja manajer sebagai job related outcome (JRO), sedangkan Mia dan Subramanian (2001) menggolongkan komitmen organisasi sebagai bagian dari JRO. Mowday et al., (1982) mengatakan komitmen organisasi (KO) adalah kekuatan identifikasi individu terhadap organisasi dan keterlibatan dalam suatu organisasi tertentu. Komitmen organisasi diartikan sebagai suatu keinginan untuk mempertahankan keanggotaan, kemauan untuk berusaha secara maksimal, serta keyakinan untuk menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi (Luthan, 1995). Kinerja manajer (KM) adalah faktor yang mendukung keefektifan organisasi. Mahoney et.al. (1965) melihat kinerja manajer berdasarkan kemampuan manajer dalam melaksanakan tugas manajerialnya. Gibson, et.al, (1991) mendefinisikan kepuasan kerja (KK) adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan, sikap itu berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaannya.
2.6. SD & JRI
Mardiyah dan Gudono (2001) menemukan semakin tingginya pengaruh positif desentralisasi terhadap kebutuhan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen. Penelitian di atas dapat menghubungkan struktur desentralisasi dan job relevant information jika struktur desentralisasi diterapkan secara penuh maka manajer level menengah dan bawah akan mengakibatkan manajer tersebut membutuhkan informasi yang berhubungan dengan pekerjaannya untuk memperbaiki pilihan tindakan dan keputusan guna pencapaian tujuan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesisnya sebagai berikut:
H1a: Struktur desentralisasi mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan job relevant information.
2.6.1. SD & KM
Menurut Whitley (1999) sistem pengendalian yang terdelegasi akan memberikan otonomi bagi bawahan untuk terlibat dalam penetapan standar dan monitoring sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Sejalan dengan Whitley (1999), Cropanzano dan Folger (1991) mengemukakan bahwa jika proses yang digunakan untuk memutuskan berapa jumlah alokasi anggaran wajar maka tindakan bawahan akan konstruktif yang mengakibatkan kinerja akan meningkat
H1b: Struktur desentralisasi mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kinerja manajer.
2.6.2. SD & VOI Manajer
Burns dan Stalker (1961); Russel dan Russel (1992) menyatakan bahwa semakin terdesentralisasi struktur organisasi akan menimbulkan gagasan yang lebih kreatif dan inovatif. Sebaliknya rendahnya desentralisasi akan menurunkan inovasi mereka untuk menciptakan sesuatu yang baru karena setiap keputusan mereka harus melalui atasan terlebih dulu (Pierre dan Debecq, 1977).
H1c: Struktur desentralisasi mempeunyai hubungan positif dan signifikan dengan VOI manajer.
2.7. PA & JRI
Beberapa penelitian menganggap bahwa bawahan yang diperbolehkan berpartisipasi dalam proses penetapan anggaran, berhasil dalam mengungkapkan informasi privat (Merchant, 1981; Chow et. al., 1988; Murray, 1990, Magner et. al., 1996). Hasil informasi tersebut berguna untuk merencanakan anggaran yang lebih realistik dan akurat, terutama informasi yang berhubungan dengan pekerjaan. Berdasarkan bahasan di atas dikemukakan hipotesis:
H2a: Partisipasi anggaran mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan job relevant information.
2.7.1. PA & KK
Shield & Shield, 1998; Otley & Wilkinson, (1988) menunjukan bahwa ketidaktepatan tingkat struktur desentralisasi dan partisipasi anggaran dapat mengarah pada job related outcome yang tidak menguntungkan seperti pelaporan data yang tidak valid, rendahnya moral dan rendahnya kepuasan kerja. Milani (1975) menunjukan bahwa ada pengaruh positif antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kepuasan kerja. Berdasarkan bahasan di atas dikemukakan hipotesis:
H2b: Partisipasi anggaran mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kepuasan kerja.
2.7.2. PA & KM
Govindarajan (1992) menjelaskan bahwa partisipasi anggaran memiliki pengaruh positif untuk memotivasi manajer, yaitu adanya kecenderungan lebih besar dari bawahan untuk menerima target anggaran bila mereka turut memegang kendali daripada anggaran tersebut ditetapkan secara sepihak. Hal ini akan mendorong bawahan terikat pada komitmen yang lebih tinggi untuk mencapai kinerja. Ferdinand Gul et al. (1995) menemukan bahwa pada organisasi dengan tingkat pelimpahan wewenang desentralisasi, partisipasi penyusunan anggaran akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajer sedangkan pada organisasi yang tersentralisasi akan berpengaruh negatif.
H2c: Partisipasi anggaran mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kinerja manajer.
2.7.3. PA & VOI MANAJER
Mia & Subramaniam (2001) mengatakan bahwa manajer dengan VOI tinggi akan dilibatkan dalam proyek-proyek yang lebih inovatif dan mempunyai ketidakpastian lebih besar baik hasil maupun pemanfaatan sumber daya. Dengan kondisi ini, mereka akan merasa lebih percaya diri terhadap target kinerja yang menantang namun realistik. Manajer dengan VOI tinggi dan memiliki job relevant information akan merespon dengan baik partisipasi anggaran karena akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk terlibat dalam proses penetapan target kinerja. O’Connor (1995) menemukan hubungan yang konggruen antara VOI manajer dan partisipasi manajer dalam penetapan anggaran dan proses evaluasi kinerja.
H2d: Partisipasi anggaran mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan VOI manajer.
2.8. JRI & KO
Danserau (1975) menganggap bahwa atasan sering berupaya menjamin peningkatan komitmen organisasi dari bawahan dengan memberikan wewenang dan pengaruh yang lebih besar. Ini berarti kalau bawahan diberikan otonomi pembuatan keputusan akan mengembangkan rasa tanggungjawab yang besar melalui peningkatan keterlibatan personal dalam pembuatan keputusan jika memiliki job relevant informatian.
H3a: Job relevant information mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan komitmen organisasi.
2.8.1. JRI & KM
Chong & Chong (2002) menemukan hubungan yang recursive dari komitmen sasaran anggaran ke job relevant information dan hubungan yang positif antara job relevant information dan kinerja. Kren (1992) mengatakan bahwa job relevant information dapat memperbaiki kinerja sebab informasi tersebut dapat memprediksi lingkungan dengan lebih tepat dan memungkinkan pemilihan suatu kesempatan yang lebih efektif. Berdasarkan bahasan di atas dikemukakan hipotesis:
H3b: Job relevant information mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kinerja manajer.
2.8.2. JRI & KK
Robbins (1989) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah pekerjaan yang menantang, penghargaan yang sepadan, kondisi dan rekan sekerja yang mendukung, serta kesesuaian pekerjaan dengan pribadi individu. Artinya, seseorang dapat merasa puas jika ia diberikan pekerjaan yang menantang atau pekerjaan dengan tingkat ketidakpastian dan kesulitan tugas yang tinggi. Dalam kondisi kerja seperti ini, manajer harus mempunyai lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaannya guna dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik. Berdasarkan bahasan di atas dikemukakan hipotesis:
H3c: Job relevant information mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kepuasan kerja.
2.8.3. VOI MANAJER & KO
Mia dan Subramaniam (2001) menyatakan bahwa partisipasi anggaran akan meningkatkan komitmen organisasi pada manajer yang mempunyai VOI manajer tinggi dan partisipasi anggaran tidak akan meningkatkan komitmen organisasi jika manajer mempunyai VOI rendah. Otley & Wilkinson (1988) menemukan adanya hubungan yang konggruen antara atribut-atribut pengendalian manajemen dan manajer VOI di tempat kerja sebagai penentu utama terhadap job related outcome. Berdasarkan bahasan di atas dikemukakan hipotesis:
H4a: VOI manajer mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan komitmen organisasi.
2.8.4. VOI MANAJER & KM
Mahoney et.al. (1965) melihat kinerja manajer berdasarkan kemampuan manajer dalam melaksanakan tugas manajerialnya. Pelaksanaan tugas manajerial akan semakin mendukung peningkatan kinerja jika VOI manajer yang merupakan tingkat atau derajat pentingnya manajer yang menempatkan inovasi dan kreatifitas pada pekerjaan dapat diterapkan dengan baik. Dari bahasan di atas dikemukakan hipotesis:
H4b: VOI manajer mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kinerja manajer.

PENGUJIAN EMPIRIS PROFIL KEBUTUHAN PROFESIONAL (PROFESSIONAL NEEDS) DOSEN AKUNTANSI DI JAWA

Teori kebutuhan
Salah satu teori kebutuhan adalah disampaikan oleh Mc. Cleland  dkk.(1960)  adalah trichotomy of needs, mengemukakan bahwa (Harrel dan Eickhoff, 1988);
“ The work orientation of most individuals is influence by achievement, power, and affiliation needs. These motives represent learned responses to environment and are thought to develop slowly as the individual matures and to remain relatively stable in adult. Individual are, therefore, belived to seek working condition which satisfy their particular needs”
Inti dari teori ini terletak pada  pendapat yang mengemukakan pendapat bahwa  pemahaman tentang motivasi  akan semakin mendalam apabila  seseorang mempunyai tiga jenis kebutuhan dalam karirnya.  Ketiga kebutuhan itu adalah kebutuhan berprestasi, kebutuhan  dalam kekuasaan, dan kebutuhan dalam afiliasi.
Definisi yang  dikemukakan oleh Mc. Cleland (1960) mengenai ketiga kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut (Robbins,1996) ;
  1. Kebutuhan prestasi (needs of achievement /nAch) adalah  dorongan yang kuat dalam diri individu untuk mengguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, dan berusaha untuk sukses dan berusaha bertanggung jawab atas usaha yang dilakukan.
  2. Kebutuhan  kekuasaan (needs of Power /nPow)adalah dorongan dalam diri individu  untuk membuat orang lain  berperilaku dalam suatu cara yang  orang lain tanpa dipaksa tidak berperilaku demikian. Mc. Cleland  menggambarkan dua jenis kekuasaan (nPow), yaitu;  personal power dan social power.
  3. Kebutuhan afiliasi (needs of affiliation/ nAff) adalah hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan karib. Namun perlu diingat  biasanya kebutuhan ini dalam pemenuhannya tetap diwarnai  oleh persepsi  tentang apa yang akan  diperoleh  dari usaha kerja sama ini.
Street. dan Bishop (1991),  meneliti tentang ketiga dikotomi kebutuhan tersebut pada akuntan yang berprofesi sebagai akuntan publik, sektor privat maupun akuntan pemerintah. Penelitian ini dikaitkan dengan ukuran firma,hirarki jabatan untuk akuntan publik, sedangkan untuk akuntan pemerintah dikaitkan dengan status kantor pemerintahan (state dan lokal), serta  dikaitkan juga dengan gender. Hasilnya menunjukan kedua profesi akuntan tersebut profil kebutuhannya berbeda
Parker, et.al(1991) telah meneliti  tentang hubungan  antara profil kebutuhan  (nAch dan nPow)  dengan kesuksesan hidup pada  756 manajer dan non manajer industri manufaktur di Amerika. Bukti menunjukan  nAch secara positif  dihubungkan dengan usaha  untuk mencapai status kekayaan,  profesionalisme dan sosial, serta secara negatif ketika dikaitkan dengan keamanan dan pemenuhan
hubungan personal. Hubungan nPow didapatkan secara positif ketika dikaitkan dengan status kekayaan, profesionalisme, tetapi negatif ketika  dengan pemenuhan hubungan kekeluargaan.
2.1. 2  Profesionalisme Dosen Akuntansi
Peran pendidikan tinggi menurut Safford dan Kershaw (1998)dalam Machfoedz (1999) berpendapat bahwa pendidikan tinggi harus melakukan transformasi secara struktural maupun sistemik  terhadap staf akademik maupun non akademik. Hal ini dikarenakan keadaan  telah berubah sedemikian. Peneliti  Novin dan Tucker (1993) menggunakan pengukuran  profesionalisme dalam  tiga dimensi yaitu tingkatan yang menunjukan penguasaan & pelaksanaan tiga hal;knowledge,skill dan character.
Praff ((1991) dalam Machfoedz (1999)), melakukan penelitian tentang profesionalisme di bidang jasa pendidikan akuntansi, hasilnya menunjukan bukti yang cukup memprihatinkan. Menurutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu; (1) Praktisi yang  berhubungan dengan publik memerlukan pengembangan profesionalisme, (2) Kesuksesan institusi dipengaruhi oleh elemen profesionalisme  manajer dan karyawan, terutama etika,(3) pendidikan tinggi penting  guna pengembanganp rofesionalisme dan etika dalam organisasi.
Kriteria profesional sebagai akuntan saat ini diatur oleh IAI  secara khusus dituangkan berupa Standar Umum dalam  SPAP. Intinya keprofesionalan seorang akuntan  yang diatur meliputi  keahlian, sikap mental dalam menjalankan tugas profesi dan  penggunaan kemahirannya secara cermat dan seksama dalam menjalankan profesinya. Kriteria sebagai pengajar / dosen profesional di Indonesia  sesuai Surat keputusan Bersama Mendikbud Dan Kepala BAKN No : 61409/MPK/KP/99 dan No : 181 Tahun 1999, dan profesionalisme dosen  dalam Keputusan Mentri Negara Koordinator Bidang  Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara No : 38/Kep/MK.WASPAN/8/ 1999  yang dinilai berdasar pelaksanaan tridarma perguruan tinggi.
Tipe Dosen
Dosen akuntansi yang juga berpraktek sebagai   profesional (swasta ataupun publik), kemungkinan mempunyai kecenderungan yang berbeda dengan dosen yang tidak berpraktek dalam kebutuhan profesionalnya. Kebutuhan dosen yang berpraktek sebagai profesional (kebutuhan akan prestasi, kekuasaan ataupun afiliasinya) dimungkinkan lebih tinggi dibandingkan yang tidak berpraktek, karena reputasi jasa yang disediakan untuk publik dibangun oleh kinerjanya. Kebutuhan kekuasan dalam diri dosen yang berpraktek profesional dimungkinkan karena seorang praktisi  yang berpengalaman akan mampu  mempengaruhi pasar jasa  yang disediakannya. Kebutuhan afiliasi, biasanya diperlukan dengan bekerja sama sesama praktisi dimungkinkan untuk  meraih peluang-peluang bisnis yang lebih baik.
Dosen akuntansi yang tidak berpraktek secara logis mungkin lebih menitik beratkan pada bidang keilmuannya, namun kurang dalam bidang  prakteknya. Seperti yang dikemukakan dalam penelitian  Novin dan Tucker (1993) yang menggunakan pengukuran  profesionalisme dalam  tiga dimensi yaitu tingkatan yang menunjukan penguasaan dan pelaksanaan tiga hal; knowledge, skill dan character
Disisi lain, praktek selain  untuk  pelaksanaan knowledge,skill dancharacter, juga bagian dari proses pengayaan pribadi praktisi. Praktek dengan berbagai macam  permasalahannya, dapat melatih  pribadi praktisi untuk menyiasati secara profesional setiap permasalahan praktek akuntansi.
Hirarki
Struktur hirarki pada dikenali dengan adanya unsur pimpinan seperti ketua institusi, dekan, ketua jurusan atau ketua program, serta bawahan biasanya adalah dosen biasa.  Penetapan pimpinan dipilih oleh senat perguruan tinggi dan dibatasi oleh periode pemilihan sesuai ketentuan.
Penelitian  Street et.al (1991)  mengindikasikan bahwa  kebutuhan akuntan  atas profesionalismenya  lebih cenderung  didominasi kebutuhan kekuasaan (nPow)  dengan semakin tingginya jenjang posisi pada KAP, akuntan sektor privat ataupun pada akuntan pemerintah.   Hal ini mungkin terjadi karena posisi jabatan dalam KAP, sektor privat ataupun sektor pemerintah   akan mengikuti jalur  jenjang hirarki yang terus menaik, dan tidak  akan mengalami  perubahan  posisi yang menurun.
Gender
Stereotipe  tradisional menganggap bahwa  wanita berperan sebagai perawat keluarga, sedangkan pria berperan sebagai  pencari nafkah. Namun saat ini peran tersebut mengalami perubahan.   Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan pergeseran ini dapat dipilah dalam tiga faktor, yaitu; (1) gerakan emansipasi, (2)  pendidikan wanita yang semakin meningkat dan, (3) pertimbangan ekonomi  (Siagian.P. 1999).
Penelitian Hunthon et.al (1991), berkaitan dengan hirarki dan gender dalam praktek akunting swasta, menunjukan hasil bahwa perlakuan dalam praktek profesional cenderung berbeda dari konsep profesionalisme.
Perkembangan  profesi pada dasarnya  tidak mengenal diskrimanasi  gender, seperti hasil penelitian Street et. al (1991), namun  demikian dalam praktek sulit hal tersebut ditemukan. Dari beberapa penelitian diatas tampaknya hasilnya konsisten, terdapat perbedaan perlakuan yang diterima wanita dan pria pada bidang profesinya.
Karakteristik Biografis Personal
Karakteristik biografis meliputi usia,jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan, masa kerja dan penghasilan keluarga. Kepribadian adalah perpaduan antara faktor genetik dan pembelajaran serta lingkungan. Masa kerja  juga berperan untuk mencapai tahapan  kematangan profesi. Penghasilan berperan karena dimungkinkan

PENGUNGKAPAN, ASIMETRI INFORMASI, DAN COST OF CAPITAL

Pengungkapan dan Asimetri Informasi
Pengungkapan informasi keuangan dan informasi relevan lainnya dalam laporan tahunan suatu perusahaan merupakan aspek penting akuntansi keuangan. Informasi tersebut berguna bagi para pemakainya, terutama investor untuk pengambilan keputusan.
SFAC No. 1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan calon investor yang potensial, serta pemakai lain untuk pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis yang rasional. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan informasi yang cukup (adequate disclosure), agar informasi dapat diinterpretasi dengan baik oleh pemakainya.
Pemerintah Indonesia melalui keputusan ketua Bapepam No: kep-38/PM/1996 telah mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pengungkapan informasi yang diatur oleh pemerintah ataupun oleh lembaga profesi (dalam hal ini adalah Ikatan Akuntan Indonesia) merupakan pengungkapan yang wajib (mandatory disclosure) dipatuhi oleh perusahaan yang telah publik. Tujuan pemerintah mengatur pengungkapan informasi adalah untuk melindungi kepentingan para investor dari ketidak-seimbangan informasi antara manajemen dengan investor karena adanya kepentingan manajemen.
Beberapa penelitian analitis maupun empiris telah dilakukan untuk menguji hubungan antara pengungkapan dengan asimetri informasi.
Model-model teoritis.
Gonedes (1980) menyatakan bahwa regulasi pengungkapan informasi mempunyai potensi untuk mengurangi asimetri informasi. Pernyataan ini didukung oleh Healy dan Palepu (1983) yang menyatakan bahwa pengungkapan merupakan salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi. Lev (1988) menyatakan bahwa pengungkapan yang penuh (full) seharusnya mengurangi ketidak-adilan diantara para investor karena adanya penurunan asimetri informasi melalui akses yang sama terhadap informasi. Callahan et al. (1997) menyatakan bahwa salah satu tipe biaya yang dihadapi oleh para dealer saham adalah adverse selection costs yang sangat erat kaitannya dengan alur informasi di pasar modal. Jenis biaya ini menunjukkan tingkat resiko asimetri informasi.
Asimetri informasi dan Cost of Capital
Cost of capital merupakan tingkat kembalian yang diinginkan oleh penyedia dana, baik investor (cost of equity) maupun kreditor (cost of debt). Cost of equity capital berkaitan dengan resiko investasi atas saham perusahaan.
Botosan (1997) menyatakan terdapat beberapa alternative pendekatan untuk mengestimasi cost of equity capital. Pendekatan pertama menggunakan average reliazed returns. Menurut Botosan (1997) pendekatan ini mengandung noise (gangguan) dalam pengukuran cost of capital karena berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya sulit untuk membuktikan adanya hubungan antara return dengan resiko. Pendekatan lainnya adalah penggunaan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Namun Botosan menganggap pendekatan CAPM ini tidak memberikan suatu peran tertentu terhadap pengungkapan. Penelitian Botosan menggunakan pendekatan tersendiri yaitu gabungan dari perhitungan Edward dan Bell; Ohlson; dan Feltham dan Ohlon (rumus EBO).
Kim dan Verrecchia (1994) telah membuat model hubungan likuiditas pasar dan pengumuman laba. Hasilnya bahwa pengumuman laba secara publik dapat mengurangi kos pemrosesan informasi secara individual ataupun institusional. Kos berkurang karena informasi yang diterima oleh partisipan pasar relatif sama. Biaya pemrosesan agregat dari partisipan pasar ini akan mempengaruhi likuiditas pasar. Jika biaya pemrosesan tinggi (karena informasi asimetri meningkat), maka pasar menjadi kurang likuid. Penurunan likuiditas dan peningkatan informasi asimetri ini akan membawa pada harga sekuritas yang tinggi, sehingga cost of capital juga meningkat.

KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI HUBUNGAN PROFESIONALISME DENGAN INTENSI KELUAR (STUDI EMPIRIS PADA INTERNAL AUDITOR PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA)

2.1 Konsep Profesionalisme
Konsep profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall (1968)  banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur  profesionalisme dari profesi  internal auditor yang tercermin dari sikap dan perilaku. Hall (1968)  menjelaskan bahwa ada hubungan timbal balik antara  sikap dan perilaku, yaitu perilaku profesionalisme adalah refleksi dari  sikap profesionalisme dan demikian sebaliknya. Konsep profesionalisme Hall  banyak digunakan oleh para  diantaranya Morrow dan Goetz (1988) menguji profesionalisme  para akuntan publik, Goetz, Morrow dan Me Elroy (1991) untuk mengukur profesionalisme para akuntan publik yang ditambah dengan variabel yang dikembangkan, serta Kalbers dan Fogarty (1995) yang menggunakan pandangan profesionalisme yang   lebih kompleks daripada ketiga  tersebut. an tersebut menunjukkan bukti empiris hubungan variabel antesenden (pengalaman) internal auditor dengan profesionalisme, juga dengan  variabel konsekuensiya. Sedangkan di Indonesia an Kalbers dan Fogarty di replikasi oleh Winowo (1996)  dan Rahmawati (1997), Sumardi (2001). Serta Yohanes Sri Guntur (2001) yang mengunakan sampel internal auditordengan menggunakan instrumen  profesionalisme di lingkunganinternal auditor perusahaan manufaktur, dari Hall (1968).
Lima konsep profesionalisme dari Hall (1968) adalah sebagai berikut :
Afiliasi komunitas (community affiliation) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Malalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.
Kebutuhan untuk mandiri (Autonomy demand) merupakan suatu pandangan  bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang  bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa  untuk membuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut karyawan yang bersangkutan dalam  situasi khusus. Dalam pekerjaan yang terstruktur  dan dikendalikan oleh manajemen secara  ketat, akan sulit menciptakan tugas yang menimbulkan rasa kemandirian dalam tugas.
Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud bawah yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah  rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun  imbalan ekstrinsik berkurang. Sikap ini merupakan  ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap
pekerjaan. Pekerjaan didefiniskan  sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan  ari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan setelah itu baru materi.
Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
2.2.Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) dan Profesionalisme
Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan  atau  tidak pekerjaan  mereka, atau suatu perasaan pegawai atau tidak senang yang relatif berbeda dari pemikiran obyektif  dan keinginan perilaku (Davis et.al, 1985).
Alasan utama mempelajari kepuasan kerja adalah untuk menyediakan gagasan bagi para manajer tentang cara  meningkatkan sikap karyawan. Seseorang yang tidak punya kemampuan  mengaktualisasikan secara profesional menjadi tindakan puas dalam bekerja (Sorensen dan Sorensen, 1974), Studi yang dilakukan Norris dan Nieburh (1984) mengharapkan adanya hubungan positif antara profesionalisme  dengan kepuasan kerja, studi ini dilakukan pada 62 akuntan publik di kantor akuntan publik the big eight di Amerika. Simpulan  studi ini konsisten  profesional afiliasi komunitas sedangkan empat dimensi  lainnya tidak mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja. Sedangkan an Sehrueder dan Indieke (1977) menunjukkan  hubungan yang negatif antara profesionalisme  dengan kepuasan  kerja, an tersebut dilakukan pada 72 akuntan publik pada 16 perusahaan di Amerika. Begitu juga Sorensen (1967) menyimpulkan bahwa orientasi  profesionalisme berhubungan  negatif dengan kepuasan kerja.
Sebagai bentuk perilaku, komitmen organisasi dapat dibedakan kepuasan kerja. Komitmen mengacu pada respon emosional atas aspek khusus dari pekerjaan (Suwandi dan Nur Indriantoro, 1999). Sedangkan Mabley et.al (1979) dalam Suwandi dan Nur Indriantoro (1999) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai tingkat  kekerapan identifikasi dan tingkat  keterikatan individu kepada organisasi tertentu yang dicerminkan dengan karakteristik adanya keyakinan untuk mengusahakan  yang terbaik untuk organisasi, dan adanya keinginan yang pasti  untuk mempertahankan keikutsertaan dalam organisasi.
Pei dan Davis (1989) dalam annya menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara komitmen organisasi dengan profesionalisme. Hal ini konsisten dengan temuan Kalbers dan Fogarty (1995), Rahmawati (1997), tetapi  berbeda dengan Harrel et.al (1986) yang mendapati bahwa komitmen organisasi mempunyai hubungan yang positif dengan profesionalisme.
2.4 Hubungan Kepuasan Kerja  dengan Komitmen Organisasi.
Menurut Robbins (1996) kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang; sebagai perbedaan  antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang diyakini yang seharusya diterima.
Sedangkan komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai (1) sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi dan atau profesi, (2) sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi dan atau profesi. (3) sebuah keinginan untuk memelihara  keanggotaan dalam organisasi dan atau profesi (Aranya et al.1980).Lain halnya menurut Robbin (1996) komitmen organisasi adalah  derajat sejauh mana seorang karyawan memihak suatu organisasi tertentu dan tujuan -tujuanya, dan berniat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi .
Kepuasan kerja dan komitmen organisasi adalah 2 hal yang sering dijadikan pertimbangan saat mengkaji pergantian akuntan yang bekerja (Poznanski dan Bline, 1997). Beberapa an terdahulu misalnya Gregson (1992) melaporkan hasil dari suatu studi dimana kepuasan kerja sebagai pertanda awal terhadap komitmen organisasi dalam sebuah model pergantian akuntan yang bekerja. Tetapi  terdapat beberapa batasan dalam studi Gregson tersebut, karena masalah indentifikasi, sebuah model dengan hubungan timbal balik antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi tidak dapat diuji. Kurangnya indentifikasi dapat disebabkan oleh tidak adanya penggolongan kondisi atau persyaratan, urutan kondisi atau kedua-duanya. Tanpa indentifikasi yang cukup estimasi parameter akan berubah-rubah dan inteprestasi terhadap parameter tersebut menjadi tak berarti (Long, 1986).
Harrel et. all (1986) meneliti pengaruh komitmen organisasi, profesional dan konflik organisasi profesional pada kepuasan kerja. Komitmen organisasi diduga telah diutamakan daripada kepuasan kerja. Hasil ini secara statistik nyata bagi interaksi multiplikatif (ganda) dan 3 variabel:  komitmen organisasi, komitmen profesional dan konflik organisasi -profesional.
Sedangkan Aranya et.all (1982) menganalis efek komitmen organisasi dan profesional pada kepuasan kerja para akuntan yang dipekerjakan. Dengan menggunakan komitmen profesional dan organisasi sebagaipredictor kepuasan kerja, dan melaporkan adanya suatu korelasi nyata secara statistik antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Komitmen profesional mempengaruhi kepuasan kerja secara tidak langsung  melalui komitmen organisasi. Norris dan Ni Buhr (1983) dan Meixner dan Bline (1989) juga mendukung kesimpulan Aranya et. all (1982) bahwa komitmen organisasi dan komitmen profesional adalah kompatibel atau sesuai. Juga korelasi nyata secara statistik antara kepuasan kerja dengan komitmen profesional maupun organisasi ditemukan.
Beberapa penelitian yang lain menggunakan kepuasan kerja dan komitmen organisasi sebagai prediktor pergantian tujuan, misalnya Cohen (1993) ; Cohen dan Hudecek (1993) ; Vandeberg dan Scarpello (1994) ; Sorensen dan Sorensen (1974) ; Rasch dan Harell (1990) sedangkan studi lain yang menggunakan kedua konsep itu sebagai  prediktor simultan perubahan tujuan yaitu Porter et. all (1994) ; Shore et. all (1990); Jenkins dan Thomlinson (1992) ; Rahim dan Afza (1993).
Quarles (1994)  meneliti mekanisme yang mempengaruhi komitmen internal auditor, kepuasan kerja dan perubahan tujuan. Dalam studinya  ini menghipotesakan komitmen organisasi sebagai pertanda awal terhadap  kepuasan kerja. Dan menemukan  hubungan positif yang signifikan  antara  kotmitmen organisasi dan kepuasan kerja, dan hubungan yang berlawanan antara kepuasan kerja dan pergantian tujuan.
Reed et al  (1994)  membuat model komitmen organisasi dan kepuasan kerja  dalam sebuah model non-rekursif, keduanya sebagaiantesenden terhadap pergantian tujuan. Meskipun mereka tidak secara khusus menguji sebab akibat antara konsep-konsep tersebut, sebuah hubungan yang signifikan dilaporkan  antara jalur kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi dan lajur komitmen terhadap kepuasan kerja.
Studi yang telah secara khusus menguji hubungan sebab akibat antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja memiliki hasil-hasil  inkonklusif (yang tak meyakinkan) dan campur aduk. Sebagai contoh
Gregson (1992) melaporkan bahwa kepuasan kerja adalah pertanda awal terhadap komitmen, sedangkan Bateman dan Strasser (1984) melaporkan komitmen menjadi pertanda  awal terhadap kepuasan  kerja.
William dan Hazer (1986) melaporkan timbal balik yang mungkin  antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi, tetapi tidak dapat diuji untuk model identifikasi masalah. Curry et al  (1986) melaporkan bahwa tidak ada  pendukung untuk keterkaitan sebab akibat atau komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja, maupun kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. Mathieu (1991) menyatakan bahwa hasil-hasil dari studinya  tidak dapat mendukung  suatu hubungan sebab akibat yang mana satu konsep adalah preseden bagi yang lain, meski terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.
2.5. Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Intensi keluar
Beberapa penelitian mendukung adanya hubungan yang signifikan antara komitmen organisasi dan intensi keluar. Penelitian empiris Billing dan Beker (1983) mendukung hipotesis bahwa individu yang memenuhi komitmen organiasi akan memiliki tingkat kepuasan danprosocial organization behavior yang lebih tinggi dan Intensi keluar yang semakin rendah. Hal ini juga dikemukan oleh (Arnold dan Fieldman, 1982) pada model turnover process yang  mendukung hubungan signifikan antara variabel independen dan perilaku turnovernyata. Fokus utama model tersebut dan temuan penelitian ditujukan  untuk mengindentifikasi antecedent komitment organisasi atas berabagai kategori. Dalam pembahasannya telah memasukkan  karakteristik personal, pengalaman kerja, karakteristik pekerjaan, faktor-faktor organisasi dan faktor-faktor yang  berhubungan dengan peran. Model konseptual turnover telah banyak memperoleh perhatian dalam berbagai literatur psikologi,  seperti yang ditawarkan oleh Mobley (1977) dsalam Judge (1993). Meskipun model tersebut  mempertimbangkan komitmen organisasi sebagai suatu sikap yang berhubungan dengan kepuasan,  akan tetapi hipotesis hubungan kausalnya tidak jelas.
Penelitian lain yang dilakukan William dan Hazer (1986), melalui penggunaan structural equation methodology, menyimpulkan bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh lebih penting pada intensi keluar daripada kepuasan kerja.Shore dan Martin 1989 menemukan kepuasan kerja dan komitmen organisasi berhubungan denganturnover dan komitmen organisasi lebih besar hubungannya denganturnover

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KULTUR ORGANISASI TERHADAP KOMUNIKASI DALAM TIM AUDIT

2.1. Gaya Kepemimpinan
Fleisman dan Peters (1962) menyatakan gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan dan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang ditunjukkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain, seperti yang dipersepsikan orang lain.
Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan yang telah diteliti di Ohio State University oleh Fleishman et al., dalam Gibson (2000) yaitu perilaku pemimpin melalui dua dimensi yaitu consideration dan initiating structure.
1. Consideration (konsiderasi) adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan kedekatan hubungan antara bawahan dengan atasan, adanya saling percaya, kekeluargaan, menghargai gagasan bawahan, dan adanya komunikasi antara pimpinan dan bawahan. Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan parsial.
2. Initiating structure (Struktur inisiatif) merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukkan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan didalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar. Pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi, akan memfokuskan pada tujuan dan hasil.
Bukti empiris tentang gaya kepemimpinan dalam KAP menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan konsiderasi yang tinggi akan menimbulkan behavior disfunctional oleh auditor (CAR Report, 1978; Kelley, 1988; Raghunathan, 1991). Part dan Jiambalvo (1982) menginvestigasi penentuan gaya kepememimpian konsiderasi dan struktur inisiatif, mereka menggunakan path-goal theory dalam menguji hubungan antara perilaku manajer partner dengan kepuasan kerja dan motivasi bawahan. Hasilnya terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara perilaku konsiderasi dan kompleksitas tugas. Gaya kepemimpinan konsiderasi lebih memuaskan bawahan dalam kompleksitas tugas yang rendah. Sedangkan interaksi antara perilaku struktur inisiatif dengan kompleksitas tugas tidak signifikan, karena perilaku struktur inisiatif dapat digunakan dalam kompleksitas tugas yang tinggi.
Outley dan Pierce (1995) serta Murdianingrum (2000) menguji gaya kepemimpinan di KAP dengan perilaku disfungsioanal. Sedangkan Safriliana (2001) menguji gaya kepemimpinan dengan prilaku penurunan kualitas audit. Gaya kepemimpinan yang digunakan adalah struktur inisiatif dan konsiderasi. Mereka membedakan gaya kepemimpinan tersebut tinggi dan rendah. Hasil penelitian Outley dan Pierce (1995) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan struktur inisiatif cenderung mengurangi perilaku disfungsional. Sedangkan hasil penelitian Murdianingrum (2000) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan konsiderasi cenderung mengurangi perilaku disfungsional. Demikian juga hasil penelitian Safriliana (2001) bahwa gaya kepemimpinan struktur inisiatif lebih berpengaruh dalam mengurangi perilaku penurunan kualitas audit dibanding dengan gaya kepemimpinan konsiderasi.
2.2 Komunikasi Dalam Tim audit
Pengertian komunikasi dalam satu kelompok, menurut Ivancevich dan Matteson (1987) dalam Rachma (2000) adalah pengiriman informasi oleh salah seorang anggota kelompok kepada anggota yang lain dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.
Profesi akuntan publik tidak terlepas dari proses komunikasi, dia selalu dituntut untuk melakukan komunikasi baik dengan klien maupun dengan karyawan profesional dan klerikal dalam perusahaan. Putusnya komunikasi antar akuntan dapat memberi pengaruh kurang baik terhadap kinerja akuntan, selain itu dapat menimbulkan konsekuensi yang membahayakan perusahaan dan juga menghambat kemampuan akuntan untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik (Hammer dan Gavin, 1983 dalam Rahcma, 2000).
Beberapa penelitian bahkan telah menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai implikasi penting terhadap kepuasan kerja dan turnover akuntan (Rhode et al., 1977; Fusaro et al., 1984; Hammer dan Gavin, 1983 dalam Rachma, 2000). Komunikasi yang terjalin diantara anggota tim audit menjadi aktivitas yang sangat fundamental untuk mencapai hasil akhir, yaitu opini audit. Keberhasilan kerja tim sangat dipengaruhi oleh komunikasi tim audit.
Komunikasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah komunikasi yang digunakan oleh Rudolph dan Welker (1998) yang terdiri dari empat dimensi yaitu: Kecukupan informasi, boundary spaning, kepuasan atas pengawasan dan keakuratan informasi.
Kecukupan informasi, yaitu kecukupan informasi yang menyangkut tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu sesuai dengan yang dibutuhkan. Bila jumlah informasi yang diterima tim audit jauh melebihi atau mengurangi kebutuhan, maka anggota tim kesulitan dalam memanfaatkan semua informasi yang mereka terima secara efisien, akibatnya dapat mengurangi keefektifan pengambilan keputusan dalam pelaksanaan audit.
Boundary Spanning, yaitu serangkaian aktivitas para anggota kelompok yang saling berinteraksi menyampaikan atau menerima informasi untuk tujuan pengambilan keputusan. Aktivitas ini terjadi ketika auditor melakukan akses dengan orang-orang diluar tim seperti pakar komputer, sistem informasi, perpajakan, keuangan dan pakar statistik, juga dengan pihak-pihak di luar KAP yaitu klien, rekanan kerja klien yang bisa memberikan bukti-bukti yang berkaitan dengan audit yang sedang dilaksanakan.
Kepuasan terhadap pengawasan, yaitu kualitas dan kuantitas informasi yang diterima auditor dari supervisornya. Kepuasan terhadap pengawasan disini, merupakan perilaku yang mencerminkan sampai sejauh mana kebutuhan auditor akan segala informasi yang berkualitas dapat dipenuhi oleh supervisor.
Keakuratan informasi. Dalam proses pengauditan bukti-bukti audit tidak hanya harus mencukupi, tetapi juga kompeten. Bukti yang kompeten berarti juga informasi yang akurat, dapat dipercaya, sah, objektif dan relevan.
Mengacu pada uraian dan penjelasan pada point 2.1 mengenai danya perilaku disfungsional auditor dan penurunan kualitas audit, terkait dengan peran pemimpin dalam mempengaruhi bawahanya dalam upaya menciptakan komunikasi dalam menyampaikan informasi. Hal ini didasarkan pada estimasi yang ada bahwa manajer menghabiskan antara 50 sampai 90 persen waktunya untuk berkomunikasi. Waktu ini digunakan untuk menyampaikan informasi kepada atasan dan menerima informasi dari bawahan.
Teori atribusi kepemimpinan menjelaskan bahwa pendekatan atribusi dimulai dengan posisi para pemimpin sebagai pemproses informasi (Gibson, 2000) dengan kata lain para pemimpin mencari informasi mengenai mengapa sesuatu terjadi dan kemudian berusaha untuk membentuk penjelasan sebab yang menuntun perilaku kepemimpinannya. Komunikasi menjadi alat manajemen untuk menyatukan kegiatan organisasi yang mana sasaran perusahaan dapat dicapai (Harry, 1978 dalam Timpe, 1991). Dalam satu penelitian, 74% manajer yang dijadikan sampel dari perusahaan Amerika, Inggris dan Jepang mengatakan bahwa hambatan utama terbesar menuju keunggulan perusahaan adalah keruntuhan komunikasi (Blake dan Jane,1968 dalam Timpe, 1991).
Dalam pelaksanaan audit, supervisi selalu melakukan komunikasi dengan bawahan mengenai instruksi tugas dan tujuan dari tugas yang diberikan kepada bawahan, pemberian saran yang dapat membantu bawahan dalam menjalankan tugasnya (Hall, 1996). Tanpa adanya komunikasi yang cukup antara supervisi dan bawahan, maka auditor akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas dan menangani tugas-tugas penting yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan interpretasi terhadap informasi yang berkenaan dengan audit yang dilakukan. Pentingnya komunikasi dalam organisasi didukung penelitian Miles et al., (1996) dalam Wardhani (2000) yang menemukan bahwa komunikasi yang efektif dari supervisor mengenai pekerjaan dapat mengurangi role ambiguity dan role conflict.
2.3. Kultur Organisasi
Hood dan Koberg (1991) mendefinisikan kultur sebagai seperangkat nilai, norma, persepsi dan pola perilaku yang diciptakan atau dikembangkan dalam sebuah perusahaan untuk mengatasi masalah-masalah, baik masalah mengenai adaptasi secara eksternal maupun masalah integrasi secara internal.
Kultur organisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kultur yang dikembangkan oleh Wallach (1983) yang membagi kultur kedalam tiga dimensi yaitu birokratis, inovatif, dan suportif. Kultur birokratis lebih berorientasi pada kekuasaan, kultur inovatif lebih berorientasi pada hasil dan kultur suportif lebih berorientasi pada hubungan kekeluargaan.
Kultur organisasi memiliki pengaruh yang kuat dalam suatu organisasi melalui penanaman nilai-nilai, pengharapan dan perilaku, yang kemudian mempengaruhi individu, kelompok dan proses organisasi (Gibson, 2000). Penelitian Kotter dan Heskett (1992) terhadap berbagai jenis industri perusahaan di Amerika, menemukan bahwa kultur organisasi mempunyai dampak signifikan terhadap kinerja ekonomi perusahaan dalam jangka panjang. Demikian juga dengan penelitian O’Reilly (1989) menunjukkan bahwa kultur perusahaan mempunyai pengaruh terhadap efektivitas suatu perusahaan, terutama pada perusahaan yang mempunyai kultur yang sesuai dengan stategi dan dapat meningkatkan komitmen karyawan terhadap perusahaan.
Umumnya kultur organisasi dibawakan atau diciptakan oleh pendiri organisaasi atau lapisan pimpinan paling atas (top manajemen). Kotter dan Heskett (1992) menyatakan bahwa budaya organisasi bersumber dari beberapa orang, lebih sering hanya dari satu orang pendiri perusahaan, orang tersebut akan mengembangkan strategi sesuai lingkungan bisnis yang dikelolanya, yang pada akhirnya akan menjadi kultur di perusahaan. Higginson dan Waxler (1993), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan kultur organisasi merupakan refleksi personalitas CEO nya. Demikian juga dengan Pearce dan Robinson (1998) menyatakan bahwa pemimpin menanamkan komitmen untuk melakukan perubahan tiga aktivitas yang saling terkait yaitu klarifikasi maksud strategi, membangun organisasi dan membentuk kultur perusahaan. Pendapat tersebut didukung oleh Senge (1990) bahwa pemimpin merupakan desainer dari organisasi dengan ikut dalam mendesain berbagai tujuan, visi dan nilai-nilai inti dalam organisasi. Nilai-nilai organisasi (kultur organisasi) yang dibentuk oleh pemimpin akan mempengaruhi seluruh aspek dalam organisasi. Pendapat lainnya yang menyatakan adanya hubungan antara kepemimpinan dan kultur organisasi adalah Dessler (1995) menyatakan bahwa kultur organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin, karena kultur organisasi mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi perilaku anggota organisasi.
Carlson dan Perrewe (1995) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perilaku pemimpin memberikan kontribusi yang cukup besar pada terbentuknya kultur organisasi. Astuti (1995) yang meneliti tentang analisis kepemimpinan dalam pembentukan budaya perusahaan di hotel Ambarrukmo, hasilnya menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dengan budaya perusahaan. Demikian juga Praningrum (1997) meneliti gaya kepemimpinan dan budaya organisasi pada industri kecil, menemukan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi budaya organisasi. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang diajukan adalah:
H2: Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kultur organisasi dalam tim audit.
Kultur merupakan proses pertukaran pemahaman antar staf dalam suatu organisasi sehingga mereka dapat bekerja sama (Rachma, 2000). Gaya kepemimpinan dan kultur organisasi merupakan dua faktor yang memiliki pengaruh kuat dalam menentukan keberhasilan suatu orgnisasi dalam mencapai tujuan. Brown dan Starkey (1994) mengemukakan bahwa kultur organisasi merpakan instrumen penting dalam memberikan kerangka acuan tentang bagaimana komunikasi dan informasi dikelola oleh manajemen. Begitu juga dengan Harvey dan Borwn (1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan kultur organisasi menentukan arah untuk seluruh organisasi dan mempengaruhi komunikasi, pengambilan keputusan dan pola kepemimpinan dari seluruh sistem.
Rachma (2000) meneliti pengaruh kultur terhadap komunikasi penyampaian informasi dalam tim audit. Hasil penelitiannya menemukan bahwa adanya pengaruh signifikan kultur KAP terhadap proses komunikasi dalam tim audit. Diantara ketiga katagori kultur yang ada (birokratis, suportif dan inovatif) maka kultur birokratis dan suportif yang paling berpengaruh terhadap variabel komunikasi, khususnya boundary spanning dan kepuasan atas pengawasan.

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI ORGANIZATIONAL-PROFESSIONAL CONFLICT AKUNTAN DI KAP DAN INDUSTRI

2.1. Teori Peran
Teori dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peran(role theory) yang dikembangkan oleh Khan et al., (1964) dalam    Dyah Sih Rahayu (2002). Teori peran menyatakan bahwa individu akan mengalami konflik apabila ada dua tekanan atau lebih yang terjadi secara bersamaan yang ditujukan pada seseorang. Apabila individu tersebut mematuhi satu diantaranya akan mengalami konflik, sehingga tidak mungkin mematuhi lainnya (Wolfe dan Snoke, 1962) dalam Dwi Fitri Puspa & Bambang Riyanto (1998).
2. 2. Komitmen AffectiveContinuance, dan Professional
Penelitian yang dilakukan oleh Becker (1960) dalam Meyer & Allen (1984) memberikan gambaran komitmen organisasional yang lebih komplek. Menurut Becker, untuk memahami komitmen organisasional perlu dibedakan atas fact of commitment dan bases of commitment. Fact of Commitment berkaitan pada sesuatu (grup atau individu), dimana seseorang memberikan komitmennya didasarkan pada sasaran komitmen. Sedangkan bases of commitment merujuk pada dasar atau motif yang menyebabkan seseorang mempunyai komitmen terhadap sesuatu. Becker (1960) berpendapat bahwa bases of commitment yang dominan adalah side-bets orientation yang mencerminkan akumulasi investasi seseorang yang hilang jika meninggalkan organisasi; dan individual-organizational goal congruence orientation yang mencerminkan penerimaan dan pengidentifikasian seseorang terhadap tujuan-tujuan organisasional.
Berkaitan dengan bases of commitment, Meyer dan Allen (1984) membedakan komitmen menjadi komitmen ganda yaitu komitmenaffective dan continuance. Dengan demikian  pengukuran komitmen organisasional dalam OCQ yang menggunakan konstruk tunggal(unidimensional), mulai menggunakan konstruk ganda(multidimensional) dalam beberapa penelitian komitmen organisasional (Angle & Perry, 1981; Bar-Hayim & Berman, 1992).Affective commitment yang dikembangkan oleh Meyer & Allen (1984) didasarkan pada konsep individual organizational goal congruence.Affective commitment mencerminkan kekuatan kecenderungan seseorang untuk tetap bekerja di suatu organisasi karena orang tersebut setuju dengan organisasi dan senang bekerja di organisasi tersebut (Meyer & Allen, 1984).
Continuance commitment berkaitan dengan teori side bets dari Becker (1960). Komitmen continuance merujuk pada kekuatan kecenderungan seseorang untuk tetap bekerja di suatu organisasi karena tidak ada alternative pekerjaan lain. Dengan kata lain individu yang tetap bekerja dalam organisasi karena mereka mengakumulasikan manfaat yang lebih (atau memberi beban yang lebih besar jika keluar) yang akan mencegah mereka mencari pekerjaan lain (Meyer &  Allen, 1984). Meyer & Allen (1991) berpendapat bahwaside bets potensial yang mungkin terjadi ditingkat komitmencontinuance yang tinggi meliputi waktu dan usaha yang dilakukan dalam mendapatkan keterampilan yang tidak dapat ditransfer dan hilangnya manfaat yang menarik atau hak-hak istimewa sebagai senior.
Sedangkan Komitmen profesional adalah kekuatan identifikasi individual dengan keterlibatannya  secara khusus dengan suatu profesi. Dengan demikian individual dengan komitmen profesional yang tinggi dikarakteristikkan sebagai (1) adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas tujuan profesi; (2) kesediaan untuk berusaha sebesar-besarnya untuk profesi; dan (3) adanya keinginan yang pasti untuk keikutsertaan dalam profesi (Mowday et al., 1979).
2. 3. Konflik Organisasional-Profesional
Hubungan antara profesional dengan organisasi dianggap mempengaruhi  hubungan timbal balik antara komitmen organisasional dan profesional. Namun, hubungan antara komitmen organisasional dan profesional belum tentu menyatu dalam suatu organisasi. Orientasi organisasional dan profesional para karyawan sangat bertentangan disebabkan adanya ketidaksesuaian terhadap sistem nilai profesional dan organisasional (McGregor, et al., 1989).
Orientasi organisasional lebih menekankan pada nilai-nilai  organisasional seperti pengendalian hirarkis dan otoritas, kesesuaian dengan norma-norma organisasional dan berbagai regulasi, maupun loyalitas organisasional. Sedangkan orientasi profesional lebih menekankan pada kode etik dan standar kinerja profesional. Dengan adanya kondisi yang demikian akan terjadi konflik bila tujuan-tujuan profesional tidak sesuai dengan tujuan organisasional (Sorensen, 1967).
2.4. Pengaruh Komitmen Affective, Komitmen Continuance, dan Komitmen Profesional Terhadap  OPC
Dalam menjalankan fungsinya sebagai profesional, maka seseorang tidak dapat menjalankan dua komitmen sekaligus. Komitmen organisasional dan komitmen profesional dapat bersifat mutually exclusive. Dengan demikian pilihan terhadap komitmen organisasi akan meniadakan pilihan terhadap komitmen profesional (McGregor et al.,1986).
Dalam bidang auditor internal Harrel et al., (1986) menemukan bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif dengan OPC, dan komitmen profesional berpengaruh negatif dengan  OPC. Dalam akuntan publik Aranya dan Ferris (1984) menemukan bahwa komitmen organisasional dan komitmen profesional berpengaruh positif dengan OPC. Sedangkan dalam bidang akuntan manajemen McGregor et al.,(1989) menemukan bahwa OPC juga dipengaruhi oleh komitmen organsasional dan komitmen profesional. Komitmen organisasional berpengaruh negatif dengan OPC dan komitmen profesional berpengaruh tidak signifikan dengan OPC.
2.5. Pengaruh OPC Terhadap Kepuasan Kerja
Banyak faktor dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Smith et al., (1969) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah upah, promosi, supervisi, rekan kerja, dan kondisi kerja. Selain itu kepuasan kerja juga disebabkan karena ada konflik yang timbul, misalnya karena konflik peran (Dyah Sih Rahayu, 2002; Jacson & Schuler, 1985; Senatra, 1980; Sorensen dan Sorensen, 1974; Van Sell et al., 1981), atau karena konflik antara organisasi dan profesi (Aranya dan Ferris, 1984; Harrel et al., 1986, McGregor et al., 1989).
Sorensen dan Sorensen (1974) menemukan bahwa konflik peran akuntan (antara norma birokratik dan profesi) berhubungan positif dengan kepuasan kerja. Dyah Sih Rahayu 2002; Jacson & Schuler, 1985; Senatra, 1980; Van Sell et al., 1981; menemukan bahwa konflik peran berhubungan negatif dengan kepuasan kerja. Harrell et al.,1986;  Aranya dan Ferris, 1984; dan McGregor et al., 1989 menemukan bahwa OPC mempunyai hubungan negatif dengan kepuasan kerja.
2.6. Pengaruh OPC Terhadap Tekanan Kerja
Tekanan kerja yang tinggi dapat menimbulkan frustrasi dan kegelisahan dalam bekerja (Hopwood, 1973 dalam  Maulana Kamal & Ainun Na’im, 2000). Adanya tekanan kerja akan sangat berkaitan dengan kondisi psikologis maupun psikis seseorang (Rizzo et al.,1977). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konflik peran berhubungan dengan tekanan kerja. Dyah Sih Rahayu, 2002; Jacson & Schuler, 1985; Senatra, 1980; dan Van Sell et al., 1981 menemukan bahwa konflik peran berhubungan positif dengan tekanan kerja.
2.7. Pengaruh OPC Terhadap Keinginan Berpindah
Keinginan berpindah yang dilakukan oleh seorang karyawan dapat berupa keinginan berpindah ke dalam atau keluar. Keinginan berpindah ke dalam misalnya berpindah dari satu bagian/departmen ke bagian/departemen lain. Sedangkan keinginan berpindah keluar misalnya ingin pindah ke organisasi/perusahaan lain yang lebih baik, dengan alasan misalnya ingin mencari pekerjaan yang lebih baik di tempat lain, upah yang lebih baik, atau mencari suasana baru (Abelson, 1987).
Keinginan berpindah juga dipengaruhi oleh konflik yang terjadi dalam organisasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konflik peran dan OPC yang dialami oleh karyawan berpengaruh terhadap keinginan berpindah.  Dyah Sih Rahayu, 2002; Jacson & Schuler, 1985; Senatra, 1980; Sorensen dan Sorensen, 1974; dan Van Sell et al., 1981 menemukan bahwa konflik peran akuntan berhubungan positif dengan keinginan berpindah. Aranya dan Ferris, 1984; Harrell et al, 1986; McGregor et al., 1989 menemukan bahwa OPC mempunyai hubungan positif dengan keinginan berpindah.

Efek Bid-ask, Firm Size dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal Saham Winner dan Loser Kelompok Entitas Indeks LQ 45 Periode 2009-2011 di Bursa Efek Indonesia

Efek Bid-ask, Firm Size dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal Saham Winner dan Loser Kelompok Entitas Indeks LQ 45 Periode 2009-2011 di Bursa Efek Indonesia

Rismaeka Purnamasari Latjuba

Rowland Bismark Fernando Pasaribu

Jalan Raya Lenteng Agung Nomor 11, JKSL 12610

Email: rismaekapurnamasari@yahoo.com

Jalan Komando III/2, Nomor 37 JKSL 12920

Email: rowland.pasaribu@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini memuat tentang efek Bid-ask Spread,  Firm Size dan Likuiditas terhadap fenomena Price Reversal. Dengan menggunakan return saham yang mengikuti satu hari perubahan besar harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 – 2011. Sampel yang digunakan adalah entitas yang terdaftar dalam LQ45 berjumlah 45 entitas. Penelitian ini menggunakan data triwulan selama 3 tahun, yang datanya di dapat dari idx.co.id laporan keuangan pertahun, Indonesian Capital Market Directory dan yahoo finance, perhitungan abnormal return menggunanakan Daily Return saham dan Daily Return Market. Melalui abnormal return dapat ditentukan saham Winner dan  saham Loser.

Kata kunci : overreaction, bid-ask spread,  firm size, likuiditas, abnormal return, dan price reversal.

PENDAHULUAN

Pasar efisien pertama kali digunakan dalam konteks pasar sekuritas oleh Fama pada tahun 1969 (dalam Jusuf, 2008). Mereka mendefinisikan pasar efisien sebagai pasar yang dapat melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap informasi baru.  Setiap hari terdapat informasi yang dipublikasikan untuk para investor di pasar ekuitas. Jika informasi-informasi tersebut relevan, maka harga saham akan terpengaruh (Jusuf, 2008). Semakin cepat informasi baru pada sebuah harga sekuritas, maka semakin efisien pasar tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sulit untuk para investor mendapatkan tingkat keuntungan diatas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia.

Overreaction adalah peristiwa yang dianggap dramatis oleh para investor yang dapat menyebabkan para investor bereaksi secara berlebihan (Rahmawati dan Tri Suryani, 2005). Overreaction ini diperkenalkan pertama kali oleh DeBondt tahun 1985, dengan menemukan adanya pembalikan return saham dimana saham-saham yang merupakan saham loser akan menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan saham-saham yang sebelumnya merupakan saham winner. Dalam hal ini, para pelaku pasar cenderung menetepkan harga terlalu tinggi sebagai reaksi terhadap berita yang dinilai sebagai good news, dan sebaliknya mereka akan memberikan harga yang terlalu rendah sebagai reaksi terhadap bad news (Yuli dan Kirmizi, 2012). Overreaction juga pernah diteliti oleh Pasaribu (2011), menurutnya overreaction pasar adalah salah satu tendensi pada perilaku analis dan investor terhadap informasi earning yang tidak diharapkan dan dapat menimbulkan volatility dari return yang abnormal pada saham-saham di pasar.

Pembalikan harga umumnya disebabkan oleh overreaction terhadap informasi baru, para investor bereaksi secara berlebihan terhadap berita-berita yang tidak diantisipasi yang akan merugikan keberadaan ekonomi entitas, hal ini akan memaksa harga turun terlalu jauh, kemudian diikuti koreksi yang mengakibatkan harga akan menaik. Pembalikan ini ditunjukkan oleh turunnya harga setelah terjadi kenaikkan secara ekstrim.

Besarnya harga saham selain dipengaruhi oleh informasi yang diterima para investor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain terdiri dari bid-ask spread sebagai biaya transaksi, firm size yang menunjukan nilai pasar dari ekuitas entitas, dan likuiditas pasar. Pengaruh ketiga faktor ini terhadap harga saham merupakan akibat dari pengaruhnya terhadap kondisi pasar saham yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan bid dan ask, perubahan volume perdagangan yang merupakan indikator dari likuditas pasar maupun perubahan besarnya ekuitas entitas karena perubahan jumlah saham yang beredar.

METODE PENELITIAN

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh saham entitas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang termasuk dalam saham LQ45 periode Februari 2013 – Juli 2013, berdasarkan pengumuman BEI No. Peng-00016/BEI PSH/01-2013 tanggal 25 Januari 2013. Saham winner dan loser ditetapkan dengan menggunakan abnormal return, yang di seleksi berdasarkan hasil dari yang terbesar sampai yang terkecil setiap periode triwulan.

Penelitian ini menggunakan data triwulan selama 3 tahun dari tahun 2009-2011, yang datanya di dapat dari http://www.idx.co.id laporan keuangan pertahun, Indonesian Capital Market Directory dan yahoo finance, perhitungan abnormal return. Melalui abnormal return dapat ditentukan saham winner dan saham loser.

Teknis analisis yang digunakan adalah uji statistik yang terdiri dari uji statistik deskriptif, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji determinasi, uji hipotesis baik secara parsial maupun secara simultan.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini :

Hipotesis 1 : Bid-ask spread merupakan faktor yang berpengaruh terhadap price reversal portofolio winner.

Hipotesis 2 : Firm size merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena price reversal portofolio winner.

Hipotesis 3 : Likuiditas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena price reversal portofolio winner.

Hipotesis 4 : Bid-ask spread, Firm size dan Likuiditas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena Price reversal portofolio winner.

Hipotesis 5 : Bid-ask spread merupakan faktor yang berpengaruh terhadap price reversal portofolio loser.

Hipotesis 6 : Firm size merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena price reversal portofolio loser.

Hipotesis 7 : Likuiditas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena price reversal portofolio loser.

Hipotesis 8 : Bid-ask spread, Firm size dan Likuiditas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena Price reversal portofolio loser.

PEMBAHASAN

Uji Statistik Deskriptif

Berdasarkan lampiran B panel 1, pada tahun 2011 triwulan keempat terlihat untuk portofolio winner jumlahnya adalah 21 entitas, dengan nilai minimum 0.00, nilai maksimumnya adalah 0.54, nilai meannya adalah 0.1130 dan nilai standar deviasinya adalah 0.12333. Dari bid-ask winner, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 0.2, 0.57, 0.2904 dan 0.12593. Kemudian firm size winner dapat dilihat nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 23.10, 33.03, 28.2509, 2.42132. Sementara dari likuiditas winner, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 16.50, 23.24, 19.6221, 1.70367. sedangkan untuk portofolio loser pada panel b terlihat jumlahnya adalah 24 entitas, dengan nilai minimum -0.21, nilai maksimumnya adalah -0.02, nilai meannya adalah -0.1013 dan nilai standar deviasinya adalah 0.06769. Dari bid-ask loser, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah -0.10, 0.41, 0.2250 dan 0.12091. Kemudian firm size loser, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 23.00, 31.00, 27.9266, 1.86670. Sementara dari likuiditas loser, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 14.66, 22.76, 20.1865 dan 2.04617.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF pada tabel dibawah ini, perbandingannya untuk nilai tolerance jika kurang dari 0.1 maka dapat disimpulkan variabel tersebut multikolinearitas, sedangkan untuk nilai VIF jika lebih dari 10 maka dapat disimpulkan variable tersebut multikolinearitas. Dari hasil output spss didapat hasil sebagai berikut :

Nilai Tolerance dan VIF

Tabel 1

Tahun

Triwulan

Winner

Loser

Tolerance

VIF

Tolerance

VIF

Bid-ask

Firm Size

Lik

Bid-ask

Firm Size

Lik

Bid-ask

Firm Size

Lik

Bid-ask

Firm Size

Lik

2009

1

0.89

0.861

0.933

1.123

1.161

1.072

0.87

0.161

0.152

1.15

6.221

6.586

2

0.814

0.363

0.327

1.228

2.757

3.058

0.882

0.874

0.259

1.133

3.65

3.865

3

0.939

0.519

0.543

1.065

1.928

1.84

0.949

0.215

0.211

1.054

4.652

4.746

4

0.99

0.294

0.94

1.01

3.4

3.396

0.764

0.279

0.249

1.308

3.586

4.008

2010

1

0.992

0.381

0.381

1.008

2.625

2.623

0.595

0.239

0.299

1.68

4.19

3.343

2

0.929

0.46

0.478

1.077

2.172

2.093

0.691

0.233

0.231

1.448

4.288

4.327

3

0.879

0.128

0.131

1.138

7.833

7.646

0.73

0.755

0.661

1.369

1.324

1.512

4

0.836

0.559

0.643

1.196

1.788

1.555

0.778

0.302

0.348

1.285

3.312

2.87

2011

1

0.938

0.199

0.195

1.066

5.022

5.118

0.905

0.564

0.553

1.105

1.774

1.808

2

0.879

0.498

0.478

1.138

2.008

2.094

0.61

0.202

0.189

1.64

4.945

5.291

3

0.901

0.514

0.478

1.11

1.944

2.09

0.872

0.284

0.275

1.147

3.525

3.635

4

0.846

0.454

0.41

1.182

2.204

2.439

0.872

0.235

0.229

1.147

4.258

4.376

Sumber : Output SPSS, diolah

Pada tabel diatas saham winner dan loser dapat diketahui bahwa seluruh nilai VIF saham winner maupun loser untuk variabel ukuran entitas, likuiditas dan bid-ask spread  menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas dalam persamaan regresi tersebut, sebab  nilai VIF yang dihasilkan memiliki nilai lebih kecil dari 10. Sedangkan jika dilihat  dari nilai tolerance pada saham winner maupun loser seluruhnya tidak ada yang lebih  kecil dari 0,1. Dalam kedua tabel tersebut juga menunjukkan bahwa nilai VIF  terbesar adalah 6.586 yang jauh lebih kecil dari 10. Sedangkan nilai terkecil dari  tolerance value adalah 0.152 yang lebih besar dari 0,1. Dari angka-angka tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas sehingga persamaan regresi layak digunakan.

Uji Autokolerasi

Dalam menganalisis terjadinya autokorelasi yang digunakan adalah nilai durbin-watson yang dibandingkan dengan nilai tabel durbin-watson.

Adapun ketentuan dalam menguji autokorelasi adalah sebagai berikut :

Nilai DW lebih dari 2

  • Jika DW lebih besar dari du, maka tidak ada autokorelasi
  • Jika DW lebih kecil dari dl, maka terdapat autokorelasi positif
  • Jika DW terletak antara du dan dl, tidak ada kesimpulan

Nilai DW kurang dari 2

  • Jika DW lebih kecil dari 4-du, maka tidak ada autokorelasi
  • Jika DW lebih besar dari 4-dl, maka terdapat autokorelasi negatif
  • Jika DW terletak antara 4-du dan 4-dl, tidak ada kesimpulan

Dengan mengetahui jumlah sampel dan jumlah variabelnya, dapat dibaca pada tabel nilai batas bawah (dL) dan juga batas atas (dU), maka didapati hasilnya sebagai berikut:

Durbin-Watson

Tabel 2

Tahun Triwulan Durbin-Watson
Winner Loser
2009 1 0.565 1.15
2 0.875 0.149
3 1.094 0.622
4 1.592 0.804
2010 1 1.664 0.264
2 0.289 0.345
3 0.497 0.506
4 1.974 0.236
2011 1 0.719 0.936
2 0.912 0.553
3 0.696 1.062
4 0.822 0.334

Sumber : Output SPSS, diolah

Berdasarkan tabel diatas tahun 2011 triwulan keempat pada saham winner dapat dilihat bahwa nilai DW nya adalah 0.822, nilai dL nya adalah 1.0262 dan (4-dL) adalah 2.9738, sedangkan nilai dU nya adalah 1.6694 dan nilai (4-dU) adalah 2.3306. maka dapat disimpulkan bahwa nilai DW lebih kecil dari 2 dan lebih kecil dari nilai (4-dU), berarti tidak ada autokorelasi. Sedangkan pada saham loser dapat dilihat bahwa nilai DW nya adalah 0.334, nilai dL nya adalah 1.5464 dan (4-dL) adalah 2.4536, sedangkan nilai dU nya adalah 1.1010 dan nilai (4-dU) adalah 2.8990. maka dapat disimpulkan bahwa nilai DW lebih kecil dari 2 dan lebih kecil dari nilai (4-dU), berarti tidak ada autokorelasi.

Kesimpulan dari semua hasil analisis Durbin-Watson diatas adalah tidak ada autokorelasi, yang berarti tidak terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tahun 2009 triwulan pertama sampai dengan tahun 2011 triwulan keempat.

Uji Determinasi

Untuk uji determinasi yang digunakan adalah nilai dari R2 untuk saham winner maupun  saham loser. Seperti yang diketahui nilai R2 yang telah diolah dalam tabel dibawah ini dan kesimpulan yang didapat dari hasil pengolahan dalam spss adalah sebagai berikut :

Nilai R2

Tabel 3

Tahun Triwulan R2
Winner Loser
2009 1 0.227 0.425
2 0.292 0.025
3 0.486 0.208
4 0.652 0.383
2010 1 0.765 0.048
2 0.094 0.227
3 0.063 0.22
4 0.795 0.101
2011 1 0.229 0.057
2 0.208 0.191
3 0.46 0.509
4 0.39 0.189

Sumber : Output SPSS, diolah

Berdasarkan tabel diatas tahun 2011 triwulan keempat pada saham winner dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R2) nya adalah 0.390, maka dapat disimpulkan bahwa price reversal dipengaruhi oleh efek bid-ask spread, firm size dan likuiditas sebesar 39.0%, dan sisanya sebesar 61.0% dijelaskan oleh faktor diluar dari efek bid-ask spread, firm size dan likuiditas. Sedangkan pada saham loser dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R2) nya adalah 0.189, maka dapat disimpulkan bahwa price reversal dipengaruhi oleh efek bid-ask spread, firm size dan likuiditas sebesar 18.9%, dan sisanya sebesar 81.1% dijelaskan oleh faktor diluar dari efek bid-ask spread, firm size dan likuiditas.

Menurut Kusumawardani (2001), faktor lain yang mempengaruhi terjadinya price reversal kemungkinan berasal dari faktor-faktor makro seperti kurs dan kondisi pasar, karena kedua informasi tersebut berkaitan dengan kondisi makro secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi keputusan investor untuk menjual atau membeli saham atau tidak melakukan perdagangan sama sekali.

Uji H1, H2, H3, H5, H6, H7

uji hipotesis ini menggunkan a = 0.05, jika hasil uji signifikan kurang dari nilai a = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap fenomena price reversal. Yang artinya Ho ditolak.

Uji Hipotesis Parsial

Tabel 4

Tahun

Triwulan

Winner

Loser

Bid-ask

Firm size

Likuiditas

Bid-ask

Firm size

Likuiditas

2009

1

0.087

0.855

0.479

0.044*

0.081

0.115

2

0.459

0.035*

0.053

0.931

0.653

0.848

3

0.010*

0.069

0.061

0.738

0.08

0.089

4

0.000*

0.002*

0.029*

0.96

0.015*

0.027*

2010

1

0.000*

0.074

0.309

0.568

0.437

0.39

2

0.254

0.799

0.773

0.231

0.415

0.426

3

0.368

0.706

0.621

0.417

0.063

0.106

4

0.000*

0.287

0.552

0.204

0.851

0.848

2011

1

0.427

0.446

0.164

0.575

0.306

0.541

2

0.114

0.463

0.695

0.094

0.055

0.088

3

0.005*

0.37

0.357

0.002*

0.143

0.185

4

0.012*

0.562

0.633

0.255

0.712

0.582

Sumber : Output SPSS, diolah

*Signifikan pada a = 0.05

Dari ketiga variabel independen diatas, berdasarkan hasil pengujian tahun 2011 triwulan keempat pada saham winner tingkat signifikansi (p-value) untuk efek bid-ask spread adalah sebesar 0.012, hasil ini lebih kecil dari 0.05. Untuk firm size sebesar 0.562 dan untuk likuiditas sebesar 0.633, hasil ini lebih besar dari 0.05. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya variabel bid-ask saja yang memiliki pengaruh terhadap pembalikan harga saham winner. Sehingga hipotesis H1 dari hasil penelitian menolak Ho dan menerima Ha, yaitu terdapat pengaruh bid-ask secara signifikan terhadap price reversal yang terjadi pada saham winner pada periode waktu tertentu.

Sedangkan untuk saham loser tingkat signifikansi (p-value) untuk efek bid-ask spread adalah sebesar 0.255, untuk firm size sebesar 0.712 dan untuk likuiditas sebesar 0.582, hasil ini lebih besar dari 0.05. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel yang mempengaruhi tingkat pembalikan harga saham loser, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah H1, H2 dan H3 menolak Ha dan menerima Ho pada saham loser dalam periode waktu tertentu.

Kedua hasil diatas konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirmizi pada tahun 2012, Kusumawardani (2001) menyebutkan bahwa ketidakkonsistenan terjadi dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di luar negeri disebabkan oleh kondisi pasar ekuitas indonesia dengan kondisi pasar ekuitas di luar negeri dalam kaitannya dengan tingkat efisiensi pasar ekuitas, dan Kirmizi (2012) juga mengungkapkan bahwa krisis global tahun 2007-2008 dan pergolakan yang banyak terjadi di Indonesia juga memungkinkan terjadinya bisa hasil penelitian karena dapat dipastikan bahwa investor cenderung menilai saham berdasarkan informasi-informasi yang mencerminkan kondisi pasar ekuitas itu sendiri.

Uji H4 dan H8

Uji Hipotesis Simultan

Tabel 5

Tahun

Triwulan

Signifikan

Winner

Loser

2009

1

0.212

0.036*

2

0.11

0.948

3

0.009*

0.308

4

0.000*

0.058

2010

1

0.000*

0.846

2

0.63

0.212

3

0.767

0.226

4

0.000*

0.603

2011

1

0.208

0.751

2

0.254

0.227

3

0.013*

0.002*

4

0.035*

0.233

*Signifikan pada a = 0.05

Sumber : Output SPSS, diolah

Dari tabel diatas tahun 2011 triwulan keempat pada saham winner dapat disimpulkan bahwa terjadi signifikansi oleh bid-ask, firm size dan likuiditas terhadap price reversal, karena nilai signifikannya kurang dari 0.05. ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara bid-ask, firm size dan likuiditas terhadap price reversal. Sedangkan pada saham loser dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi signifikansi oleh bid-ask, firm size dan likuiditas terhadap price reversal, karena nilai signifikannya lebih dari 0.05. ini berarti Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara bid-ask, firm size dan likuiditas terhadap price reversal.

Rangkuman Hasil Penelitian

Dari hasil diatas maka dapat dilihat bahwa adanya price reversal yang terjadi di pasar saham merupakan akibat dari investor yang bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi baru. Ketika investor menyadari bahwa telah bereaksi berlebihan maka selanjutnya investor melakukan koreksi terhadap tindakannya sehingga harga saham mengalami pembalikan harga atau disebut juga price reversal.

Besarya bid-ask spread mencerminkan resiko sebuah saham, yaitu semakin kecil tingkat selisih antara ­bid dengan ask maka semakin kecil resiko. Kecilnya resiko dapat menarik minat para investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini juga akan meningkatkan tingkat likuiditas suatu saham pada periode waktu tertentu.

Para investor selain melihat dari faktor bid-ask juga melihat dari ukuran perusahaan. Dalam hal ini investor cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki ukuran yang besar karena para investor mengganggap bahwa perusahaan yang berukuran besar lah yang mempunyai kinerja yang baik. Anggapan seperti ini lah yang mendorong para investor untuk hanya membeli saham pada perusahaan yang berukuran besar. Setelah investor menyadari bahwa telah bereaksi secara berlebihan, kemudian melakukan koreksi dengan menjual saham yang dimilikinya, hal ini dapat menimbulkan suatu pembalikan harga atau disebut juga price reversal.

Kemudian faktor likuiditas, likuiditas dilihat dari lancarnya sebuah perdagangan suatu saham pada periode waktu tertentu. Dapat diukur melalui volume perdagangan saham tertentu. Jika terdapat suatu informasi yang baik terhadap perusahaan emiten, maka para investor akan bereaksi secara berlebihan untuk membeli saham pada perusahaan emiten tersebut dan kemudian menjual saham lama yang telah dibeli oleh investor, hal ini dapat memicu pembalikan harga karena saham pada perusahaan emiten tersebut memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

KESIMPULAN

Bid-ask spread berpengaruh terhadap fenomena price reversal pada entitas saham winner yang tergabung dalam indeks LQ45. Kemudian firm size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fenomena price reversal pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45. Dan juga likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fenomena price reversal pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45.

Bid Ask , Firm Size dan Likuiditas secara bersama-sama berpengaruh terhadap price reversal entitas publik saham winner indeks LQ45.

Bid-ask spread saham loser tidak berpengaruh terhadap fenomena price reversal pada entitas publik indeks LQ45. Kemudian firm size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fenomena price reversal pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45. Dan juga likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fenomena price reversal pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45.

Bid Ask , Firm Size dan Likuiditas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap price reversal entitas publik saham losser indeks LQ45.

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, Restu dan Tyas Pramesti. 2009. “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Ekonomi. Volume 17, Nomor 3 Desember 2009. Pekanbaru

Ardi, Azhar, Kiryanto dan Dista Amalia. 2008. “Overreaction Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan-Perusahaan di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi. Pontianak

Arnold, Glen. 2005. Handbook of Corporate Finance. Pearson Education Limited. Great Britain

Bessembinder, Hendrik dan Kumar Venkataraman. 2009. “Bid-ask Spread: Measuring Trade Execution Costs in Financial Markets”. Forthcoming, Encyclopedia of Quantitative Finance. March 2009. United States of Amerika

Dinawan, Muhammad Rizkada. 2007. Analisis Overreaction Hypothesis, dan Pengaruh Firm Size, Likuiditas dan Bid-ask Spread Terhadap Fenomena Price Reversal di Bursa Efek Jakarta. Universitas Diponegoro. Semarang

Elton dan Grubber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investment Analysis. New York

Fabozzi, Frank J, Pamela Peterson Drake. 2009. Finance, Capital Markets, Financial Manajement, and Investment Management. John Wiley & Sons, Inc. Canada

Guinan, Jack. 2010. Investopedia. Hikmah. Jakarta

Hartono, Jogiyanto. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. Pt Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta

Hiriyappa, B. 2008. Investment Management Securities and Portfolio Management. New Age Internasional Publishers. New Delhi

Hirt, Geoffrey A. And Stanley B. Block. 1990. Fundamentals of Investment Management, Third Edition. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. United States of Amerika

Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UUP STIM YKPN. Yogyakarta

Jusuf, A An Arief. 2008. “Reaksi Pasar Yang Berlebihan”. Jurnal Kewirausahaan. Vol 2, No 1. Surabaya

Kusumawardani, Srihartati. 2001. Analisis Reaksi Berlebihan, Efek Bid Ask, Firm Size, dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal di BEJ. Universitas Diponegoro. Semarang

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2011. “Anomali Overreaction di Bursa Efek Indonesia Penelitian Saham LQ-45”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 5, No. 2 Juli 2011. Jakarta

Rahmawati dan Tri Suryani. 2005. “Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII. 15-16 September 2005. Solo

Reilly, Frack K. and Keith C.Brown. 2003. Investment Analysis and Portofolio Management, 7 Edition. Thomson South-Western

Sartono, R. Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi Keempat. Yogyakarta

Winarto, Jasso. 1997. Pasar Modal Indonesia. PT Jayakarta Agung Offset. Jakarta

Yuli, Elline dan Kirmizi. 2012. “Analisis Overreaction Hypothesis dan Pengaruh Ukuran Perusahaan, Bid-ask Spread, dan Likuiditas Saham Terhadap Fenomena Price Reversal”. Pekbis Jurnal. Vol.4, No.1, Maret 2012: 1-16

Yulianstari, Tanti. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Jakarta. Universitas Diponegoro. Semarang

Yusralaini, Amir Hasan, dan Imelda Helen. 2009. “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Automotive and Allied Product di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ekonomi. Volume 17, Nomor 3 Desember 2009. Pekanbaru

Zein, Zainal Abidin, Novita Inrawati dan Eka Hariyani. 2009. “Pengaruh Stock Split Terhadap Harga dan Likuiditas Saham”. Jurnal Ekonomi. Volume 17, Nomor 3 Desember 2009. Pekanbaru

Manfaat Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah Tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam Genus Carica. Nama pepaya dalam Bahasa Indonesia diambil dari Bahasa Belanda, “papaja”, yang pada gilirannya juga mengambil dari nama Bahasa Arawak, “papaya”. Dalam Bahasa Jawa pepaya disebut “katès” dan dalam Bahasa Sunda “gedang”.

Pepaya (Carica Papaya) merupakan buah yang sangat familiar bagi kita terutama orang Indonesia. Buah ini memiliki 1001 manfaat yang sangat baik bagi kecantikan maupun kesehatan tubuh kita. Tahukah Anda, bahwamanfaat pepaya ini sudah tersohor sejak zaman nenek moyang kita.Pepaya juga telah dikenal sebagai tanaman obat yang mujarab di seluruh penjuru dunia. Manfaat Pepaya tidak hanya bisa kita dapatkan melalui buahnya saja, namun hampir diseluruh bagian tanaman ini terdapat manfaat/khasiat yang sangat berguna.

Berikut komposisi zat pepaya per 100g :

Zat Gizi

Pepaya

Zat Gizi

Pepaya
Karbohidrat (g)
12,10
Vitamin C (mg)
74,00
Lemak (g)
0,30
Kalsium (mg)
34,00
Protein (g)
0,50
Fosfor (mg)
11,00
Vitamin B1 (mg)
0,03
Zat besi (mg)
1,00
Vitamin B2 (mg)
0,04
Serat (mg)
0,70

Sumber: Dra. Emma S. Wirakusumah, MSc., 2001.

1.  Untuk mempercepat proses pencernaan protein

karena buah ini mengandung enzim papain.Enzim papain ini memiliki fungsi yang sangat banyak, seperti memecah protein menjadiarginin, dan memecah makanan menjadi berbagai macam protein atau asam amino sehingga dapat diserap oleh tubuh.

2. Daun Pepaya Sebagai Obat jerawat

Apabila Anda memiliki keluhan dengan jerawat yang tumbuh di wajah Anda atau untuk merawat kecantikan, daun pepaya dapat dibuat sebagai masker.Cara membuatnya adalah: sediakan 2-3 lembar daun pepaya tua. Lalu jemur daun tersebut hingga halus dan lumatkan dengan setengah sendok air, lalu tempelkan pada bagian wajah Anda yang berjerawat.

3. Daun Pepaya untuk Menambah Nafsu Makan

Ini adalah salah satu manfaat pepaya yang mungkin masih jarang kita ketahui. Apabila anak Anda memiliki kesulitan untuk makan, Anda dapat menggunakan resep berikut ini untuk mengatasinya: Sediakan daun pepaya yang masih segar seukuran telapak tangan, lalu tambahkan air hangat dan sedikit garam. Kemudian campuran tadi Anda blender dan peras dan saring airnya. Lalu minumkan air tersebut pada Anak Anda, Insya Allah nafsu makan anak Anda akan segera normal kembali.

4. Daun Pepaya untuk Memperlancar Pencernaan.

Senyawa karpain yang terkandung dalam daun pepayamemiliki kemampuan untuk membunuh beberapa mikroorganisme yang dapat mengganggu pencernaan.

5. Kaya akan Antioksidan

Pepaya adalah buah yang memiliki kandungan tinggi antioksidan. Ini termasuk vitamin C, flavonoid, folat, vitamin A, asam panthotenic, mineral, magnesium, vitamin E, kalium, serat dan vitamin B. Antioksidan memerangi radikal bebas dalam tubuh dan menjaga kesehatan sistem kardiovaskular dan memberikan perlindungan terhadap kanker usus besar.

6. Mencegah Penyakit Jantung

Karena pepaya merupakan sumber antioksidan yang sangat baik, buah pepaya membantu mencegah oksidasi kolesterol dalam hati. kolesterol tinggi dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke, dan ini dapat dicegah dengan mengkonsumsi buah Pepaya secara teratur. Selain itu salah buah pepaya juga sarat akan serat yang kemudian dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam hati. Asam folat yang ditemukan dalam pepaya menghilangkan zat-zat berbahaya yang dapat merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan serangan jantung. Salah satu manfaat buah pepaya lainnya yaitu sebagai pencegahan penyakit jantung diabetes.

7. Memperkuat sistem kekebalan

Buah pepaya mengandung banyak sekali vitamin A dan vitamin B yang diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan. Dengan mengkonsumsi Buah pepaya diyakini dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah beberapa penyakit yang terjadi sebagai hasil menurunkan kekebalan, seperti pilek dan batuk, infeksi dan flu.

8. Mengurangi peradangan

Pepaya juga mengandung enzim papain dan enzim chymopapain yang dapat mengurangu peradangan sehingga membantu tubuh dalam penyembuhan luka bakar dan luka lainnya. Beberapa penyakit tertentu menjadi lebih buruk ketika tubuh meradang. Karena itu disarankan bahwa orang-orang yang menderita kondisi ini harus mengkonsumsi buah pepaya untuk mendapatkan manfaat buah pepaya.

9. Mencegah kanker

Manfaat buah pepaya yang tidak kalah pentingnya adalah berperan dalam mencegah kanker usus besar. Ini tidak lepas karena banyaknya kandungan serat. Serat ini juga sangat berguna bagi mereka yang kesulitan buang air besar.

10. Menjaga kesehatan paru-paru

Vitamin A yang hadir dalam buah pepaya, sangat bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki paru-paru yang lemah. Termasuk pepaya dalam makanan mereka, akan mengurangi kemungkinan mereka tertular penyakit yang muncul sebagai hasil dari paru-paru yang lemah, seperti bronkitis, kanker dll ini.

11. Mengencangkan payudara

Pepaya di percaya oleh nenek moyang kita sejak dulu sebagai buah yang dapat mengencangkan payudara. Enzim di dalam buah pepaya dapat membantu pertumbuhan payudara sehingga lebih kencang dan kenyal. Pepaya juga diperkaya dengan hormone pengencang serta vitamin A yang merangsang pengeluaran hormon wanita dan merangsang indung telur mengeluarkan hormone betina. Dari hormon tersebut kelenjar susu akan lancar dan bentuk payudara semakin ideal.

12.Awet Muda

Kadar vitamin C dalam pepaya adalah 48 kali lipatnya buah apel!!. Pepaya juga aktif sebagai detoksifikasi sehingga dapat menyegarkan kulit dari dalam. Pepaya juga dapat mendorong proses metabolisme kulit. Pepaya juga baik melumerkan lapisan kulit dan zat tanduk penuaan yang timbul dipori-pori sehingga kulit lebih kencang dan cerah. Jadi, mulai sekarang rajin-rajin saja pakai masker buah pepaya atau facial pepaya untuk ciptakan kulit Indah Anda dengan biaya murah.

13. Pelangsing Tubuh

Buah pepaya memiliki khasiat menguruskan tubuh. Dengan rajin mengkonsumsi pepaya muda dapat menghasilkan enzim dua kali lipat dari pepaya matang. Nah, enzim tersebut berperan sebagai pengurai lemak dalam tubuh kita. Enzim itu juga mengurai protein lebih baik serta melenyapkan daging berlebih. Ini strategi jitu bagi Anda untuk melangsingkan badan.

14. Untuk merawat kulit dan rambut

Manfaat Buah Pepaya adalah untuk perawatan kulit. Pepaya atau jus pepaya dapat diaplikasikan untuk mencegah dan menyembuhkan gangguan-gangguan kulit, seperti jerawat, kutil, dan luka bakar. Jika sering digunakan, pepaya dapat mengembalikan warna asli kulit yang sebelumnya berubah akibat sinar matahari. Oleh karena itu, pepaya sering dijadikan unsur penting dalam banyak krim pemutih dan masker. Antioksidan yang terkandung dalam pepaya dapat memperlambat penuaan dan memberikan warna kulit yang cerah. Pepaya juga bagus untuk kesehatan rambut karena dapat membantu mencegah timbulnya ketombe.

Manfaat dari setiap bagian tanaman pepaya :

Bagian Tanaman
Manfaat
Akar
Untuk obat pembasmi cacing kremi, sakit ginjal, sakit kandung kemih, tekanan darah tinggi, digigit serangga dan encok.
Daun
Sayur untuk penambah nafsu makan. Mengobati penyakit beri-beri, kejang perut, malaria, sakit panas, insomia, asi tidak lancar, kaki gajah, kejengkolan, disentri amuba, keputihan dan kurang darah.
Batang
Pakan ternak
Kuntum Bunga
Untuk sayur lodeh, pecel dan dapat merangsang nafsu makan
Buah
Buah meja (langsung dikonsumsi), asinan, selai/jam, manisan, makanan kering, saos, juice, dan minuman ringan. Untuk terapi memperlancar pencernaan, menghaluskan kulit, mengobati lambung (sakit mag), sariawan, sembelit dan mengurangi panas tubuh, serta membantu membuang lemak dalam tubuh.
Biji
Dapat diolah menjadi tepung untuk obat masuk angin dan minyak, obat cacing dan diare.
Getah (papain)
Digunakan untuk luka bakar, jerawat dan kutil. Dalam industri minuman digunakan sebagai penjernih dan penambah cita rasa pada bir, sedangkan dalam industri daging sebagai pengempuk daging
Kulit pohon
Bahan obat

Sumber : Tri Margono, 2000

referensi :

http://www.kesehatan123.com/2111/manfaat-pepaya/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya

http://www.kucoba.com/2011/12/manfaat-buah-pepaya-dan-khasiat-pepaya.html

http://finunu.wordpress.com/2011/10/13/5-manfaat-buah-pepaya/

http://pengetahuanituindah.blogspot.com/2012/02/manfaat-buah-pepaya-untuk-kesehatan.html

http://bakulatz.wordpress.com/2011/11/20/manfaat-buah-pepaya/

Jenis-Jenis Saham

Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau sekuritas, salah satunya yaitu saham.

Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 5).

Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 6) :

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim

a. Saham Biasa (common stock)

  • Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan
  • Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.
  • Umumnya jika orang berbicara mengenai saham perusahaan berarti yang dimaksudkannya adalah saham biasa.
  • Harapan investor atau saya yang memiliki saham biasa adalah pembagiandeviden atau memperoleh capital gain jika terjadi kenaikan harga.
  • Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir atas pembagiandeviden dan hak paling akhir atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tsb jatuh/rugi.
  • Deviden dibayarkan selama perusahaan memperoleh keuntungan.
  • Setiap pemegang saham memiliki hak suara dalam RUPS.
  • Berhak mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

  • Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor.
  • Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar deviden.
  • Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.
  • Gabungan antara karakteristik obligasi dan karakteristik saham biasa.
  • Karakteristik obligasi misalnya,jumlah deviden dijamin artinya saya sebagai pemegang Saham preferen (Preferred Stock) akan dijanjikan sejumlah deviden yang jumlahnya pasti dan tetap dalam persentase (tingkat bunga) tertentu baik jika perusahaan memperoleh keuntungan ataupun kerugian (Dlm hal ini jika perusahaan tidak bisa membayar deviden karena rugi, maka pemilik saham ini berhak untuk mendapatkan deviden tsb di tahun-tahun yang akan datang atau di tahun2 sebelumnya)
  • Memiliki hak lebih dibanding hak pemelik saham biasa yakni hak untuk mendapatkan deviden lebih dahulu dan memiliki hak suara lebih tinggi dibanding pemilik saham biasa.
  • Pemiliki berhak menukarkan saham ini dengan saham biasa

2. Ditinjau dari cara peralihannya

a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)

  • Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.
  • Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham Atas Nama (Registered Stocks)

  • Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan

a. Blue – Chip Stocks

  • Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

b. Income Stocks

  • Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
  • Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai.
  • Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.

c. Growth Stocks

1. (Well – Known)

  • Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

2. (Lesser – Known)

  • Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock.
  • Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

d. Speculative Stock

  • Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

e. Counter Cyclical Stockss

  • Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
  • Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.

Dan yang terbaru jenis saham yang diperdagangkan di BEI , yaitu ETF (Exchange Trade Fund) adalah gabungan reksadana terbuka dengan saham dan pembelian di bursa seperti halnya saham di pasar modal bukan di Manajer Investasi (MI)

 

referensi :

http://coki002.wordpress.com/pengertian-saham-dan-jenis-jenis-saham/

http://apikorek09.blogspot.com/2009/02/jenis-jenis-saham.html

Tugas Akuntansi Keuangan Menengah 1A

1. Pengertian Uang Kertas

Yang dimaksud dengan “uang kertas” adalah uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).

2. Pengertian Uang Logam

Uang logam adalah uang yang terbuat dari logam; biasanya dari emas atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai.

3. Pengertian Cek yang Belum Dibayar

Cek yang dikeluarkan oleh nasabah yang belum dicairkan oleh pemegang cek (outstanding checks) atau disebut juga cek gantung.

4. Simpanan dalam Bentuk Giro

simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan (giro; checking accounts).

5. Travellers Checks

Merupakan alat pembayaran wisatawan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dinegara-negara lain. atau disebut juga surat wesel yang ditark oleh sebuah bank yang memerintahkan dirinya sendiri untuk membayar sejumlah uang atas tunjuk kepada orang yang namanya dicantumkan dalam travellers checks tersebut.

6. Cahsiers Checks

Sebuah cek kasir (kasir cek, cek bank, cek resmi, demand draft, cek kasir, bankdraft atau cek bendahara) adalah pemeriksaan dijamin oleh bank. Merekadiperlakukan sebagai dana dijamin dan biasanya dibersihkan pada hari berikutnya. Ini adalah hak pelanggan untuk meminta “hari berikutnya ketersediaan”ketika menyerahkan cek kasir secara pribadi.

7. Bank Draft

Bank Draft adalah surat berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari bank penerbit draft tersebut kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang yang ditunjukan pada waktu yang telah ditentukan.

8. Money Order

Money Order adalah perintah pembayaran untuk jumlah pra-ditentukan uang.Karena itu diperlukan bahwa dana akan prabayar untuk jumlah yang ditampilkan di atasnya, itu adalah metode yang lebih dipercaya pembayaran dari cek pribadi.

Sumber :

http://www.panin.co.id/content.asp?db=1&idm=a&idsm=2&id=89

http://en.wikipedia.org/wiki/Money_order

http://duniabaca.com/sejarah-uang.html

http://www.bi.go.id/web/id/Kamus.htm?id=G&start=1&curpage=2&search=False&rule=forward

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_internasional_pengantar_lalu_lintas_pembayaran_internasional/bab_3_beberapa_prosedur_dasar_pembayaran_internasional.pdf

Mengatasi Rasa Sakit Hati

Putus cinta adalah hal yang menyakitkan bagi setiap orang. Kesal, marah, merasa kesepian dan terasingkan merupakan perasaan yang wajar dirasakan setiap orang setelah putus cinta.

Sama seperti fase pacaran (kenalan, pendekatan, kencan, menjadi kekasih), putus cinta pun memiliki tahapan atau fasenya sendiri. Setiap orang pasti mengalaminya setelah putus cinta dan itu sangat wajar. Pastikan Anda bisa tegar melewati setiap tahapnya, dan hidup baru yang lebih baik akan bisa diraih.
Berikut ini enam fase yang akan Anda alami setelah putus cinta, dan tips mengatasinya, seperti dikutip dari She Knows.
Fase Pertama: Syok
Saat jalinan asmara berakhir, mungkin Anda akan syok, merasa tidak sanggup menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Bingung, merana, sakit hati dan takut kesepian biasanya dirasakan saat fase ini. Perasaan itu bisa saja berlangsung hanya satu menit, tapi juga bisa seminggu bahkan berbulan-bulan; bila putus cinta terjadi secara mendadak. Secara fisik, mungkin Anda akan mengalami sulit bernapas dan tidur tak nyenyak.
Jangan terburu panik jika mengalami hal-hal di atas. Terkejut atau syok merupakan reaksi alami, sebagai perlindungan tubuh dari rasa sakit. Untuk mengurangi keterkejutan dan depresi, cobalah tenangkan diri dengan meditasi atau berjalan-jalan di sekitar kompleks rumah, taman kota dan kawasan hijau lainnya.
Fase Kedua: Penyangkalan
“Tidak, ini tidak benar-benar terjadi”. Mungkin kata-kata itu yang terlintas dalam pikiran ketika masih diliputi kesedihan karena putus cinta. Anda berusaha menolak keadaan yang sebenarnya, dengan harapan masih bisa kembali pada sang kekasih. Pada fase ini, biasanya seseorang yang baru putus cinta masih sering menelepon, mengirim e-mail, melakukan chat online atau memata-matai mantannya lewat Facebook.
Terimalah keadaan bahwa Anda dan pasangan sudah tidak bisa lagi bersama. Ada baiknya mencari orang (bisa keluarga atau sahabat) agar bisa melampiaskan semua yang Anda rasakan. Tidak usah berusaha tegar atau tenang. Memendam perasaan hanya akan membuat Anda semakin emosional dan terperangkap dalam perasaan tidak menentu.
Fase Ketiga: Menyendiri
Meskipun perlu dorongan dari teman atau orang terdekat untuk tetap optimis melangkah ke depan, ada kalanya Anda ingin menyendiri. Enggan bertemu teman, malas datang ke acara-acara khusus atau coba menghindar dari orang-orang yang Anda kenal.
Boleh saja mencoba ‘menikmati’ kesedihan seorang diri. Tapi jangan biarkan Anda terisolasi dari dunia luar terlalu lama. Berhentilah meratapi diri sendiri dan memikirkan hal-hal negatif. Segarkan tubuh dan pikiran dengan mandi air hangat, lalu rencanakan jadwal ke mana Anda akan pergi seharian. Bisa nonton film, ke kafe, atau ajak teman-teman ke arena game station dan bowling.
Fase Keempat: Menyimpan Amarah
Pada fase ini, Anda mungkin sudah bisa menerima kenyataan kalau hubungan sudah berakhir. Anda pun tak lagi mengasingkan diri. Namun kemarahan masih bersarang di hati Anda. Segala sesuatu yang mengingatkan Anda pada dia; makanan kesukaan, barang-barang pemberian dan tontonan favoritnya membuat Anda lekas kesal atau marah. Anda mungkin berniat merobek foto-fotonya, bahkan menjelekkan mantan di depan orang yang mengenalnya.
Melakukan tindakan kasar agar sang mantan menyesal memutuskan Anda, tidak akan membawa keuntungan apa-apa selain –mungkin– rasa puas. Tapi apakah kepuasan yang benar-benar Anda cari? Pada akhirnya, Anda akan selalu terjerat dalam masa lalu dan sulit melangkah ke depan. Jika amarah tak bisa Anda kontrol, coba luapkan ke dalam tulisan atau ajak teman-teman berkaraoke dan nyanyikan lagu-lagu favorit. Anda pasti akan merasa lebih baik.
Fase Kelima: Berharap Si Dia Akan Kembali
Anda berharap masih bisa memperbaiki hubungan yang telah rusak. Terkadang juga Anda cenderung menyalahkan diri sendiri, kenapa asmara ini bisa berakhir. Di fase ini, seseorang yang putus cinta biasanya akan berusaha tampil semenarik mungkin untuk mencuri kembali perhatian mantan kekasihnya.
Yang berlalu biarlah berlalu. Kalaupun Anda ingin tampil cantik, lakukanlah demi diri sendiri, bukan orang lain. Bayangkan hal-hal yang membuat Anda bahagia dan buatlah rencana Anda ke depannya. Mungkin Anda bisa lebih fokus pada karir atau hobi. Dengan begitu, Anda perlahan-lahan akan melupakan mantan dan menjadi orang baru yang lebih optimis.
Fase Keenam: Penerimaan
Di tahap ini, Anda sudah mulai mengerti kenapa putus dengannya, dan menekankan pada diri sendiri kalau bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. Anda pun menyadari bahwa masa lalu dan pengalaman adalah guru terbaik untuk melangkah lebih baik di masa depan. Mencapai fase ini, mungkin bukan sesuatu yang mudah dan perlu waktu hingga berbulan-bulan. Setelah mencapainya, tidak ada salahnya merayakan keberhasilan dengan membeli hadiah untuk diri sendiri. Bisa sesuatu yang sudah Anda idam-idamkan sejak lama, atau makanan kesukaan. Mungkin akan ada sedikit kenangan pahit yang terlintas, tapi itu adalah hal wajar. Yang penting, harus tetap berpikir positif.
Cara mengatasi sakit hati :

1. Buka hatimu untuk mengasihi
Cara ini bisa menjadi yang paling sulit, dalam rangka untuk menemukan cinta, kita harus membuka hati sepenuhnya untuk mencintai dan dicintai. Dengan ini berarti bahwa kamu harus menerima kenyataan bahwa untuk menemukan cinta,mungkin kamu akan terluka sepanjang jalan atau harus bekerja lebih keras lagi. Cobalah untuk bersenang-senang dengan teman dan keluarga, dan jika kamu melihat seseorang yang kamu sukai cobalah untuk mendekati mereka.

2. Ambil yang terbaik dari yang buruk
Kamu harus sadari bahwa kadang hal yang baik itu sering datang bersamaan dengan yang buruk. Ya beberapa hubungan memiliki hal-hal yang lebih baik dan yang lainnya lebih buruk, kamu perlu berusaha untuk menyesuaikan diri sebelum menemukan cinta yang baru. Siapa tahu aja kamu berubah pikiran setelah melihat orang yang special menurut kamu.

3. Walau berat, tetap maju trus
Jika kamu baru saja keluar dari sebuah situasi hubungan yang buruk, kamu perlu belajar bagaimana untuk melanjutkannya, tanpa menerapkan semua yang sudah terjadi pada hubungan yang lalu untuk yang akan datang. Hal ini penting untuk mengetahui bahwa tidak semua orang adalah sama dan tidak semua orang akan memperlakukan kamu sama persis.

4. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan
Pada akhirnya nanti hanya kamu yang tahu apa yang kamu butuhkan dalam hidup ini, kamu tahu apa yang membuat kamu bahagia dan apa yang tidak oleh karena itu kamu perlu melakukan apa yang terbaik bagi dirimu sendiri. Tentu saja ketika kamu menemukan cinta yang baru, kamu ingin menyenangkan orang lain tapi kamu harus selalu menempatkan dirimu yang utama.

5. Luangkan waktu dengan teman dan keluarga
Biasanya hanya sedikit waktu yang berkualitas untuk dihabiskan bersama dengan keluarga dekat dan teman-teman. Menurut saya ini merupakan cara terbaik untuk benar-benar membiarkan hubungan yang buruk itu berlalu dengan baik. Ingat bahwa setiap calon pasangan tertarik dengan orang yang menyenangkan, selalu gembira.

6. Cobalah untuk tidak menghabiskan seluruh waktu kamu untuk memburu cinta yang baru
Mereka yang menghabiskan waktu mereka mencari cinta baru sering tidak menemukannya sampai mereka menerima bahwa ada banyak hal dalam hidup. Ya memiliki pasangan adalah bagian penting dari kehidupan, tetapi jangan terlalu larut dalam masalah itu, cobalah untuk berinovasi dengan cara2 yang efektif.

7. Tertawa dan tersenyum
Pastikanlah bahwa kamu selalu tertawa dan banyak tersenyum sepanjang hari, entah di tempat kerja atau mengemudi mobil atau berbicara dengan teman-teman. Banyak ahli mengatakan bahwa tertawa dan tersenyum cenderung membuat penampilan kita terlihat lebih menarik bagi calon pasangan potensial.

8. Cari hewan peliharaan

dengan begitu rasa sayang dan kasih kamu akan tetap mengalir, bedanya ini bukan untuk pasangan, tetapi untuk hewan peliharaan. Hewan peliharaan juga dapat menghibur saat hati sedang sedih gelisah kalut, dengan memperhatikan tingkahnya saja membuat hati kita kembali tersenyum.

9. Jangan makan makanan yang mengandung lemak banyak

makan makanan yang mengandung lemak banyak hanya akan membuat kamu merasa tambah gelisah, bukan berarti saat kamu patah hati kamu dapat memakan semua jenis makanan, ini juga dapat membahayakan kodisi fisik kamu yang memang lagi lemah saat merasa sedih.

10. Jangan mendengarkan lagu lagu patah hati

dengarkan lagu-lagu yang membuat kamu merasa freedom, lepas dari sang mantan, dan tunjukin bahwa kamu bisa tanpa dia, misalnya since you’ve been gone – Kelly Clarkson. “But since you’ve been gone. I can breathe for the first time. Im so movin on. Yeah yeah. Thanks to you. Now I get What I want. Since you’ve been gone”

11. Lupakan kesedihan dengan olahraga. salah satunya, coba lakukan gerakan senam untuk mengatasi trauma. Menurut physical trainer Amerika, “Gerakan ini akan merangsang hormon yang bisa membuat kita merasa lebih nyaman.

12. Ubah penampilan diri. Pergi ke salon, ganti potongan rambut baru yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Mengganti penampilan akan menimbulkan citra baru pada diri kita. Orang di sekitarpun tak akan memperlakukan kita sebagai si malang yang patah hati. Keadaan ini akan membantu kita melupakan mantan pacar dgn cepat.

13. Bermain musik. Ini adalah salah satu cara paling tepat untuk mengatasi kesedihan. Bukan minuman keras dan mabuk-mabukkan! Musik yang terasa indah dan enak kita dengarkan akan mampu memberikan kita inspirasi untuk mengatasi masalah.

14. Sibukkanlah diri dengan hal-hal yang kita senangi, seperti : liburan bersama teman-teman, belanja ke mall, ikut aerobik atau kursus bahasa asing.

15. Kenakan baju berwarna hijau atau segala sesuatu yang berwarna hijau. “Menurut teori terapi warna, hijau selalu diasosiasikan dengan hati.” Memakai pakaian warna hijau niscaya perasaan kita akan mendapat energi yang di perlukan.

16. Kenapa tak mencoba mandi special sekali-sekali? Mandi dgn produk yang mengandung aromatik laut akan membangkitkan kadar endorfin dalam tubuh. Perlu diketahui, aromatik laut ini akan meningkatkan produksi B-endorphine, alias hormon ‘bahagia’.Jadi meski pacar sudah tak ada di samping, tak ada alasan untuk terus bersedih.

17. Lebih baik punya cinta yang kandas daripada tak punya cinta sama sekali. “Patah hati pembelajaran suatu hubungan, kita tidak akan tahu arti suatu hubungan kalau belum pernah mengalami sakitnya patah hati”, Kata Tracy Shaw.

18. Pacar yang pergi meningalkkan kita memang menyedihkan. Menangis dan meluapkan perasaan bisa membebaskan kita dari belenggu yang menyiksa. Jika kita ingin menangis, tengadahkan wajah tinggi-tinggi.Sikap ini akan membantu kita meningkatkan gairah hidup. Sealin itu, juga cukup untuk menghentikan air mata yang sudah muncul dan siap mengalir.

19. Coba untuk mengungkapkan dalam tulisan. Kadang saat merasa patah hati kamu bisa menjadi penulis terbaik, walaupun tadinya kamu bukan seorang penulis. Menulis dapat mencurahkan apa yang ada dalam hati kita, seperti menulis di buku diary, puisi, cerita pendek. Hal ini dapat membuat kita merasa lebih lega, lebih tenang karena dapat mengungkapkan perasaan.

20. Memakan coklat favorit anda. Nah mengapa harus coklat ? Dalam hal ini menurut ilmu kimia, coklat bisa menjadi semacam vaksin yang dalam setiap gigitan coklat memberikan phenylethylamine, semacam zat kimia yang akan keluar saat anda jatuh cinta.

 

Sumber:

http://faktabukanopini.blogspot.com/2011/08/6-fase-yang-mungkin-anda-alami-setelah.html?

http://www.unikaja.com/2010/10/25-cara-menghilangkan-rasa-sakit-hati.html#ixzz1V8ws7g1Hfb_comment_id=fbc_5006703117891_788084_5006703387891

http://id.shvoong.com/lifestyle/dating/2118032-tips-untuk-mengatasi-rasa-sakit/#ixzz1V8sErdG3

Manfaat Buah Semangka

Buah semangka termasuk buah favorit di musim panas. Kandungan airnya yang tinggi serta rasanya yang manis segar membuatnya jadi pilihan penutup mulut. Semangka juga kaya akan kandungan antioksidan, glutathione yang memang banyak terdapat di buah dan sayur berwarna merah. Antioksidan telah terbukti efektif mencegah berbagai jenis penyakit.

Tidak diketahui secara pasti sejak kapan semangka (Citrullus lanatus) mulai dikembangbiakkan, tapi menurut catatan sejarah, buah ini sudah dikenal ribuan tahun yang lalu oleh bangsa Mesir (terlihat dari gambar-gambar yang ada pada hierogliph di makam pharaoh).

Semangka adalah buah yang manis dan berair, merupakan buah yang sangat baik pada musim panas,s ehingga disebut Raja Melon. Semangka ini juga dinamakan Melon musim panas atau Melon Dingin. Dalam Buku Komprehensif Pertanian yang ditulis oleh Xu Guangqi dalam Dinasti Ming ini mengatakan: “Pemberian nama Semangka (Western Melon)karena berasal dari wilayah barat”.

Li Shizhen mencatat dalam Ben Cao Gang Mu: “Hu Jiao mendapatkan benih semangka di Hui He, maka dinamakan Western Melon. semangka ini dibawa masuk ke China pada saat Dinasti Generasi Lima. Sekarang semangka ditanam baik di wilayah selatan dan utara”.

Kandungan Kimia

Daging buah semangka rendah kalori dan mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, dan vitamin (A,B dan C). juga mengandung asam amino, sirulin,, asam aminoasetat, asam malat, asam fosfat, arginin, betain, likopen, karoten, bromine, natrium, kalium, silvit, lisin, fruktosa, dekstrosa, dan sukrosa.

Sitrulin dan arginin berperan dalam pembentukan urea di hati dari ammonia dan CO2, sehingga keluarnya urin meningkat. Kandungan kaliumnya cukup tinggi, dapat membantu kerja jantung dan menormalkan tekanan darah. Likopen merupakan anti oksidan yang lebih unggul dari vitamin C dan E.

Biji kaya zat gizi dengan kandungan minyak berwarna kuning, protein, sitrulin, vitamin B12, dan enzim urease. Senyawa aktif kukurbositrin pada bijinya dapat memacu kerja ginjal dan menjaga tekanan darah agar tetap normal.

Manfaat dari buah semangka sendiri adalah :

1. Bagian putih semangka mengandung senyawa yang berperan menyehatkan ginjal, seperti mencegah dan menghancurkan batu ginjal.

2. meningkatkan pembakaran lemak dan glukosa. Paling tidak hal itu terbukti pada tikus percobaan. Kandungan asam amino arginie dalam semangka efektif mengurangi lemak pada tikus-tikus yang kelebihan berat badan. Buah ini bebas lemak dan memiliki kombinasi kadar gula terbatas dan kadar air berlimpah. Apalagi, buah yang satu ini bersifat cepat mengenyangkan di dalam lambung.

3. Ben Cao Gang Mu mengatakan bahwa semangka bisa menghilangkan rasa haus dan panas.

4. Menyembuhkan tenggorokan kering dan menyakitkan. Pengobatan Tradisional Cina mengatakan kulit semangka yang dingin dan manis dapat mengobati tenggorokan yang bengkak dan apotheosis.

5. Membantu buang air kecil, juga baik untuk sembelit. Akar dan daun semangka dapat digunakan untuk mengobati diare dan radang usus. Benih-benih semangka memiliki sifat hangat dan baik untuk memproduksi air liur dalam mulut, yang bermanfaat bagi paru-paru dan usus.

6. Mengatasi kecanduan alkohol.

7. manfaat buah semangka bagi kehamilan:

  • Meringankan gejala Heartburn atau rasa panas pada perut
  • Mengurangi perasaan mual
  • Membantu mengurangi morning sickness pada kehamilan trisemester pertama
  • Sebagai penambah cairan tubuh
  • Pencegah terjadinya kram otot pada kehamilan trisemester pertama
  •  Mengurangi resiko terjadinya preeclampsia hingga 50%
  • Membantu perkembangan otak, penglihatan, otot, serta sistem imun pada janin

8. Semangka sangat baik bagi pengidap hipertensi. Kandungan air dan kaliumnya yang tinggi bisa menetralisasi tekanan darah.

9. Semangka juga mempergiat kerja jantung.

10. Antioksidannya termasuk betakaroten dan vitamin C membantu sel-sel tubuh tetap sehat.

11. Semangka bisa dipakai untuk menurunkan demam.

12. Semangka bisa mencegah sariawan dengan ampuh.

13. Untuk membuat wajah tampak bercahaya, tampak segar dan lebih muda.

14. Membantu meningkatkan kemampuan mental dan ketajaman daya ingat.

15. Buah ini bisa meningkatkan kesuburan dan membantu membangkitkan gairah seksual pria. penelitian menunjukkan bahwa senyawa sitrulin dalam semangka, memiliki efek afrosidiak yang sama hebatnya dengan viagra, tapi sama sekali tanpa efek samping.

Contoh Pemakaian

  1. Penghalus kulit dan penghilang flek hitam di wajah

Jemur kulit semangka secukupnya sampai kering, lalu digiling menjadi serbuk. Masukkan 2 sendok serbuk semangka tadi ke dalam jus yang dibuat dari sebatang lidah buaya dan satu buah mentimun ukuran sedang. Setelah diaduk rata, gunakan sebagai masker. Lakukan 2-3 kali seminggu, sampai kelihatan hasilnya.

  1. Kencing Manis
    • Potong-potong kulit buah semangka (30 gr) da jambu biji yang masih mengkal (1 buah), lalu rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa segelas dan minum setelah dingin. Lakukan tiap hari 2-3 kali.

    • Rebus biji semangka (1 genggam) dengan 1 liter air sampai mendidih (45 menit) dalam panci tertutup. Setelah dingin, minum seperti teh. Lakukan setiap hari

  2. Mengeluarkan cacing usus

Rebus dengan api kecil biji semangka segar (6 sendok makan) dengan 1 liter air (45 menit). Setelah dingin, disaring, dan diminum sehari 3 kali, masing-masing sepertiga bagian.

  1. Insfeksi kandung kemih

Biji semangka direbus (2 sendok makan) dengan 3 gelas air sampai mendidih, selama 5 menit di dalam panci tertutup. Biarkan sampai dingin, lalu minum 3-4 kali sehari, masing-masing 1 sendok makan. Lakukan setiap hari sampai sembuh.

  1. Tekanan darah tinggi
  • Makan buah semangka setiap hari sebagai buah segar atau jus. Sehari minum 2 gelas jus buah semangka.

  • Kulit buah semangka dan gambir masing-masing 30 gr, diseduh dengan air mendidih, kemudian diminum.

Tak ada salahnya mencoba pengobatan dari buah semangka. Namanya juga usaha, asal tidak melanggar syariat boleh-boleh saja. Juga, tak selamanya obat itu harus pahit, buktinya obat dari semangka ini.

sumber :

http://health.kompas.com/read/2010/09/03/14505576/Segarnya.Manfaat.Semangka

http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/13591-manfaat-buah-semangka

http://www.kafebalita.com/content/articles/read/2009/07/manfaat-semangka-untuk-bagi-ibu-hamil/1237

http://dheryudi.wordpress.com/2008/11/20/manfaat-semangka/

http://safuan.wordpress.com/2007/10/20/buah-semangka-segar-penambah-kesuburan/

 

Manfaat Jeruk

Varietas jeruk sangat banyak, masing-masing jenis mempunyai karakteristik yang berbeda. Golongan jeruk manis biasanya dimakan segar sebagai buah meja, untuk yang bercitarasa asam lebih cocok dijadikan juice. Beberapa jenis hanya dimanfaatkan kulitnya sebagai bumbu masakan. Berikut aneka jenis jeruk dan kegunaanya.
Jeruk nipis (citrus aurantifolia)
Banyak digunakan airnya sebagai bumbu masakan atau campuran minuman. Aneka punch, shorbet dan cocktail terasa lebih segar dengan menambahkan air jeruk nipis. Warna kulitnya hijau mengkilat, daging buahnya putih kekuningan dan citarasanya sangat asam.
manfaat jeruk nipis bagi kesehatan
1. Jeruk Nipis Untuk Menyembuhkan Batu Ginjal
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa jeruk nipis mempunyai manfaat mencegah kekambuhan batu ginjal, khususnya batu ginjal kalsium idiopatik. Menurut laporan tersebut, dengan mengkonsumsi jeruk nipis timbulnya batu ginjal bisa dicegah.
2. Jeruk Nipis untuk menyembuhkan Batuk dan influenza
Penyakit ini terjadi karena menurunnya daya tahan tubuh sehingga kuman-kuman dapat dengan mudah berkembang dalam tubuh kita. Kandungan vitamin C yang tinggi dari jeruk nipis sangat berguna dalam meningkatkan daya tahan tubuh sehingga kuman-kuman patogen (kuman yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit) dapat dimatikan oleh tubuh.Biasanya orang menggunakannya dengan cara membelah buah jeruk nipis, kemudian permukaan belahannya diberi olesan kapur sirih. Lalu dipanaskan, sebelum akhirnya perasan airnya diminum bersama air jernih. Resep ini juga berguna sebagai pemaksa keluarnya dahak.
3.Ketegangan Otot Tangan, Kaki, dan Bagian tubuh lainnya
Kandungan kalsium dan lisin dalam jeruk nipis dapat mempengaruhi kerja otot sehingga otot-otot menjadi lebih rileks. Digunakan dengan cara menggosokkan bagian yang pegal memakai perasan jeruk nipis ditambah dengan sedikit air. Atau dengan merendam bagian yang pegal di air perasan buah jeruk yang telah ditambah air hangat di dalam ember kecil.
4. Menurunkan rasa panas badan, terutama pada anak-anak.
Air perasan jeruk nipis ditambah selembar daun sirih, ditambah air hangat, digunakan untuk bahan pengompresan maka rasa panas akan cepat hilang kalau dibandingkan hanya dengan air tanpa campuran.
5. Obat antimabuk
Yaitu sebelum atau selama perjalanan panjang meminum perasan air buah jeruk nipis, terutama bagi mereka yang biasa dilanda mabuk perjalanan. Bahkan, bagi orang-orang tertentu hanya dengan mencium bau remasan kulit jeruknya saja sudah lebih dari cukup untuk menghilangkan rasa mabuk di perjalanan walau perjalanan jauh pun.
6.Mengurangi gangguan buang air kecil
Bagi mereka yang menderita gangguan pada saat buang air kecil maka meminum air perasan buah jeruk nipis ditambah gula batu sedikit agar tidak terlalu asam, ternyata banyak manfaatnya. Bahkan, kepenatan yang sering dialami oleh seseorang karena terlalu banyak menggunakan ”otaknya” dengan cara ini pun akan banyak membantu untuk meringankan.
7. Jeruk Nipis untu mengecilkan peranakan setelah melahirkan
Di lingkungan masyarakat Jawa, banyak ibu-ibu yang menggunakan air perasan buah jeruk nipis untuk mengecilkan dan ”mengeringkan” peranakan sehabis melahirkan dengan cara mencampur air perasan jeruk nipis dengan kapur sirih, kemudian dijadikan parem, serta dibalurkan ke bagian perut selama 40 hari. Bahkan, ada pula yang kemudian membiasakan meminum air perasan buah jeruk tsb. yang dicampur sedikit garam, sedikit kapur sirih dengan air hangat.
8.  Meningkatkan Gairah Seksual
Ambil 2 sdm air jeruk nipis, 1 kuning telur ayam kampung, ¼ sdt lada hitam dan 1 sdm madu murni. Aduk rata dan minum tiga hari sekali.
manfaat jeruk nipis bagi kecantikan
1. Jeruk Nipis untuk Menghilangkan bau keringat, bau ketiak, serta bau badan lainnya.
Air perasan buah jeruk nipis banyak membantu dengan cara mencampurkan perasan itu dengan sedikit kapur sirih, kemudian dijadikan obat gosok ke bagian badan yang menghasilkan bau tsb.
2. Jeruk Nipis untuk Membuat Suara Merdu
Siapkan 3 sdm air jeruk nipis, campur dengan ¼ sdt air kapur sirih. Minum campuran ini 2 minggu sekali.
3. Jeruk nipis berkhasiat untuk memutihkan dan menghaluskan kulit:
Caranya adalah dengan mengusapkan potongan jeruk nipis pada wajah dan kulit bagian tubuh lainnya yang terlihat kusam atau kasar.Niscaya kulit Anda akan menjadi lebih putih dan lebih halus.
4. Jeruk Nipis untuk Membuat Kuku bersih dan cemerlang
Untuk membuat kuku bersih dan cemerlang dengan jeruk nipis caranya mudah saja. Peraslah dagingnya, lalu gunakan sedikit air jeruk nipis untuk menggosok kuku yang buram.
5. Jeruk Nipis untuk Menghaluskan dan mengemilaukan Rambut
Untuk jenis rambut berminyak yang biasanya cepat kotor, cucilah dengan air hangat yang telah dicampur perasan air jeruk nipis. Hasilnya selain tak cepat kotor, rambut akan menjadi lebih halus dan lembut kemilau.Untuk menghilangkan ketombe gunakan air perasan jeruk nipis pada kulit kepala. Biarkan kering selama 20 sampai 30 menit, lalu dikeramas. Lakukan dua sampai tiga kali.
6. Untuk menghilangkan Lemak pada kulit berminyak
Air yang berasal dari daging buah jeruk nipis dikenal sanggup membuat pori-pori mengecil serta merapatkannya. Ia juga mampu menghilangkan kelebihan lemak pada jenis kulit berminyak. Cara penggunaannya adalah dengan mengoleskan daging jeruk nipis pada kulit wajah. Terutama di daerah sekitar hidung dan pipi yang pori-porinya terlihat besar.
7. Jeruk Nipis untuk Kecantikan Kulit
Kulit adalah pertahanan tubuh yang paling luar untuk mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh kita. Oleh karena itu kulit sangatlah penting dan harus dijaga agar tetap sehat, selain juga untuk kecantikan.Pada buah jeruk nipis ini, banyak terkandung vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stress, vitamin A untuk meningkatkan daya tahan kulit terhadap infeksi, air yang sangat dibutuhkan oleh tubuh mengingat 90% dari tubuh kita terdiri atas air, dan protein yang berguna untuk memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan ataupun memperbaharui jaringan yang sudah tua. Dan dengan kandungan zat-zat lainnya, jeruk nipis dapat memberikan nutrisi yang baik untuk kulit sehingga membuat kulit nampak lebih bersih, segar, halus, putih dan pori-pori mengecil.
Jeruk Purut (kaffir lime)
Sosoknya unik dengan permukaan kulit berkerut, kandungan airnya sedikit sehingga orang menggunakan kulitnya untuk pengharum masakan. Aromanya harum dan dapat mengurangi bau amis pada olahan daging atau ikan.
Sifat dan KhasiatDaun jeruk purut berkhasiat stimulandan penyegar. Kulit buah berkhasiat stimulan, berbau khas aromatik, rasanya agak asin, kelat dan lama kelamaanagak pahit.
kandungan KimiaDaun mengandung tanin 1,8%, steroid triterpenoid dan minyak asiri 1-1,5% v/b

Kulit buah mengandung saponin, tanin 1%, steroid triterpenoid dan minyak asiri yang mengandung sitrat 2-2,5% v/b.
Bagian yang digunakan adalah buah dan daun.

Indikasi
Buah jeruk purut digunakan untuk mengatasi:
-Influenza
-Badan terasa lelah
-Rambut kepala yang bau (mewangikan kulit) dan
-Kulit bersisik dan mengalupas

Daun jeruk purut digunakan untuk mengatasi:
-Badan letih dan lemah sehabis sakit berat

Cara Pemakaian
Untuk obat yang diminum, sediakan 1-2 buah air jeruk purut yang telah masak, lalu minum.
Untuk pemakaian luar, belah jeruk purut menjadi 2-4 bagain, lalu gosokkan ke kulit yang bersisik atau air perasan buahnya digunakan untuk membasahi rambut setelah keramas.

Contoh pemakaian

Influenza
Potong sebuah jeruk purut masak dan banyak airnya, lalu peras. Seduh air perasannya dengan 60cc air panas. Minum sekaligus selagi hangat.

Kulit bersisik dan mengelupas
Belah jeruk purut tua menjadi 2 bagian. Gosokkan pada kulit yang bersisik, kering dan mudah mengelupas di kulit kepala atau bagian lain dari tubuh. Lakukan satu kali sehari, malam sebelum tidur.

Mewangikan rambut kepala
Cuci 1 buah jeruk purut masak sampai bersih, lalu parut. Tambahkan 1 sendok makan air bersih, lalu remas dan saring. Gunakan air saringannya untuk menggosok rambutsetelah keramas.

Badan lelah setelah bekerja atau letih sehabis sakit berat
Sediakan 2 genggam daun jeruk purut segar. Rebus dalam 3 liter air sampai mendidih (selama 10 menit). Tuangkan ramuan tersebut ke dalam 1 ember air hangat dan gunakan untuk mandi.

Jeruk Limau
Ukuranya lebih kecil dari jeruk nipis, aromanya harum dan citarasanya asam. Sangat cocok untuk olahan seafood maupun campuran aneka sambal.
JERUK limau tentu tidak asing lagi bagi Anda. Buah beraroma tajam ini kaya manfaat, mulai dari melawan penyakit, mengatasi kulit kering hingga meredakan gejala mabuk.

1. Redakan gejala mabuk
Kebanyakan minum? Cobalah meredakan pusing dan gejala mabuk lainnya dengan resep dari DeAnna Batdorff, seorang praktisi Aryuvedic di Sebastopol, Kalifornia, berikut:

Padukan dua sendok teh jus jeruk limau segar dan seperempat sendok teh gula. Tambahkan satu gelas air dan minum perlahan. Jadikan minuman pertama Anda di pagi hari. Limau, terang Batdorff, menyegarkan hati dan gula membantu menyeimbangkan kadar glukosa darah. Gula darah cenderung menurun setelah minum, sehingga membuat Anda sedikit merasa pusing.

2. Bersihkan noda
Asam sitrus dari limau bekerja cepat menghilangkan lemak-lemak dan kotoran. Gunakan limau untuk mengangkat noda makanan dalam microwave. Berikut tips dari Ellen Sandbeck, penulis Organic Housekeeping:

Masukkan tiga sendok makan jus limau ke dalam gelas berisi air dan panaskan hingga mendidih dalam microwave. Biarkan selama beberapa menit, angkat, dan bersihkan microwave dengan spons, selanjutnya lap sekali lagi dengan kain.

3. Cerahkan kulit
Cobalah angkat noda di kulit dengan scrub dari Keystone Resort di Keystone, Colorado. Caranya, campurkan tiga sendok makan minyak pijat jeruk, satu sendok makan madu, dan jus segar dari setengah jeruk limau, serta dua sendok makan garam laut dalam mangkuk. Selanjutnya, pijatkan campuran tersebut ke seluruh tubuh dengan gerakan melingkar, bersihkan dan keringkan. Kandungan vitamin C dari jus limau berfungsi meremajakan kulit, sedang kandungan asam di dalamnya beserta garam mengangkat sel-sel kulit mati.

4. Lawan penyakit
Tambahkan satu perasan jeruk limau ke dalam secangkir teh hijau. Kandungan vitamin C dalam jus, menurut studi dari Purdue University, akan memaksimalkan penyerapan kandungan catechin (antioksidan yang diyakini melawan penyakit jantung, stroke, dan kanker) dalam teh.

Lemon Cui
Penduduk Manado dan etnis Cina banyak memanfaatkan jeruk ini, mereka menggunakanya untuk campuran acar, sambal atau olahan seafood. Karakteristiknya, kulit buah hijau kekuningan, citarasanya asam dan banyak mengandung air.
Lemon
Hampir menyerupai jeruk nipis namun warna kulit kuning mengkilat, bentuknya oval dan citarasanya asam. Lemon banyak digunakan pada masakan maupun minuman. Kulit buahnya sering kali untuk campuran cake, cookies maupun minuman segar agar aroma lebih harum.
manfaat jeruk lemon bagi kesehatan
1. Di samping kandungan vitamin C yang melimpah, jeruk lemon juga kaya dengan vitamin B, E, natrium, dan beberapa mineral mikro yang dibutuhkan tubuh untuk sisitem imunitas (kekebalan) serta mencegah virus penyebab influenza.
2. Lemon juga saratdengan kandungan bioflavanoid yang berperan sebagai antioksidan pencegah kanker.
3. Flavanoid jeruk lemon berfungsi menghalangi oksidasi LDL sehingga aterosklerosis penyebab jantung dan stroke bisa dihindari.
4. Jeruk lemon juga berlimpah kandungan serat berupa pektin yang baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida.
Kumquat
bentuknya mini dan sedikit mengandung air. Kulit buahnya tebal sehingga banyak dimanfaatkan untuk campuran masakan, pickle, preserved maupun marmalade.
Tak beda dengan jeruk biasa, kumquat matang, kaya akan pectin, kalsium, dan vitamin C. Oleh karena itu, ia sering diolah jadi selai, jelly, manisan, sirop, bahan es krim, atau hiasan kue.
Di pasar-pasar swalayan seputar Orchard Road Singapura, banyak terpajang kumquat yang telah diawetkan dalam bentuk manisan atau asinan. Buah ”pusaka” ini dikemas dalam kaleng-kaleng atau botol berbentuk cantik, aneka ukuran. Ada pula kumquat yang direndam dalam larutan cuka seperti acar. Jenis ini sangat cocok disajikan bersama oseng-oseng mi atau gulai unggas pedas.
Sama halnya dengan restoran-restoran hotel di Malaysia, orang Singapura pun kerap menyajikan irisan kumquat untuk memunculkan nuansa asam pada olahan bebek atau unggas lain. Di Australia, perasan buahnya diolah sebagai minuman beralkohol ringan. Sementara itu, di Vietnam, lebih sering dipakai untuk obat batuk.
Tangelo
Merupakan jeruk hibrida varietas baru. Citarasanya manis dan sedikit berair, kulit buahnya mudah dikupas dan bijinya sedikit, sangat cocok dijadikan buah meja.
Mandarin
Kulit buah mudah dikupas, citarasanya manis dan berair. Banyak dikonsumsi sebagai buah segar dan daging buahnya dikalengkan.
Salah satu senyawa dalam kulit jeruk Keprok (Citrus reticulata) yang telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antikankernya adalah tangeritin. Tangeritin dan nobiletin merupakan senyawa methoxyflavone yang mempunyai potensi sebagai agen antikanker. Tangeritin dapat menghambat aktivitas sel kanker pada fase G1 sehingga siklus selnya terhambat. Pan et al.,(2002) melaporkan bahwa polimetoksi flavonoid (tangeretin) yang terdapat pada kulit jeruk, dapat menginduksi G1 arrest dengan adanya peningkatan ekspresi CDK inhibitors seperti p27, p21 pada colon cacer cell line (COLO 205). Nobiletin dapat menghambat kerja COX-2 dengan cara inhibisi pada murine macrophage.
Grapefruit.
Ukuranya lebih besar dari jeruk mandarin. Kulitnya kuning mengkilat dengan daging buah kuning atau kemerahan. Sangat cocok untuk juice atau fruit comppote karena banyak mengandung air dan rasa asam dominan.
Seville Orange
Kulit buahnya sangat sukar dikupas sehingga tidak cocok untuk buah meja. Citarasanya manis dan tanpa biji, banyak digunakan sebagai bahan baku selai, marmalade maupun jelly.
Jeruk Bali ( Citrus maxima)
Bentuknya besar dengan daging buah berwarna putih ataug merah muda. Jeruk ini memiliki cita rasa manis, asam dan segar karena banyak mengandung air. Jeruk bali mengandung vitamin B, provitamin A, vitamin B1, B2 dan asam folat. Setiap 100 g jeruk bali mengandung 53 kkal energi, protein 0,6 g, lemak 0.2 g, karbohidrat 12.2 g, retinol 125 mcg, kalsium 23 mg dan 27 mg fosfor. Kandungan lain seperti flavonoid, pektin dan lycopene menjadikan buah ini semakin kaya akan zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan.
Beragam manfaat bisa diperoleh jika mengkonsumsi jus jeruk bali. Senyawa terkandung di dalam jeruk bali mampu;

  1. Mencegah kanker,
  2. Menurunkan risiko penyakit jantung,
  3. Melancarkan saluran pencernaan,
  4. Menjaga kesehatan kulit, mencegah konstipasi,
  5. Menurunkan kolesterol dan
  6. Mencegah anemia.
Jeruk Manis / Orange (Citrus Aurantium)

Jenis manis mengandung betakaroten dan bioflavanoid yang dapat memperkuat dinding pembuluh darah kapiler. Pektinnya juga banyak terapat dalam buah dan kulit jeruk, manfaatnya membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan mingkatkan kolesterol baik (HDL). Jeruk juga berlimpah kandungan flavanoidnya, seperti flavanpis yang berfungsi sebagai antioksidan penangkal menangkap radikal bebas penyebab kanker. Flavanoid juga menghalangi reaksi oksidasi LDL yang menyebabkan darah mengental dan mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah. Jeruk juga kaya akan kandungan gula buah yang dapat memulihkan energi secara cepat. Jeruk juga kaya akan serat (dietary fiber) yang dapat mengikat zat karsinogen di dalam saluran pencernaan. Manfaatnya sembelit, wasir dan kanker
kolon bisa dihindari.

manfaat jeruk manis bagi kesehatan

1. Jenis manis mengandung betakaroten dan bioflavanoid yang dapat memperkuat dinding pembuluh darah kapiler.
2. Pektinnya juga banyak terapat dalam buah dan kulit jeruk, manfaatnya membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan mingkatkan kolesterol baik (HDL).
3. Jeruk manis juga berlimpah kandungan flavanoidnya, seperti flavanpis yang berfungsi sebagai antioksidan penangkal menangkap radikal bebas penyebab kanker. Flavanoid juga menghalangi reaksi oksidasi LDL yang menyebabkan darah mengental dan mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah.
4. Jeruk manis juga kaya akan kandungan gula buah yang dapat memulihkan energi secara cepat. Jeruk juga kaya akan serat (dietary fiber) yang dapat mengikat zat karsinogen di dalam saluran pencernaan. Manfaatnya sembelit, wasir dan kanker kolon bisa dihindari.
5. Jeruk manis juga kaya akan serat yang dapat memperlancar proses pencernaan.

 

sumber :

Manfaat Tertawa

Tertawa merupakan pengalaman umum manusia. Lebih dari itu, ekspresi kegembiraan ini memiliki manfaat secara medis yang bersifat menyembuhkan. Bahkan bermanfaat bagi kecantikan.

Ketika tertawa lepas, seluruh elemen tubuh aktif mulai dari telinga, otak, hingga otot dan sendi tubuh. Dalam kondisi itu, tubuh mengeluarkan hormon dopamin, pemicu rasa bahagia, yang segera menjalar ke seluruh jaringan.

Tertawa merupakan salah satu misteri universal. Bukti sangat kuat menunjukkan bahwa tertawa baik untuk kesehatan kita, langkah berikutnya mencari tahu mengapa kita tertawa. Selain itu, sebagian besar sesuatu yang kita kerjakan memiliki suatu tujuan, lalu apa tujuan dari tertawa dan mengapa kita melakukannya?

berikut manfaat dari tertawa :

1. Selama tertawa, 15 otot di wajah akan berkontraksi sehingga meningkatkan aliran darah ke area tersebut. Hasilnya, wajah terlihat lebih kencang, merona, dan memancarkan cahaya.

2. Tertawa juga memperlancar aliran darah ke sekitar mata dan mengaktifkan saluran air mata. Itulah mengapa manusia bisa menangis saat tertawa terbahak-bahak. Hasil studi mengungkap, keluarnya air mata, baik dalam keadaan sedih maupun sukacita mengurangi tingkat stres.

3. Air liur orang yang sering tertawa ternyata memiliki imunitas lebih tinggi dibandingkan orang yang jarang tertawa. Studi Loma Linda Lee Berk menunjukkan, liur orang yang tertawa memiliki agen pembunuh T-sel yang lebih banyak dan meningkatkan kekebalan tubuh.

4. Tertawa terbahak-bahak juga menguatkan diafragma atau otot di bawah paru-paru. Otot ini memompa dan mengisi paru-paru dengan udara. Tertawa terbahak-bahak mempercepat aliran oksigen ke paru-paru.

5. Tertawa akan mempertahankan kadar gula dalam darah sehingga baik bagi penderita diabetes. Dalam penelitian terbaru kardiolog Michael Miller dari University of Maryland, tertawa saat menonton film komedi mempengaruhi kontraksi endotelium yang mengurangi produksi hormon stres.

6. Efek analgesik tertawa meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit. Riset Lily Tomlin menemukan, orang yang benar-benar tertawa selama 20 menit bisa menolerir rasa sakit akibat manset ketat.

7. Tertawa adalah olahraga karena membuat otot tegang dan melentur bergantian. Detak jantung cepat dan tekanan darah meningkat saat tertawa dan kembali menurun setelahnya. Tertawa menggantikan olahraga jalan sejauh dua mil bagi lansia dan orang sakit.

8. Perut rata. William Fry juga menemukan tertawa membuat perut lebih langsing seperti saat mengayuh dayung selama 10 menit. Setelah diukur, tertawa mampu meningkatkan denyut jantung dan membuat otot perut berkontraksi, sama ketika atlet sedang mendayung.

9. Tertawa bikin ramping. Pada saat tertawa, denyut jantung naik 10-20 persen dan membakar 1,3 kalori per menit. Tertawa selama 15 menit setiap hari selama satu tahun akan mengurangi kalori hingga dua kiligram.

10. Tertawa akan meningkatkan sistem kekebalan. Tertawa pada dasarnya akan membawa keseimbangan pada semua komponen dalam sistem kekebalan.

sumber :

http://kosmo.vivanews.com/news/read/145423-sejuta_manfaat_tertawa

http://humor.sabda.org/manfaat_tertawa_bagi_tubuh_kita