Efek Bid-ask, Firm Size dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal Saham Winner dan Loser Kelompok Entitas Indeks LQ 45 Periode 2009-2011 di Bursa Efek Indonesia

Efek Bid-ask, Firm Size dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal Saham Winner dan Loser Kelompok Entitas Indeks LQ 45 Periode 2009-2011 di Bursa Efek Indonesia

Rismaeka Purnamasari Latjuba

Rowland Bismark Fernando Pasaribu

Jalan Raya Lenteng Agung Nomor 11, JKSL 12610

Email: rismaekapurnamasari@yahoo.com

Jalan Komando III/2, Nomor 37 JKSL 12920

Email: rowland.pasaribu@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini memuat tentang efek Bid-ask Spread,  Firm Size dan Likuiditas terhadap fenomena Price Reversal. Dengan menggunakan return saham yang mengikuti satu hari perubahan besar harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 – 2011. Sampel yang digunakan adalah entitas yang terdaftar dalam LQ45 berjumlah 45 entitas. Penelitian ini menggunakan data triwulan selama 3 tahun, yang datanya di dapat dari idx.co.id laporan keuangan pertahun, Indonesian Capital Market Directory dan yahoo finance, perhitungan abnormal return menggunanakan Daily Return saham dan Daily Return Market. Melalui abnormal return dapat ditentukan saham Winner dan  saham Loser.

Kata kunci : overreaction, bid-ask spread,  firm size, likuiditas, abnormal return, dan price reversal.

PENDAHULUAN

Pasar efisien pertama kali digunakan dalam konteks pasar sekuritas oleh Fama pada tahun 1969 (dalam Jusuf, 2008). Mereka mendefinisikan pasar efisien sebagai pasar yang dapat melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap informasi baru.  Setiap hari terdapat informasi yang dipublikasikan untuk para investor di pasar ekuitas. Jika informasi-informasi tersebut relevan, maka harga saham akan terpengaruh (Jusuf, 2008). Semakin cepat informasi baru pada sebuah harga sekuritas, maka semakin efisien pasar tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sulit untuk para investor mendapatkan tingkat keuntungan diatas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia.

Overreaction adalah peristiwa yang dianggap dramatis oleh para investor yang dapat menyebabkan para investor bereaksi secara berlebihan (Rahmawati dan Tri Suryani, 2005). Overreaction ini diperkenalkan pertama kali oleh DeBondt tahun 1985, dengan menemukan adanya pembalikan return saham dimana saham-saham yang merupakan saham loser akan menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan saham-saham yang sebelumnya merupakan saham winner. Dalam hal ini, para pelaku pasar cenderung menetepkan harga terlalu tinggi sebagai reaksi terhadap berita yang dinilai sebagai good news, dan sebaliknya mereka akan memberikan harga yang terlalu rendah sebagai reaksi terhadap bad news (Yuli dan Kirmizi, 2012). Overreaction juga pernah diteliti oleh Pasaribu (2011), menurutnya overreaction pasar adalah salah satu tendensi pada perilaku analis dan investor terhadap informasi earning yang tidak diharapkan dan dapat menimbulkan volatility dari return yang abnormal pada saham-saham di pasar.

Pembalikan harga umumnya disebabkan oleh overreaction terhadap informasi baru, para investor bereaksi secara berlebihan terhadap berita-berita yang tidak diantisipasi yang akan merugikan keberadaan ekonomi entitas, hal ini akan memaksa harga turun terlalu jauh, kemudian diikuti koreksi yang mengakibatkan harga akan menaik. Pembalikan ini ditunjukkan oleh turunnya harga setelah terjadi kenaikkan secara ekstrim.

Besarnya harga saham selain dipengaruhi oleh informasi yang diterima para investor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain terdiri dari bid-ask spread sebagai biaya transaksi, firm size yang menunjukan nilai pasar dari ekuitas entitas, dan likuiditas pasar. Pengaruh ketiga faktor ini terhadap harga saham merupakan akibat dari pengaruhnya terhadap kondisi pasar saham yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan bid dan ask, perubahan volume perdagangan yang merupakan indikator dari likuditas pasar maupun perubahan besarnya ekuitas entitas karena perubahan jumlah saham yang beredar.

METODE PENELITIAN

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh saham entitas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang termasuk dalam saham LQ45 periode Februari 2013 – Juli 2013, berdasarkan pengumuman BEI No. Peng-00016/BEI PSH/01-2013 tanggal 25 Januari 2013. Saham winner dan loser ditetapkan dengan menggunakan abnormal return, yang di seleksi berdasarkan hasil dari yang terbesar sampai yang terkecil setiap periode triwulan.

Penelitian ini menggunakan data triwulan selama 3 tahun dari tahun 2009-2011, yang datanya di dapat dari http://www.idx.co.id laporan keuangan pertahun, Indonesian Capital Market Directory dan yahoo finance, perhitungan abnormal return. Melalui abnormal return dapat ditentukan saham winner dan saham loser.

Teknis analisis yang digunakan adalah uji statistik yang terdiri dari uji statistik deskriptif, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji determinasi, uji hipotesis baik secara parsial maupun secara simultan.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini :

Hipotesis 1 : Bid-ask spread merupakan faktor yang berpengaruh terhadap price reversal portofolio winner.

Hipotesis 2 : Firm size merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena price reversal portofolio winner.

Hipotesis 3 : Likuiditas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena price reversal portofolio winner.

Hipotesis 4 : Bid-ask spread, Firm size dan Likuiditas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena Price reversal portofolio winner.

Hipotesis 5 : Bid-ask spread merupakan faktor yang berpengaruh terhadap price reversal portofolio loser.

Hipotesis 6 : Firm size merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena price reversal portofolio loser.

Hipotesis 7 : Likuiditas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena price reversal portofolio loser.

Hipotesis 8 : Bid-ask spread, Firm size dan Likuiditas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fenomena Price reversal portofolio loser.

PEMBAHASAN

Uji Statistik Deskriptif

Berdasarkan lampiran B panel 1, pada tahun 2011 triwulan keempat terlihat untuk portofolio winner jumlahnya adalah 21 entitas, dengan nilai minimum 0.00, nilai maksimumnya adalah 0.54, nilai meannya adalah 0.1130 dan nilai standar deviasinya adalah 0.12333. Dari bid-ask winner, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 0.2, 0.57, 0.2904 dan 0.12593. Kemudian firm size winner dapat dilihat nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 23.10, 33.03, 28.2509, 2.42132. Sementara dari likuiditas winner, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 16.50, 23.24, 19.6221, 1.70367. sedangkan untuk portofolio loser pada panel b terlihat jumlahnya adalah 24 entitas, dengan nilai minimum -0.21, nilai maksimumnya adalah -0.02, nilai meannya adalah -0.1013 dan nilai standar deviasinya adalah 0.06769. Dari bid-ask loser, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah -0.10, 0.41, 0.2250 dan 0.12091. Kemudian firm size loser, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 23.00, 31.00, 27.9266, 1.86670. Sementara dari likuiditas loser, nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasinya secara berturut-turut adalah 14.66, 22.76, 20.1865 dan 2.04617.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF pada tabel dibawah ini, perbandingannya untuk nilai tolerance jika kurang dari 0.1 maka dapat disimpulkan variabel tersebut multikolinearitas, sedangkan untuk nilai VIF jika lebih dari 10 maka dapat disimpulkan variable tersebut multikolinearitas. Dari hasil output spss didapat hasil sebagai berikut :

Nilai Tolerance dan VIF

Tabel 1

Tahun

Triwulan

Winner

Loser

Tolerance

VIF

Tolerance

VIF

Bid-ask

Firm Size

Lik

Bid-ask

Firm Size

Lik

Bid-ask

Firm Size

Lik

Bid-ask

Firm Size

Lik

2009

1

0.89

0.861

0.933

1.123

1.161

1.072

0.87

0.161

0.152

1.15

6.221

6.586

2

0.814

0.363

0.327

1.228

2.757

3.058

0.882

0.874

0.259

1.133

3.65

3.865

3

0.939

0.519

0.543

1.065

1.928

1.84

0.949

0.215

0.211

1.054

4.652

4.746

4

0.99

0.294

0.94

1.01

3.4

3.396

0.764

0.279

0.249

1.308

3.586

4.008

2010

1

0.992

0.381

0.381

1.008

2.625

2.623

0.595

0.239

0.299

1.68

4.19

3.343

2

0.929

0.46

0.478

1.077

2.172

2.093

0.691

0.233

0.231

1.448

4.288

4.327

3

0.879

0.128

0.131

1.138

7.833

7.646

0.73

0.755

0.661

1.369

1.324

1.512

4

0.836

0.559

0.643

1.196

1.788

1.555

0.778

0.302

0.348

1.285

3.312

2.87

2011

1

0.938

0.199

0.195

1.066

5.022

5.118

0.905

0.564

0.553

1.105

1.774

1.808

2

0.879

0.498

0.478

1.138

2.008

2.094

0.61

0.202

0.189

1.64

4.945

5.291

3

0.901

0.514

0.478

1.11

1.944

2.09

0.872

0.284

0.275

1.147

3.525

3.635

4

0.846

0.454

0.41

1.182

2.204

2.439

0.872

0.235

0.229

1.147

4.258

4.376

Sumber : Output SPSS, diolah

Pada tabel diatas saham winner dan loser dapat diketahui bahwa seluruh nilai VIF saham winner maupun loser untuk variabel ukuran entitas, likuiditas dan bid-ask spread  menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas dalam persamaan regresi tersebut, sebab  nilai VIF yang dihasilkan memiliki nilai lebih kecil dari 10. Sedangkan jika dilihat  dari nilai tolerance pada saham winner maupun loser seluruhnya tidak ada yang lebih  kecil dari 0,1. Dalam kedua tabel tersebut juga menunjukkan bahwa nilai VIF  terbesar adalah 6.586 yang jauh lebih kecil dari 10. Sedangkan nilai terkecil dari  tolerance value adalah 0.152 yang lebih besar dari 0,1. Dari angka-angka tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas sehingga persamaan regresi layak digunakan.

Uji Autokolerasi

Dalam menganalisis terjadinya autokorelasi yang digunakan adalah nilai durbin-watson yang dibandingkan dengan nilai tabel durbin-watson.

Adapun ketentuan dalam menguji autokorelasi adalah sebagai berikut :

Nilai DW lebih dari 2

  • Jika DW lebih besar dari du, maka tidak ada autokorelasi
  • Jika DW lebih kecil dari dl, maka terdapat autokorelasi positif
  • Jika DW terletak antara du dan dl, tidak ada kesimpulan

Nilai DW kurang dari 2

  • Jika DW lebih kecil dari 4-du, maka tidak ada autokorelasi
  • Jika DW lebih besar dari 4-dl, maka terdapat autokorelasi negatif
  • Jika DW terletak antara 4-du dan 4-dl, tidak ada kesimpulan

Dengan mengetahui jumlah sampel dan jumlah variabelnya, dapat dibaca pada tabel nilai batas bawah (dL) dan juga batas atas (dU), maka didapati hasilnya sebagai berikut:

Durbin-Watson

Tabel 2

Tahun Triwulan Durbin-Watson
Winner Loser
2009 1 0.565 1.15
2 0.875 0.149
3 1.094 0.622
4 1.592 0.804
2010 1 1.664 0.264
2 0.289 0.345
3 0.497 0.506
4 1.974 0.236
2011 1 0.719 0.936
2 0.912 0.553
3 0.696 1.062
4 0.822 0.334

Sumber : Output SPSS, diolah

Berdasarkan tabel diatas tahun 2011 triwulan keempat pada saham winner dapat dilihat bahwa nilai DW nya adalah 0.822, nilai dL nya adalah 1.0262 dan (4-dL) adalah 2.9738, sedangkan nilai dU nya adalah 1.6694 dan nilai (4-dU) adalah 2.3306. maka dapat disimpulkan bahwa nilai DW lebih kecil dari 2 dan lebih kecil dari nilai (4-dU), berarti tidak ada autokorelasi. Sedangkan pada saham loser dapat dilihat bahwa nilai DW nya adalah 0.334, nilai dL nya adalah 1.5464 dan (4-dL) adalah 2.4536, sedangkan nilai dU nya adalah 1.1010 dan nilai (4-dU) adalah 2.8990. maka dapat disimpulkan bahwa nilai DW lebih kecil dari 2 dan lebih kecil dari nilai (4-dU), berarti tidak ada autokorelasi.

Kesimpulan dari semua hasil analisis Durbin-Watson diatas adalah tidak ada autokorelasi, yang berarti tidak terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tahun 2009 triwulan pertama sampai dengan tahun 2011 triwulan keempat.

Uji Determinasi

Untuk uji determinasi yang digunakan adalah nilai dari R2 untuk saham winner maupun  saham loser. Seperti yang diketahui nilai R2 yang telah diolah dalam tabel dibawah ini dan kesimpulan yang didapat dari hasil pengolahan dalam spss adalah sebagai berikut :

Nilai R2

Tabel 3

Tahun Triwulan R2
Winner Loser
2009 1 0.227 0.425
2 0.292 0.025
3 0.486 0.208
4 0.652 0.383
2010 1 0.765 0.048
2 0.094 0.227
3 0.063 0.22
4 0.795 0.101
2011 1 0.229 0.057
2 0.208 0.191
3 0.46 0.509
4 0.39 0.189

Sumber : Output SPSS, diolah

Berdasarkan tabel diatas tahun 2011 triwulan keempat pada saham winner dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R2) nya adalah 0.390, maka dapat disimpulkan bahwa price reversal dipengaruhi oleh efek bid-ask spread, firm size dan likuiditas sebesar 39.0%, dan sisanya sebesar 61.0% dijelaskan oleh faktor diluar dari efek bid-ask spread, firm size dan likuiditas. Sedangkan pada saham loser dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R2) nya adalah 0.189, maka dapat disimpulkan bahwa price reversal dipengaruhi oleh efek bid-ask spread, firm size dan likuiditas sebesar 18.9%, dan sisanya sebesar 81.1% dijelaskan oleh faktor diluar dari efek bid-ask spread, firm size dan likuiditas.

Menurut Kusumawardani (2001), faktor lain yang mempengaruhi terjadinya price reversal kemungkinan berasal dari faktor-faktor makro seperti kurs dan kondisi pasar, karena kedua informasi tersebut berkaitan dengan kondisi makro secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi keputusan investor untuk menjual atau membeli saham atau tidak melakukan perdagangan sama sekali.

Uji H1, H2, H3, H5, H6, H7

uji hipotesis ini menggunkan a = 0.05, jika hasil uji signifikan kurang dari nilai a = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap fenomena price reversal. Yang artinya Ho ditolak.

Uji Hipotesis Parsial

Tabel 4

Tahun

Triwulan

Winner

Loser

Bid-ask

Firm size

Likuiditas

Bid-ask

Firm size

Likuiditas

2009

1

0.087

0.855

0.479

0.044*

0.081

0.115

2

0.459

0.035*

0.053

0.931

0.653

0.848

3

0.010*

0.069

0.061

0.738

0.08

0.089

4

0.000*

0.002*

0.029*

0.96

0.015*

0.027*

2010

1

0.000*

0.074

0.309

0.568

0.437

0.39

2

0.254

0.799

0.773

0.231

0.415

0.426

3

0.368

0.706

0.621

0.417

0.063

0.106

4

0.000*

0.287

0.552

0.204

0.851

0.848

2011

1

0.427

0.446

0.164

0.575

0.306

0.541

2

0.114

0.463

0.695

0.094

0.055

0.088

3

0.005*

0.37

0.357

0.002*

0.143

0.185

4

0.012*

0.562

0.633

0.255

0.712

0.582

Sumber : Output SPSS, diolah

*Signifikan pada a = 0.05

Dari ketiga variabel independen diatas, berdasarkan hasil pengujian tahun 2011 triwulan keempat pada saham winner tingkat signifikansi (p-value) untuk efek bid-ask spread adalah sebesar 0.012, hasil ini lebih kecil dari 0.05. Untuk firm size sebesar 0.562 dan untuk likuiditas sebesar 0.633, hasil ini lebih besar dari 0.05. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya variabel bid-ask saja yang memiliki pengaruh terhadap pembalikan harga saham winner. Sehingga hipotesis H1 dari hasil penelitian menolak Ho dan menerima Ha, yaitu terdapat pengaruh bid-ask secara signifikan terhadap price reversal yang terjadi pada saham winner pada periode waktu tertentu.

Sedangkan untuk saham loser tingkat signifikansi (p-value) untuk efek bid-ask spread adalah sebesar 0.255, untuk firm size sebesar 0.712 dan untuk likuiditas sebesar 0.582, hasil ini lebih besar dari 0.05. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel yang mempengaruhi tingkat pembalikan harga saham loser, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah H1, H2 dan H3 menolak Ha dan menerima Ho pada saham loser dalam periode waktu tertentu.

Kedua hasil diatas konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirmizi pada tahun 2012, Kusumawardani (2001) menyebutkan bahwa ketidakkonsistenan terjadi dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di luar negeri disebabkan oleh kondisi pasar ekuitas indonesia dengan kondisi pasar ekuitas di luar negeri dalam kaitannya dengan tingkat efisiensi pasar ekuitas, dan Kirmizi (2012) juga mengungkapkan bahwa krisis global tahun 2007-2008 dan pergolakan yang banyak terjadi di Indonesia juga memungkinkan terjadinya bisa hasil penelitian karena dapat dipastikan bahwa investor cenderung menilai saham berdasarkan informasi-informasi yang mencerminkan kondisi pasar ekuitas itu sendiri.

Uji H4 dan H8

Uji Hipotesis Simultan

Tabel 5

Tahun

Triwulan

Signifikan

Winner

Loser

2009

1

0.212

0.036*

2

0.11

0.948

3

0.009*

0.308

4

0.000*

0.058

2010

1

0.000*

0.846

2

0.63

0.212

3

0.767

0.226

4

0.000*

0.603

2011

1

0.208

0.751

2

0.254

0.227

3

0.013*

0.002*

4

0.035*

0.233

*Signifikan pada a = 0.05

Sumber : Output SPSS, diolah

Dari tabel diatas tahun 2011 triwulan keempat pada saham winner dapat disimpulkan bahwa terjadi signifikansi oleh bid-ask, firm size dan likuiditas terhadap price reversal, karena nilai signifikannya kurang dari 0.05. ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara bid-ask, firm size dan likuiditas terhadap price reversal. Sedangkan pada saham loser dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi signifikansi oleh bid-ask, firm size dan likuiditas terhadap price reversal, karena nilai signifikannya lebih dari 0.05. ini berarti Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara bid-ask, firm size dan likuiditas terhadap price reversal.

Rangkuman Hasil Penelitian

Dari hasil diatas maka dapat dilihat bahwa adanya price reversal yang terjadi di pasar saham merupakan akibat dari investor yang bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi baru. Ketika investor menyadari bahwa telah bereaksi berlebihan maka selanjutnya investor melakukan koreksi terhadap tindakannya sehingga harga saham mengalami pembalikan harga atau disebut juga price reversal.

Besarya bid-ask spread mencerminkan resiko sebuah saham, yaitu semakin kecil tingkat selisih antara ­bid dengan ask maka semakin kecil resiko. Kecilnya resiko dapat menarik minat para investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini juga akan meningkatkan tingkat likuiditas suatu saham pada periode waktu tertentu.

Para investor selain melihat dari faktor bid-ask juga melihat dari ukuran perusahaan. Dalam hal ini investor cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki ukuran yang besar karena para investor mengganggap bahwa perusahaan yang berukuran besar lah yang mempunyai kinerja yang baik. Anggapan seperti ini lah yang mendorong para investor untuk hanya membeli saham pada perusahaan yang berukuran besar. Setelah investor menyadari bahwa telah bereaksi secara berlebihan, kemudian melakukan koreksi dengan menjual saham yang dimilikinya, hal ini dapat menimbulkan suatu pembalikan harga atau disebut juga price reversal.

Kemudian faktor likuiditas, likuiditas dilihat dari lancarnya sebuah perdagangan suatu saham pada periode waktu tertentu. Dapat diukur melalui volume perdagangan saham tertentu. Jika terdapat suatu informasi yang baik terhadap perusahaan emiten, maka para investor akan bereaksi secara berlebihan untuk membeli saham pada perusahaan emiten tersebut dan kemudian menjual saham lama yang telah dibeli oleh investor, hal ini dapat memicu pembalikan harga karena saham pada perusahaan emiten tersebut memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

KESIMPULAN

Bid-ask spread berpengaruh terhadap fenomena price reversal pada entitas saham winner yang tergabung dalam indeks LQ45. Kemudian firm size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fenomena price reversal pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45. Dan juga likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fenomena price reversal pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45.

Bid Ask , Firm Size dan Likuiditas secara bersama-sama berpengaruh terhadap price reversal entitas publik saham winner indeks LQ45.

Bid-ask spread saham loser tidak berpengaruh terhadap fenomena price reversal pada entitas publik indeks LQ45. Kemudian firm size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fenomena price reversal pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45. Dan juga likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fenomena price reversal pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45.

Bid Ask , Firm Size dan Likuiditas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap price reversal entitas publik saham losser indeks LQ45.

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, Restu dan Tyas Pramesti. 2009. “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Ekonomi. Volume 17, Nomor 3 Desember 2009. Pekanbaru

Ardi, Azhar, Kiryanto dan Dista Amalia. 2008. “Overreaction Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan-Perusahaan di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi. Pontianak

Arnold, Glen. 2005. Handbook of Corporate Finance. Pearson Education Limited. Great Britain

Bessembinder, Hendrik dan Kumar Venkataraman. 2009. “Bid-ask Spread: Measuring Trade Execution Costs in Financial Markets”. Forthcoming, Encyclopedia of Quantitative Finance. March 2009. United States of Amerika

Dinawan, Muhammad Rizkada. 2007. Analisis Overreaction Hypothesis, dan Pengaruh Firm Size, Likuiditas dan Bid-ask Spread Terhadap Fenomena Price Reversal di Bursa Efek Jakarta. Universitas Diponegoro. Semarang

Elton dan Grubber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investment Analysis. New York

Fabozzi, Frank J, Pamela Peterson Drake. 2009. Finance, Capital Markets, Financial Manajement, and Investment Management. John Wiley & Sons, Inc. Canada

Guinan, Jack. 2010. Investopedia. Hikmah. Jakarta

Hartono, Jogiyanto. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. Pt Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta

Hiriyappa, B. 2008. Investment Management Securities and Portfolio Management. New Age Internasional Publishers. New Delhi

Hirt, Geoffrey A. And Stanley B. Block. 1990. Fundamentals of Investment Management, Third Edition. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. United States of Amerika

Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UUP STIM YKPN. Yogyakarta

Jusuf, A An Arief. 2008. “Reaksi Pasar Yang Berlebihan”. Jurnal Kewirausahaan. Vol 2, No 1. Surabaya

Kusumawardani, Srihartati. 2001. Analisis Reaksi Berlebihan, Efek Bid Ask, Firm Size, dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal di BEJ. Universitas Diponegoro. Semarang

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2011. “Anomali Overreaction di Bursa Efek Indonesia Penelitian Saham LQ-45”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 5, No. 2 Juli 2011. Jakarta

Rahmawati dan Tri Suryani. 2005. “Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII. 15-16 September 2005. Solo

Reilly, Frack K. and Keith C.Brown. 2003. Investment Analysis and Portofolio Management, 7 Edition. Thomson South-Western

Sartono, R. Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi Keempat. Yogyakarta

Winarto, Jasso. 1997. Pasar Modal Indonesia. PT Jayakarta Agung Offset. Jakarta

Yuli, Elline dan Kirmizi. 2012. “Analisis Overreaction Hypothesis dan Pengaruh Ukuran Perusahaan, Bid-ask Spread, dan Likuiditas Saham Terhadap Fenomena Price Reversal”. Pekbis Jurnal. Vol.4, No.1, Maret 2012: 1-16

Yulianstari, Tanti. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Jakarta. Universitas Diponegoro. Semarang

Yusralaini, Amir Hasan, dan Imelda Helen. 2009. “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Automotive and Allied Product di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ekonomi. Volume 17, Nomor 3 Desember 2009. Pekanbaru

Zein, Zainal Abidin, Novita Inrawati dan Eka Hariyani. 2009. “Pengaruh Stock Split Terhadap Harga dan Likuiditas Saham”. Jurnal Ekonomi. Volume 17, Nomor 3 Desember 2009. Pekanbaru

Wealth Effect of International Investment Announcements : Evidence From Developing Market

Title

Wealth Effect of International Investment Announcements : Evidence From Developing Market

Author

Bany Ariffin Amin Noordinand Fauzias Mat Nor

Years

2006

 

Theoretical Basis

This research provides evidence on the efficiency of one of the fastest developing and largest emerging securities market (Kuala Lumpur Stock Exchange, KLSE) in the Asia Pacific rim with respect to foreign investment announcements.

This study focuses on the market reaction towards foreign investment announcements made by Malaysian Multinational Corporations (MNCs). There are three fundamental questions that this study attempt to address:

  1. Do foreign investment announcements contain new information which may creates market reaction?
  2. Do shareholders benefit from their firm’s foreign investment decisions?
  3. Do the characteristics of the foreign investments such as economic development of the target country influence shareholders wealth creations? In order to provide answers to these questions, an event study has been conducted.

Methods and Subjects

In that survey, it was also discovered that 17 companies have more than 20 ongoing foreign investment projects in various countries. Top of the list is Sime Darby with 110 ongoing foreign investment activities spanning in 19 countries. Second is Amsteel with 70 ongoing foreign investment activities.

Main Result

Table result shows the results of the 30 foreign investment announcements made by Malaysian MNCs expanding internationally into developed countries. On average, the announcements pertained to investments in developed markets are associated with a significant positive AR of 0.182 (t-statistic of 4.71). However, the other 30 announcements of propose expansion into developing countries produce AR of –0.00271 (t-statistic of –0.3744). The overall results suggest that foreign investments in developed countries by Malaysian MNCs generate higher positive returns for their shareholders than those investments into developing countries.

Conclusion

The results show that the AR of the securities are significantly positive surrounding the event period. This result implies that unexpected foreign investment announcements do contain new relevant information and at the same time do move the market.

 

Short Term Overreaction Effect: Evidence on the Turkish Stock Market

Title Short Term Overreaction Effect: Evidence on the Turkish Stock Market
Author Gülin Vardar, Berna Okan
Years 2008

 

Theoretical Basis In this paper, we empirically examine the short term overreaction effect in the Istanbul Stock Exchange using daily stock data from January 1999 to December 2003. The study period covers the pre- and post- Turkish financial crisis period.

The main purpose of this paper is to contribute to the short term overreaction literature by using daily return stock data of Istanbul Stock Exchange over the period of 1999- 2003. The reason of selecting this time period is to investigate the impact of the February 2001 Turkish financial crisis.

Methods and Subjects For the empirical analysis, daily closing prices of 190 stocks traded in one of the major Turkish equity indices (ISE) are examined for the 4-year period between January 1999 and December 2003. These sample data were obtained from the IBS. We divide the sample period into two sub-periods. The whole sample period consists of 1216 trading days in which the first consists of 500 trading days from January 5, 1999 through

January 31, 2001 and the second period is composed of 716 trading days from February 1, 2001 through December 31, 2003.

Main Result
  1. Average Daily Abnormal Returns for ISE-100 Stocks that indicates a large one day price increase or decrease within the period of January 5, 1999 through January 31, 2001

The large negative return that occurs on day t = 0 is the result of the large decline in price. As opposed to the winners, price reversals for losers can not be obtained in the pre-crisis period which can be interpreted as no evidence of overreaction.

  1. Average Daily Abnormal Returns for ISE-100 Stocks that indicates a large one day price increase or decrease within the period of February 1, 2001 through December 31, 2003

The average daily abnormal returns for the winners and losers in period 2001-2003 are shown in Table 2. Consistent with the results in the pre-crisis period, we document the evidence of overreaction for the winners but not for the losers in the post-crisis period. After a large price increase for winners, a significant price reversals occur on day t = 4 at 10% level while the average daily abnormal returns are negative but not statistically significant for six of the seven days following the day t = 0.

 

These results indicate that the stock market is more efficient than expected after the crisis, meaning that exhibiting less overreaction. To avoid the risk during the crisis period, investors become more conservative toward bad news and information. With the decrease of noise traders in the crisis, the importance of overreaction also decreases. However, when investors receive good news and information, the initial price increases in stocks encourage the noise traders to invest which leads to an increase the magnitude of overreaction.

Conclusion This paper highlights the empirical evidence of short term overreaction in the Turkish stock market. It differs from the previous studies in that this study considers the impact of the Turkish financial crisis by decomposing the whole sample into two sub periods, pre- and post-crisis period. These results indicate a diminished degree of overreaction after the crisis period which may be attributable to the behaviors of traders.

 

Reaksi Pasar Yang Berlebihan

Judul Reaksi Pasar Yang Berlebihan
Penulis A An Arief Jusuf
Tahun 2008

 

Landasan Teori Jurnal ini memfokus kan pada Reaksi yang berlebihan terjadi ketika pengumuman yang tidak terduga (yang diharapkan atau yang tidak diharapkan) mempengaruhi harga (kenaikan atau penurunan) melebihi nilai aktual. Implikasi yang paling menarik berhubungan dengan reaksi pasar yang berlebihan adalah potensi perolehan abnormal profit dari menjual atau membeli saham.
Metode dan Subjek Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Keith C. Brown dan W. V. Harlow (1988) menggunakan dua segi dari Efficient Market Hypothesis, yaitu:

  1. Kecepatan informasi mempengaruhi harga saham.
  2. Koreksi yang terjadi.
Hasil Hasilnya adalah investor publik memberikan penilaian lebih terhadap saham-saham yang sedang mengalami pertumbuhan, dan memberikan penilaian yang kurang terhadap saham-saham yang memiliki nilai intrinsik yang tinggi. Penjualan saham-saham yang mengalami pertumbuhan (harga) oleh pihak dalaman dapat disebabkan mereka memiliki porsi kepemilikan yang lebih besar daripada investor publik.
Kesimpulan
  1. Ada kecenderungan investor yang membeli saham-saham loser, dan menjual saham-saham tersebut saat menjadi winner akan memperoleh keuntungan abnormal yang signifikan.
  2. Ada kecenderungan investor publik memberikan penilaian lebih terhadap sahamsaham yang sedang mengalami pertumbuhan, dan memberikan penilaian yang kurang terhadap saham-saham yang memiliki nilai intrinsik yang tinggi.

 

Reaksi Pasar Saham Terhadap Pengumuman Penerbitan Obligasi Syariah di Bursa Efek Indonesia

Judul Reaksi Pasar Saham Terhadap Pengumuman Penerbitan Obligasi Syariah di Bursa Efek Indonesia
Penulis Resi Primadani
Tahun 2013

 

Landasan Teori Jurnal ini memfokuskan kepada reaksi pasar terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah di BEI.

Adanya informasi pengumuman penerbitan obligasi syariah dapat diartikan secara positif atau negatif oleh investor. Informasi pengumuman penerbitan obligasi syariah bernilai positif apabila penerbitan obligasi syariah memuat informasi yang bermakna good news bagi investor. Informasi yang bermakna good news menunjukkan bahwa penerbitan obligasi syariah dapat meningkatkan nilai dari perusahaan dan memberikan keuntungan bagi investor. Informasi pengumuman penerbitan obligasi syariah bernilai negatif apabila penerbitan obligasi syariah memuat informasi yang bermakna bad news bagi investor. Pada kondisi perekonomian yang kurang baik, Informasi yang bermakna bad news menunjukkan bahwa obligasi syariah akan meningkatkan hutang yang menjadi penyebab kenaikan risiko perusahaan (financial risk).

Metode dan Subjek Pendekatan yang digunakan dalam menjawab hipotesis dalam penelitian ini adalah pendekatan event study untuk melihat reaksi pasar saham terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah. Reaksi pasar ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Dalam penelitian ini untuk mengukur abnormal return saham dengan menggunakan market model.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan seluruh industri yang terdaftar di BEI yang menerbitkan obligasi syariah selama periode 2002-2011. Dari data terakhir diperoleh 15 perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah selama periode 2002-2011. Dari populasi tersebut, kemudian dipilih beberapa perusahaan untuk dijadikan sampel.

Penentuan sampel menggunakan kriteria sebagai berikut:

  1. Seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan pengumuman penerbitan obligasi syariah selama periode 2002-2011;
  2. Selama periode uji, perusahaan tidak melakukan corporate action lain seperti pengumuman kebangkrutan, stock dividend, stock split, right issue dan akuisisi untuk menghindari terjadinya bias karena adanya informasi lain;
  3. Saham perusahaan sampel adalah saham yang aktif diperdagangkan di pasar saham.
Hasil Hasil AAR dan CAAR saham perusahaan sampel yang mengumumkan penerbitan obligasi syariah yang diperoleh dari pengolahan data selama 21 hari periode uji, yaitu 10 hari sebelum tanggal pengumuman hingga 10 hari sesudah tanggal pengumuman. Nilai AAR menunjukkan rata-rata pendapatan abnormal saham, sedangkan CAAR menunjukkan akumulasi pendapatan abnormal saham.

Nilai emisi obligasi syariah yang terlalu kecil ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga investor cenderung melakukan strategi wait and see sehingga mengakibatkan tidak adanya perbedaan AAR dan CAAR sebelum tanggal pengumuman dan sesudah tanggal pengumuman penerbitan obligasi syariah.

Kesimpulan Berdasarkan hasil diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat reaksi pasar saham terhadap pengumuman penerbitan oblihgasi syariah. Dengan kata lain bahwa penerbitan obligasi syariah tidak memuat kandungan informasi baik yang bermakna good news maupun bad news bagi investor.

 

Price Reversal and Firm Size in the U.S. Stock Markets, New Evidence

Title Price Reversal and Firm Size in the U.S. Stock Markets, New Evidence
Author W. K. Leung
Years 2009

 

Theoretical Basis This study investigates the return behaviors of U.S. stocks listed in NYSE, AMEX, NASDAQ and NYSE ARCA from July 1963 to December 2007. Past studies are inconclusive as they either report short term momentum and long term reversal or vise versa or ambiguous trends. This is the first study that reports significant short and long term price reversal of U.S. stocks under some conditions by sorting them first by past return or price ratio and then by market capitalization (2 sorts) instead of what are done by most of the past studies by just sorting stocks by either past return or price ratio (1 sort). We also show that for stocks from the loser, medium or winner groups, small capitalization stocks always significantly outperform large capitalization stocks in the future.
Methods and Subjects In each month from July 1963 to December 2002 we sort NYSE-AMEX-NASDAQ-NYSE/ARCA stocks by previous 3, 6, 9 or 12 months (length of sort periods=3, 6, 9 and 12 respectively) return using the JT (Jegadeesh and Titman 1993) and MG (Moskowitz and Grinblatt 1999) methods and the ratio of closing price to previous 3, 6, 9 or 12 months high (price ratio) by GH (George and Hwang 2004) methods into 3, 5 or 10 groups. The sorting ends in December 2002 because we need to calculate the next 60th month return which needs stock return from January 2003 to December 2007.
Main Result Winners are groups with the highest return or price ratio, medium return are groups with medium return or price ratio and losers are groups with the lowest return or price ratio. In each of the winner, medium or loser groups again sort the stocks into 3, 5 or 10 groups by market capitalization (stocks with largest market capitalization are called large capitalization groups, medium market capitalization medium cap and smallest market capitalization small cap). 1) Loser/large capitalization are the groups of stocks with loser return or price ratio and largest market capitalization and 2) the group of stocks 1 This is why the sorting has to end in December 2002 because we only have CRSP data until December 2007. 4 with loser return or price ratio and medium market capitalization are called the loser/medium capitalization groups. Likewise, 3) loser/small capitalization groups are stocks with loser return or price ratio and smallest market capitalization, 4) medium/large capitalization are those with medium return or price ratio and

largest capitalization, 5) medium –small capitalization are those with medium return or price ratio and smallest capitalization, 6) winner/large capitalization are those with winner return or price ratio and largest capitalization, 7) winner/medium capitalization are those with winner return or price ratio and medium capitalization and 8) winner/small capitalization are those with winner return or price ratio and smallest capitalization.

Conclusion The monthly return of the above 8 combination groups at the end of next 3 – 12 months and 18 – 60 months are then calculated by the JT approach. The difference of return between two combination groups is reported below.

 

 

 

Perbedaan Reaksi Pasar Terhadap Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan Top 10 dan Non Top 10

Judul Perbedaan Reaksi Pasar Terhadap Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan Top 10 dan Non Top 10
Penulis Azhari S dan Yenita Ernas
Tahun 2006

 

Landasan Teori Jurnal ini memfokuskan kepada reaksi pasar yang timbul dari publikasi Corporate Governance Perception Index (CGPI) sekaligus membuktikan adanya perbedaan reaksi pasar tersebut antara perusahaan Top 10 dan perusahaan Non top 10 CGPI. Sampel penelitiannya diambil dengan menggunakan purposive sampling method. Populasi penelitiannya berjumlah 148, Selanjutnya, diperoleh 84 perusahaan sebagai sample penelitian yang terbagi atas : 26 perusahaan Top 10 dan 58 perusahaan Non top 10. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.00. Reaksi pasar diukur menggunakan abnormal return dan volume perdagangan saham. Dalam hal ini, pasar dikatakan bereaksi jika informasi yang dipublikasikan menimbulkan adanya abnormal return baik positif maupun negatif di pasar. Sebaliknya, jika tidak ditemukan adanya abnormal return maka hal tersebut mengindikasikan pasar tidak bereaksi terhadap event tersebut.

Jurnal ini menggabungan penulisan-penulisan ilmiah dari penulis lainnya, diantaranya adalah Arifin (2003), Sulistyanti (2003), Darmawati. dkk (2004), Almilia (2006), (Jogiyanto, 2003), Bamber dan Cheon (1995).

Metode dan Subjek Penelitian ini mengambil populasi berupa perusahaan yang terdaftar dan mengikuti survei CGPI yang dilaksanakan oleh IICG selama 5 tahun (2001-2005). Dalam hal ini terdapat 148 perusahaan yang bersedia mengikuti survei selama periode tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan maka perusahaan yang terpilih menjadi sampel hanya berjumlah 84 perusahaan. Dari klasifikasi tersebut didapat bahwa dari tahun 2001-2005 yang masuk kategori Top 10 ada 26 perusahaan dan Non-top 10 ada 58 perusahaan. Periode pengamatan dalam penelitian ini diambil selama 11 hari di sekitar tanggal pengumuman, yaitu 5 hari sebelum (t-5), pada saat (t=0) dan 5 hari setelah publikasi (t+5) CGPI. Penentuan periode penelitian ini untuk menghindari adanya compounding effect (seperti pembagian dividen, saham bonus, dan stock split ataupun informasi lain) yang dapat menyebabkan abnormal return dan volume perdagangan saham perusahaan yang bersangkutan akan mengalami perubahan.
Hasil Dari hasil penelitian kali ini diketahui bahwa perusahaan yang termasuk Top 10 CGPI, volume perdagangan saham nya lebih kecil yakni 0.001401 dari perusahaan yang termasuk Non top 10 CGPI yang volume perdagangan sahamnya 0.006606.
Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapat dari pengujian statistik yang dilakukan penulis maka dapat disimpulkan :

  1. Dari pengujian yang dilakukan ditemukan bahwa publikasi CGPI menimbulkan abnormal return dan volume perdagangan saham yang signifikan di sekitar periode event window baik pada perusahaan Top 10 maupun Non top 10. Hasil ini tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Almilia (2006) yang juga menemukan adanya abnormal return dan volume perdagangan saham yang signifikan pada perusahaan Top 10 dan Non top 10 dari publikasi CGPI ini.
  2. Dari pengujian yanhg dilakukan menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan tetapi terdapat perbedaan reaksi pasar yang signifikan yang terlihat dari volume perdagangan saham pada saat publikasi (t0) CGPI antara perusahaan Top 10 dan Non top 10. Hasil ini berbeda dengan penelitian Almilia (2006) dimana dari penelitian tersebut tidak terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan pada saat hari publikasi CGPI antara perusahaan Top 10 dan Non top 10 CGPI.

 

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio dan Profitasbilitas Terhadap Nilai Perusahaan

Judul

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio dan Profitasbilitas Terhadap Nilai Perusahaan

Penulis

Bhekti Fitri Prasetyorini

Tahun

2013

 

Landasan Teori

Jurnal ini memfokuskan pengaruh ukuran perusahaan, leverage, price earning ratio dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Ada beberapa faktor yang dapat menganggap nilai perusahaan, misalnya ukuran perusahaan, leverage, price earning ratio, dan profitabilitas. Analisis penelitian ini menggunakan metode regresi linier.

Metode dan Subjek

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2011. Pemilihan sampel menggunakan purposive dengan kriteria:

  1. Penelitian dilakukan pada perusahaan industri dasar dan kimia yang listing di BEI pada tahun 2008-2011. 
  2. Meliputi data laporan keuangan yang selama periode penelitian, yaitu tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011. 
  3. Data perusahaan lengkap dengan faktor-faktor yang akan diteliti.

Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 16 perusahaan industri dasar dan kimia sebagai sampel penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal. Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa laporan keuangan perusahaan dan bahan kajian lain yang didapat dari buku, jurnal, dan artikel yang didapat dari internet. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif.

Hasil

  1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Pada hasil penelitiannya ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pada perusahaan industri dasar dan kimia tahun 2008 sampai dengan 2011 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan industri dasar dan kimia mengalami kenaikan sepanjang tahun 2008-2011.

  1. Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan

Pada hasil penelitiannya leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Artinya, perusahaan dalam mendanai aktivanya cenderung menggunakan modal sendiri (internal financing) yang berasal dari laba ditahan dan modal saham daripada menggunakan hutang.

  1. Pengaruh Price Earning Ratio Terhadap Nilai Perusahaan

Investor yang suka mengambil risiko (risk seeker) memiliki kecenderungan untuk berspekulasi sehingga lebih menyukai price earning ratio yang semakin tinggi. Price earning ratio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa harga saham semakin meningkat dan dari peningkatan harga saham tersebut berpotensi mendatangkan keuntungan atas selisih harga saham yang terjadi.

  1. Pengaruh Profitabilitas (ROE) Terhadap Nilai Perusahaan

Semakin tingginya profitabilitas perusahaan juga akan meningkatkan laba per lembar saham perusahaan. Adanya peningkatan laba per lembar saham perusahaan akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya dengan membeli saham perusahaan. Dengan banyaknya investor yang membeli saham perusahaan maka akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.

Kesimpulan

  1. ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
  2. penelitiannya leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
  3. Price Earning Ratio yang semakin tinggi mempunyai risiko yang besar dalam berspekulasi.
  4. Semakin tingginya profitabilitas perusahaan juga akan meningkatkan laba per lembar saham perusahaan.

 

Pengaruh Stock Split Terhadap Harga dan Likuiditas Saham

Judul Pengaruh Stock Split Terhadap Harga dan Likuiditas Saham
Penulis Zainal Abidin Zein, Novita Indrawati, Dan Eka Hariyani
Tahun 2009

 

Landasan Teori Jurnal ini memfokuskan pada pengaruh stock split terhadap harga, dan pengaruh stock split terhadap likuiditas saham. Pada kondisi bursa yang lesu dimana stock split banyak dilakukan emiten untuk menghindan delisting, maka pengaruh stock split terhadap harga dan likuiditas saham kembali menjadi pertanyaan. Beberapa penelitian dengan topik yang sama tetapi justru menemukan hasil yang tidak sama. Dengan kata lain, konflik temuan antar penelitian dengan objek yang sama masih ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian lanjutan masih perlu dilakukan sebagai upaya imtuk menguji validitas ekstemal penelitian terdahulu.

Dari penelitian ini, penulis mengeluarkan beberapa hipotesis, yaitu :

  1. Terdapat abnormal return yang signifikan pada saat stock split.
  2. Ada perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan sebeium dan setelah stock split
  3. Ada perbedaan rata-rata TVA yang signifikan sebelimi dan sesudah stock split.
Metode dan Subjek Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan stock split dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 yang terdajftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.

Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah:

  1. Perusahaan hams tetap listing di BEJ dan melakukan stock split dari tahun 2002 sampai dengan 2005.
  2. Perusahaan hams memiliki data harga saham harian yang lengkap yaitu daii periode estimasi 100 hari dan pada periode peristiwa atau periode pengamatan atau periode jendela {event window) 11 hari yaitu 5 hari sebeium pengimiimian, 1 hari saat pengumiunan, dan 5 hari setelah pengumuman stock split. Hal ini diharapkan agar data yang diperoleh mencerminkan keadaan yang sebenamya.
  3. Tidak melakukan pembayaran dividen kas dan tidak menggunakan kebijakan lainnya seperti right issue, bonus ataupim corporate event lainnya selama 11 hari periode window (event window) pengumuman pemecahan saham.
Hasil Berdasarkan jurnal, maka dapat dilihat hasilnya adalah :

  1. Pengujian Abnormal Return pada Saat Stock Split

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa Thitung adalah -20,392, Ttabel diketahui nilainya 2,035, berarti Thitung  <  – Ttabel sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat abnormal retum yang signifikan pada saat stock split.

  1. Pengujian Rata-rata Abnormal Retum Sebelum dan Sesudah Stock Split

Pengujian dilakukan terhadap rata-rata abnormal retun sebeium dan setelah stock

split dengan menggunakan paired sample t test (uji t untuk dua sampel berpasangan). Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung adalah 5,607. Berdasarkan perbandingan Thitung dengan Ttabel (2,035), berarti Thitung > Ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Abnormal retum positif sebeium pengumuman, yang diikuti dengan abnormal retum negatif setelah pengumuman mengindikasikan bahwa stock split memberikan sinyal negatif terhadap pasar.

  1. Pengujian Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan (TVA) Sebeium dan Sesudah Stock Split

Berdasarkan perbandingan Thitung dengan Ttable (2,035), diketahui bahwa -Ttabel < Thitung < Ttabel, yaitu -2,035 < -1,247 < 2,035 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa stock split tidak mempengaruhi TVA atau likuiditas saham.

Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil diatas adalah :

  1. Pengujian Abnormal Return pada Saat Stock Split

Hasil hipotesis ini menunjukkan bahwa terdapat abnormal retum yang signifikan pada saat stock split.

  1. Pengujian Rata-rata Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split

Dapat disimpulkan bahwa abnormal return sebeium stock split berbeda secara signifikan dengan abnormal return setelah stock split.

  1. Pengujian Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan (TVA) Sebeium dan Sesudah Stock Split

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa stock split tidak mempengaruhi TVA atau likuiditas saham.

 

Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas stock split tidak cukup memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi preferensi mvestor dalam berinvestasi.

 

 

Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Automotive and Allied Produk di Bursa Efek Jakarta.

Judul Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Automotive and Allied Produk di Bursa Efek Jakarta.
Penulis Yusralaini, Amir Hasan, dan Imeiga Helen
Tahun 2003 – 2006

 

Landasan Teori Jurnal ini memfokuskan kepada pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitan perusahaan automotive and allied produk di BEJ, struktur modal terhadap profitabilitas perusahaan automotive and allied produk di BEJ, umur perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive and allied produk di BEJ. Ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan automotive and allied produk di BEJ.
Metode dan Subjek Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan automotive and allied products yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003-2006 yang diklasifikasikan ke dalam 20 sektor.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling dimana populasi yang akmi dijadikan sampel pmelitian adalah yang memenuhi kriteria sebagai bcrikut:

  1. Sampel terdaftar pada Indonesian Capital Market Directory seiama empat tahun berturat-tumt yaitu tahun 2003-2006.
  2. Emiten-emiten memiliki laporan keuangan yang lengkap dan jelas untuk priode terpilih.
Hasil Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka di dapatkan hasil bahwa :

  1. Modal kerja tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (ROI) perusahaan Automotive And Allied Products. Dengan demikian maka hipotesis pertama ditolak.
  2. Struktur modal mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (ROI) perusahaan Automotive And Allied Products. Dengan demikian hipotesis kedua diterima. Karena Thitung lebih besar dair Ttabel.
  3. Umur perusahaan mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (ROI) perusahaan Automotive And Allied Product. Dengan demikian hipotesis ketiga ditolak. Karena dari hasil tabel Thitung lebih kecil dari Ttabel.
  4. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (ROI) perusahaan Automotive And Allied Products. Dengan demikian hipotesis keempat diterima. Karena Thitung lebih besar dari Ttabel.
Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diterima dari data diatas dapat disimpulkan bahwa

  1. Hipotesis pertama di tolak.
  2. Hipotesis kedua di terima.
  3. Hipotesis ketiga ditolak.
  4. Hipotesis keempat diterima.

 

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbukan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang

Judul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbukan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang
Penulis M. Syarifudin Hidayat
Tahun 2008 – 2010

 

Landasan Teori Jurnal ini memfokuskan kepada pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan utang. Di jurnal ini membahas bagaimana cara perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitiannya menimbulkan berberapa hipotesis yaitu :

  1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang.
  2. Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan utang.
  3. Pengaruh struktur aktiva terhadap kebijakan utang.
  4. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan utang
  5. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan utang.
Metode dan Subjek Penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif kausal. Sumber data yang digunakan dalam jurnal ini berupa sumber data sekunder dalam bentuk dokumentasi dengan karakteristik berupa laporan keuangan (financial statement) utamanya laporan neraca dan laporan laba/rugi, dimana diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Populasi yang digunakan dalam jurnal ini adalah perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu penelitian tahun 2008-2010. Dari seluruh emiten yang terdaftar di BEI tidak semua dijadikan sampel penelitian, karena dalam jurnal ini yang dijadikan sampel adalah perusahaan manufaktur yang go public di BEI periode 2008-2010 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Beberapa sampel akan digugurkan apabila tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan karena ketidaklengkapan data. Berdasarkan kriteria-kriteria, maka diperoleh 13 sampel perusahaan manufaktur yang dapat dijadikan objek penelitian.
Hasil
  1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang

Semakin tinggi saham yang dimiliki oleh manajer maka semakin kuat kontrol terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi agency cost pada perusahaan.

  1. Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan utang

Semakin besar jumlah dividen yang dibagikan juga akan meningkatkan jumlah utang yang digunakan.

  1. Pengaruh struktur aktiva terhadap kebijakan utang

Struktur aktiva juga cenderung berdampak pada keputusan pinjaman dari suatu perusahaan, karena aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan.

  1. Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan utang

Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal karena kemudahan tersebut maka berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana.

  1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan utang

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Hal ini dikarenakan meskipun ukuran perusahaan besar belum tentu mempunyai prospek atau peluang di masa mendatang yang baik, sehingga perusahaan tidak tergantung atau tidak tertarik menggunakan utang.

Kesimpulan Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa

  1. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kepemilikan saham oleh insider, sehingga manajer tidak dapat mengambil keputusan penggunaan utang berdasarkan atas keinginannya sendiri.
  2. Kebijkan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang. Hal ini disebabkan karena tingkat rasio dividen yang rendah akan membuat penggunaan utang yang tinggi.
  3. Struktur aktiva menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan utang. Semakin besar nilai aktiva tetap maka ada kecenderungan semakin besar pinjaman yang dapat diperoleh perusahaan.
  4. Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap kebijakan utang. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber ekstrnal yag besar.
  5. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Hal ini dikarenakan meskipun ukuran perusahaan besar belum tentu mempunyai prospek atau peluang di masa mendatang yang baik, sehingga perusahaan tidak tergantung atau tidak tertarik menggunakan utang.

 

Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba

Judul Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Penulis Restu Agusti dan Tyas Pramesti
Tahun 2005-2007

 

Landasan Teori Jurnal ini memfokuskan kepada pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode pengamatan 2005-2007 sebanyak 60 perusahaan. Berdasarkan data sampel diperoleh hasil pengujian bahwa variabel asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan man
Metode dan Subjek Sampel terdiri atas 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ yang memiliki laba positif selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2005 – 2007. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda.
Hasil
  1. Pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengaruh asimetri terhadap manajemen laba di terima.

  1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba di terima.

  1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba di terima

  1. Pengaruh asimetri informasi, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dapat diterima.

Kesimpulan Diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Asimetri informasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya hipotesis pertama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar asimetri informasi yang terjadi maka semakin tinggi tingkat

manajemen laba.

2. Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya hipotesis kedua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahan, maka akan semakin rendah kemungkinan terjadinya

manajemen laba.

3. Kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh signifikan terhadap

manajemen laba. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya hippotesis ketiga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar jumlah saham yang dimiliki oleh manajer maka semakin tinggi

tingkat manajemen laba.

4. Dengan demikian, terbukti bahwa asimetri informasi, ukuran perusahan dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Artinya secara bersamaan setiap perubahan yang terjadi pada asimetri informasi, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial mempengaruhi manajemen laba.

 

Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta

Judul Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta
Penulis Rahmawati dan Tri Suryani
Tahun September 2005
Landasan Teori Jurnal ini memfokus pada masalah kelompok saham Loser dan kelompok saham Winner. Kelompok salah loser adalah kelompok saham yang konsisten harga sahamnya mengalami penurunan, sedangkan kelompok saham winner adalah kelompok saham yang konsisten harga sahamnya mengalami kenaikan.

Penulis menguji apakah informasi yang tak terduga yang bersifat dramatik mempengaruhi reaksi para pelaku pasar secara berlebihan. Penelitiannya dilakukan dengan menguji data saham dari perusahaan manufaktur di BEJ.

Rumusan masalah yang terdapat pada jurnal ini adalah :

  1. Apakah ada overreaction terhadap harga-harga saham perusahaan manufaktur yang ada di BEJ, yang ditandai dengan portofolio loser mengungguli portofolio winner.
Metode dan Subjek Penulis menggunakan metode purposive sampling, yaitu yang sesuai dengan kriteria yang akan digunakan dalam penelitian sebanyak 30. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Seluruh saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada periode Januari 2000 – Desember 2002.
  2. Data yang digunakan adlaah data bulanan selama tiga tahun.
  3. Sampel saham yang pada periode pembentukan portofolio mempunyai Average Return positif, sebanyak 15 sampel, selanjutnya digolongkan portofolio winner. Saham yang mempunyai Average Abnormal Return negatif sebanyak 15 sampel saham selanjutnya digolongkan portofolio loser.
Hasil Terjadi overreaction yang ditandai dengan adanya portofolio loser yang mengungguli portofolio winner, tetapi hal ini tidak berlangsung secara konstan, namun terjadi secara terpisah-pisah. Artinya hasil pengujian ini secara rata-rata seluruh sampel loser dan seluruh sampel wiinner belum bisa mendukung secara jelas bahwa terjadi efek reaksi berlebihan pada pasar modal di Indonesia
Kesimpulan Terdapat indikasi reaksi berlebhian yang di tandai dengan portofolio losser mengungguli portofolio winner. Efek reaksi berlebihan ini terjadi tidak dalam kurun waktu yang konstan lama. Tetapi terjadi secara terpisah-pisah atau separatis.

Hal ini dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return seluruh saham golongan loser dengan seluruh saham golongan winner.

Information Asymentry and Effect Analysis on the Size of its Earnings Management Practice in Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange

Judul Information Asymentry and Effect Analysis on the Size of its Earnings Management Practice in Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange
Penulis Sholihendi Betrianda
Member Kamaliah Rofika
Tahun 2010

 

Landasan Teori Jurnal ini memfokuskan pada asimentri informasi dan ukuran perusahaan. Alasan penulis menggunakan perusahaan manufaktur karena bagi penulis perusahaan manufaktur mempunyai kontribusi yang paling besar terhadap perekonomian dan juga memiliki tingkatan kompetisi yang kuat.

Penelitiannya mengukur asimentri informasi dengan menggunakan relative bid ask spread dan ukuran perusahaan dalam penelitiannya menggunakan market value dan market capitalization.

Dengan berdasarkan landasan tersebut, maka rumusan masalahnya adalah

“apakah asimetri informasi dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba”

Metode dan Subjek
  1. Populasi dan Sampel

Dalam penelitiannya penulis mengambil sampel sebanyak 80 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan teknik pengambilan secara purposive sampling dan representatif sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan

  1. Pengumpulan data

Penulis menggunakan data sekunder

Hasil
  1. Analisis uji asimetri informasi

Bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur.

  1. Analisis uji ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba

Kesimpulan Dari hasil diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

  1. Hasil pengujian dengan uji normalitas menunjukan hasil bahwa semua data dari variabel yang di teliti mengikuti pola distribusi normal setelah dilakukannya transformasi data dan model regresi linear berganda yang digunakan sebagai alat analisa data telah baik.
  2. Asimentri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
  3. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.

 

Foreign exchange market bid-ask spread and market power in an underdeveloped economy

Title Foreign exchange market bid-ask spread and market power in an underdeveloped economy
Author Tarron Khemraj, Sukrishnalall Pasha
Years  January 2000 to December 2007

 

Theoretical Basis This paper investigates the determinants of the persistent bid-ask spread in the Guyanese foreign exchange market. The large literature that focuses on bid-ask spread concentrates on either equity markets or foreign exchange markets in the advanced developed economies and the large developing and emerging economies.

This paper introduces the notion of market power in determining the spread and therefore ultimately the nominal exchange rate. Dealer market power would be important in economies with nascent flexible exchange rate regimes. Especially those underdeveloped economies that have implemented since the late 1980s market-based reforms in the financial sector in general and the FX market in particular.

Methods and Subjects This methodology, which is used extensively in cross-sectional studies that examines stock returns, was adopted in this paper owing to the availability of granular data on the trade of foreign currency in Guyana.
Main Result As a robustness check, we divide our sample into two equal non-overlapping periods and aggregate the coefficients using the methodology that was described. The results are not significantly different from those we obtain from looking at the entire sample period. The BAS is also positively and significantly related to MKP. The same can be said for the volatility in the level of transaction during the current and past periods. Also, the magnitudes of the slope coefficients are not significantly different between the two sub-periods.
Conclusion In this paper we used the GLS methodology to ascertain the factors that determine the BAS of the G$/US$ exchange rate. We found that the spread is affected by the volatility in the level of transactions during the current and past period. In particular, the evidence suggests that higher volatility leads to higher spread. We also uncovered a significant positive relationship between MKP (the proxy for market power) and the spread. This is an indication that there is segmentation in the foreign exchange market, whereby large cambios (the commercial banks) are able to set higher spreads and consequently dictate the nominal exchange rate.

 

Firm Size and Audit Regulation and Fraud Detection : Empirical Evidence From Iran

Title Firm Size and Audit Regulation and Fraud Detection : Empirical Evidence From Iran
Author Dr. Mahdi Salehi, Dr. Ali Mansoury, and Dr. Reza Pirayesh
Years 2009

 

Theoretical Basis An auditor has the responsibility for the prevention, detection and reporting of fraud, other illegal acts and errors is one of the most controversial issues in auditing, and has been one of the most frequently debated areas amongst auditors, politicians, media, regulators and the public (Gay et al 1997).

To the bases of important factor we conducted three hypotheses

including:

  1.  the rule and regulation oversees activity of IPCA members’ effects on their  willingness to explore and report important distortions neutrally.
  2. The lack of Contras benefit affects IPCA members’ willingness to explore and report important distortions neutrally.
  3. Market mechanism affects IPCA members’ willingness to explore and report important distortions neutrally.
  4. The size of auditing firms affects IPCA members’ willingness to explore and report important distortions neutrally.
Methods and Subjects Out of 240 questionnaires 180 respondents completed the research. Among these 180 participants, there were 29 expert in accounting and auditing (16.10 per cent) worked as independent auditors, 30 participants (16.80 per cent) worked as internal auditors, 60 were financial and banking managements (62.40 per cent participants), 30 were faculty members and 31 were accounting students.
Main Result
  1. The result revealed that rule and regulations that oversees on the auditor practices have significant effects on auditor willingness to reporting important distortions neutrally (p<0.05). 119 participant (66 per cent) agreed with this hypothesis which according to our results this hypothesis is confirmed (H1) with the mean degree of agreement equal to 1.8 (S.D. = 2.1, 95 per cent of confidence interval from 1.2 to 2.4).
  2. The results shows that this hypothesis is rejected (H2) while 105 participants did not agree to this hypothesis (61 per cent), the mean degree of disagreement was -0.49 (S.D. = 1.91, 95 per cent of confidence interval from -1.6 to 0.084).
  3. Further, there were 159 participants (88 per cent) strongly agreed that the effects of market mechanism on auditor willingness to report important distortions neutrally (H3). The size of audit firms was the final hypothesis that didn’t confirmed according these results.
  4. There were126 participants (70 per cent) disagreed that the effect of audit firms size on auditor willingness to report important distortions (H4).
Conclusion To provide this ideal environment accordingly, the results of this survey from the view point of the participants audit roles and regulations, and market mechanism may help Iranian corporate sector to this audit final goal, it is highly suggested Iranian audit legislators improve audit roles and regulation

 

Bid-Ask Spreads: Measuring Trade Execution Costs in Financial Markets

Title Bid-Ask Spreads: Measuring Trade Execution Costs in Financial Markets
Author Hendrik Bessembinder, Kumar Venkataraman
Years 2009

 

Theoretical Basis Bid-Ask spreads, which measure trade execution costs, and reflect the price concessions necessary to complete transactions quickly, are important as indicators of market quality and in determining traders’ actual investment results. Execution costs arise because it is costly to provide liquidity, and can be estimated based on comparisons of trade prices to proxies for underlying security value, with the most common proxy being the quote midpoint.

It focuses on three related measures of trading costs: quoted spreads, effective spreads, and realized spreads.

Methods and Subjects  
Main Result Research indicates that differences in execution quality across markets are related to both exchange-design features, such as tick size and order handling rules, and the regulatory environment, such as the enforcement of insider trading laws and the protection of shareholder rights
Conclusion The amount of asymmetric information present in a market can be estimated by assessing trades’ price impact, measured as the difference between post and pre-trade estimates of security value.

 

Bid-ask spread modelling: a perturbation approach

Title Bid-ask spread modelling: a perturbation approach
Author Vathana LY VATH, Simone SCOTTI
Years November 29, 2008

 

Theoretical Basis An important peculiarity of order books, and equally a drawback, is the lack of information. Indeed, order books are not completely public, e.g, in France, the market regulator restricts the publicly known part of a book to the five best prices. As such, it is impossible to define the shape of prices randomness with only ten data. This is another assumption related to error theory which

seems, however, to agree with empirical observations made by Biais et al. [5] and Potters et al. who show a decreasing shape of order books as price goes away from the mid-price. Yet, the maximum is reached near but not always precisely on the first best ask (bid) price. This shifting on the maximum is hard to justify in a gaussian framework, since the maximum for gaussian density is reached at the mean. Error theory provides us with perfect tools to deal with this problem as it foresees a bias with respect to the theoretical mean. This discrepancy can explain the shifting on the maximum.

Methods and Subjects  
Main Result Result 0.1 (Bid-Ask Spread) The uncertainty on Brownian motion is transmitted to the stochastic process Xt, that represents the asset price.

Result 0.2 Risk aversion theory permits to define a supportable risk probability _ < 0:5 such that an agent accepts to buy the stock at price.

Conclusion the two risk aversions become a function of the trading volume, asset prices and other market liquidity information. For instance, tts dependence on the trading volume allows the representative agent or market maker to adjust his bid and ask prices by increasing them if he runs short of stock, or cutting them if he starts accumulating excessive stocks.

 

Bid-ask Spread and Order Size in the Foreign Exchange Market: An Empirical Investigation

Title Bid-ask Spread and Order Size in the Foreign Exchange Market: An Empirical Investigation
Author Liang Ding
Years 2006

 

Theoretical Basis Financial theory has identified three basic sources of bid-ask spreads: order processing costs, inventory holding risks, and information costs of market making.

In summary, various models provide mixed predications of the relationship between spread and order size. Which candidate model is correct? How is order size related to spread in the real world?

Methods and Subjects The data used in this paper were collected from an online foreign exchange dealer. This dealer displayed both customer and inter-bank bid-ask quotes for several major currencies on its quotes window in response to individual quote requests randomly generated by a computer program. The dealer’s responses – its bid-ask quotes – become part of my dataset. This paper focused on the rate of the US dollar versus the Euro (USD/EUR), currently the most frequently traded currency pair in the world.
Main Result This claim seems consistent with both intuition and reality. In the FX market, dealers first obtain information from customer order flow. This information then spreads in the market through inter-dealer trading. So, dealers have more incentive to reduce spread to attract large orders in the customer market than in the inter-dealer market. Therefore, the strategic trading effect is likely stronger in the customer market.
Conclusion This article empirically examines the relationship between order size and spread in the foreign exchange market. Based on quotes from an individual FX dealer, spread appears to be independent of order size in the inter-dealer market, while the two are negatively correlated in the customer market. None of the current models can explain this finding alone, so new models are needed to provide more convincing theoretical reasoning.

 

Bid-ask Spread and Market Microstructure : Are Narrow Spread Always Feasible ?

Title Bid-ask Spread and Market Microstructure : Are Narrow Spread Always Feasible ?
Author Michael Schwarz
Years December 2005

 

The theoretical basis This journal describes a problem where companies try to maintain narrow bid-ask spread even in a market for a security where an uninformed.

The viability of narrow bid-ask spread is important for a number of reasons. First, narrow spreads attract small uninformed inverstor and make it easier for arbitrageurs to provide liquidity. Second, transaction cost and in particular the magnitude of the bid-ask spread may have a significant impact on long term price levels.

Methods and Subjects investors who have private information about the security’s value.
Main Result The obvious advantage of LEM is that it eliminates a possibility that liquidity dries up due to widening spreads, of course, the specialist will have to have a sufficiently deep pocket in order to insure that

he can fulfil his commitment. It is straightforward to estimate the upper bound on the wealth

of the specialist so that he can survive a five standard deviation event.

Conclusion From the perspective of large institutional investors

the price impact is probably the most relevant measure of liquidity. It is not obvious if using LEM would lead to lower or higher price impact of large trades relative to other trading institutions. This is an important question for future research.